3 Model Pembelajaran di Masa Pandemi

Konten dari Pengguna
26 Juni 2020 14:42 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
3 Model Pembelajaran di Masa Pandemi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
COVID-19 menyerang hampir semua sektor kehidupan manusia, termasuk dunia pendidikan. Sekolah-sekolah terpaksa meniadakan pendidikan di dalam kelas. Semua dilakukan lewat online.
ADVERTISEMENT
Pemerintah melalui Kemdikbud memperpanjang masa pembukaan sekolah dengan belajar tatap muka hingga Desember 2020 dan akan dibuka kembali pada Januari 2021, itupun jika kondisi wabah sudah semakin membaik bahkan dikatakan nihil.
Namanya juga prediksi, tidak ada yang tahu pasti. Maka di dunia pendidikan seyogyanya para pegiat pendidikan harus berusaha meletakkan dasar-dasar pendidikan dalam konteks darurat.
Ilustrasi anak belajar dari rumah. Foto: Shutter Stock
Tiga di antara model pembelajaran di masa pandemi yakni, daring, luring dan home visit. Pertama, berbicara daring atau dalam jaringan (pembelajaran jarak jauh) sekiranya sudah menjadi hal biasa jika ditarik mundur 3 bulan ke belakang.
Survei yang dilakukan KPAI menyatakan bahwa 76 persen siswa tidak senang belajar jarak jauh, kemudian 76 persen siswa mengatakan beban yang ditugaskan merasa berat, ditambah lagi 42 persen tidak memiliki kuota dan alat teknologi seperti HP, dan kesulitan menggunakan aplikasi video serta kesulitan sinyal.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan dari survei tersebut intinya daring sudah tidak kondusif di mata siswa. Survei ini bukan sebuah alat kebenaran abadi, hanya bisa dikatakan sebagai suatu evaluasi bagi para pegiat pendidikan seperti apa metode daring yang menyenangkan.
Ditambah lagi saat ini orang tua siswa sudah aktif bekerja di luar rumah, kemungkinan besar alat-alat teknologi semisal HP dan sejenisnya minim dimiliki siswa.
Sebagai solusinya bisa jadi mencari format metode daring yang dilakukan di malam hari ketika ada orangtuanya, diberikan tugas yang menyenangkan bagi anak tersebut, membuat konten video melalui aplikasi youtube dengan difasilitasi lembaga dan menjadi hak paten lembaga yang bisa di tonton oleh anak-anak tersebut, mengingat selama di rumah anak-anak jika tidak main ya pegang gadget atau bisa juga dengan metode tebakan, metode kisah atau bercerita dan lainya.
ADVERTISEMENT
Kedua, di tengah pandemi dapat difasilitasi model pembelajaran luring (luar jaringan) atau tatap muka dengan memperhatikan zonasi, protokol kesehatan, bergiliran-bergantian (model shift) dengan dasar menghindari kerumunan baik di kelas, dan meniadakan kegiatan di luar kelas.
Dalam masa pandemi ini, pemerintah juga menyarankan agar kurikulum tidak membebani anak didik, maka kurikulum di sekolah didesain dengan sangat sederhana, tidak berbelit-belit dan bertele-tele.
Sementara waktu tatap muka maksimal tiga jam. Penyederhanaan kurikulum ini layak dilakukan di masa darurat ini, model penyederhanaan ini sejalan dan seiring dengan konsep Merdeka Belajarnya ala Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Sampai-sampai RPP yang berlembar-lembar disederhanakan menjadi satu lembar. UN ditiadakan karena dianggap merongrong potensi guru dan siswa.
ADVERTISEMENT
Ini momentum emas bagi para pegiat pendidikan untuk menyederhanakan kurikulum yang berbasis kebersamaan. Karena itu sejalan dengan pandangan pembelajaran menurut kalangan postmodern bahwa bukan pembelajaran yang teacher-centered learning (belajar yang berorientasi pada guru) atau juga bukan student-centered learning (pembelajaran yang berpusat pada murid), akan tetapi kemudian yang baik adalah teacher-student learning together, dengan kata lain pembelajaran yang berpusat pada kebersamaan antara guru-murid, belajar bersama.
Dalam konsep postmodernisme, manusia itu sebagai edukator atau pembelajar diharapkan untuk terus mampu bergerak jika memang ingin dikatakan masuk dalam kategori postmodern.
Stratemeyer, Forkner and MsKim sepakat menegaskan bahwa ada tiga cara dalam memahami kurikulum. Pertama, kurikulum itu mata pelajaran dan kegiatan, kedua kurikulum itu seluruh pengalaman belajar, dan ketiga kurikulum itu seluruh pengalaman hidup siswa.
ADVERTISEMENT
Hal ini diaminkan oleh Beaucump yang memandang bahwa kurikulum itu dokumen, kemudian Taylor menegaskan bahwa Kurikulum itu suatu rencana tidak tertulis dan perspektif Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 menggarisbawahi bahwa kurikulum dimaknai “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” (pasal 1 ayat 19).
Jadi intinya, momen pandemi dengan model penyederhanaan kurikulum ini mengamini apa yang menjadi keinginan Merdeka Belajar ala Nadiem Makarim, maka sederhanakanlah kurikulum sejak saat ini, kurikulum yang membahagiakan siswa, guru dan pegiat pendidikan.
Ketiga, di masa pandemi bisa dilakukan model pembelajaran Home Visit. Guru mendatangi siswa di rumah tentunya dengan mempertimbangkan serta memerhatikan sejumlah protokol kesehatan. Model ini lebih dekat model Home Schooling.
ADVERTISEMENT
Home visit juga dilakukan di tengah-tengah orang tua yang sedang bekerja dan tidak memberikan seperangkat alat teknologi kepada siswanya. Nantinya, pada program home visit guru-guru yang akan berkunjung tidak akan memberikan pelajaran, biar ada kesan bersahabat dan kekeluargaan serta kebersamaan.
Mereka bukan mengajar tapi menjenguk.ada juga yang membawakan materi pelajaran atau membawakan tugas. Hal ini bisa dilakukan secara bergantian dengan waktu yang berbeda.
Ketiga model tersebut bisa dilakukan dalam waktu yang bersamaan lewat cara menawarkan kepada orang tua murid mana yang paling diminati dengan menggunakan alat survei google form, sehingga ketiganya menjadikan model belajar dalam satu tarikan napas, bukan sesuatu yang terpisah walaupun kesemuanya juga memiliki sejumlah risiko, namun garis besarnya adalah Penyederhanaan Kurikulum, ini yang harus digaris bawahi, dan ini momentum emas bagi pegiat pendidikan untuk mendesain ulang kurikulum pembelajaran. Sederhana tidak melulu serba sedikit, misalkan di rumah makan sederhana, jelas sekali sekian menu disajikan dan disiapkan untuk para pengujung untuk memilih selera apa pun.
ADVERTISEMENT
Ditulis oleh, Dr. Mahfud Fauzi, M.Pd, Kepala Bidang Kemitraan Fullday Daarul Qur’an.