Adakah Tradisi Sanad di Daarul Qur’an?

Konten dari Pengguna
20 Mei 2022 10:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sanad kaligrafi menjadi salah satu tradisi sanad keilmuan di Daarul Qur'an.
zoom-in-whitePerbesar
Sanad kaligrafi menjadi salah satu tradisi sanad keilmuan di Daarul Qur'an.
ADVERTISEMENT
Belakangan, makin santer kampanye pentingnya sanad keilmuan. Lantas, di mana kita akan belajar? Harus lebih dahulu dipastikan, adakah sanad keilmuan di institusi tersebut?
ADVERTISEMENT
Karuan saja saya menyambut dengan sangat antusias kampanye ini.
Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an sebagai pesantren tahfizh yang sangat anyar, juga terkesan kuat sebagai pesantren modern (walau istilah ini sebenernya tipologi yang sudah tidak relevan), lantas secara sayup-sayup dipertanyakan sanad keilmuan-Al-Qur’an-nya.
Sosialisasi sanad keilmuan terus digaungkan di seluruh cabang Pesantren Daqu.
Untuk menjadi maklum, bahwa di Daarul Qur’an, sebagaimana jamak di pesantren, juga sangat sering diajari perihal prinsip: (السند من الدين لو لا السند لقال من شاء ما شاء). Bahwa sanad kelimuan adalah bagian dari agama itu sendiri. Tanpa (kejelasan) sanad, maka tiap orang akan bicara sekehendaknya. Prinsip tersebut ada yang menyebut adalah statemen dari ilmuwan muslim besar, Abdullah Ibnu al-Mubarak.
Untuk ditandaskan di sini, bahwa Daarul Qur’an, yang lahir 2003 dan dikesankan sebagai pesantren modern, sangat komitmen dengan penjagaan atas tradisi sanad dimaksud. Saking seriusnya Daarul Qur’an dalam menjaga tradisi sanad keilmuan, sampai-sampai mendirikan unit khusus bernama مركز إعداد معلمى القرآن الكريم والإجازة بالسند atau Pusat Kaderisasi Guru Al-Qur’an dan Ijazah Sanad. Biasa kami menyebutnya Markaz Daqu.
Dalam menghafal Al-Qur'an, salah satu keutamaannya adalah memperoleh sanad hafalan.
Pada sekitaran 2018 dan 2019, saya pernah sampaikan perihal ini di hadapan peserta sebuah giat berubrik International Conference di Yogyakarta, Jawa Tengah serta Pasuruan, Jawa Timur. Kepentingan saya hadir di dua giat tersebut semata-mata agar publik, khususnya komunitas pesantren, mengetahui dengan benar sebagian dari tradisi yang ada di Daarul Qur’an. Bahwa Daarul Qur’an, biarpun pesantren anyar, sangat serius menjaga tradisi sanad keilmuan.
ADVERTISEMENT
Untuk juga ditambahkan, bahkan di Daarul Qur’an belakangan telah berlangsung tradisi sanad dalam bidang kaligrafi Al-Qur’an. Ya, di Daarul Qur’an telah tumbuh subur tradisi sanad kaligrafi.
Bahwa tradisi sanad yang ada di Daarul Qur’an tersebut belum bergulir di seluruh institusi yang beririsan dengan Daarul Qur’an (semisal Rumah Tahfizh yang kini berjumlah ribuan) saya yakin itu hanya soal waktu saja. Sing jelas, Daarul Qur’an telah, tengah, dan terus bergerak dalam khidmat membumikan Al-Qur’an ke seantero negeri.
Belajar kitab klasik juga menjadi kegiatan santri Pesantren Daqu.
Saya pribadi akan selalu mengutamakan apresiasi kepada siapa saja yang turut serta dalam dakwah pendidikan Al-Qur’an di tengah masyarakat. Jika pun ada kurang (dan pasti selalu ada kurang), tentu menjadi peluang kita untuk juga terlibat bergerak.
ADVERTISEMENT
Terberkatilah selalu Daarul Qur’an, dan sesiapa saja yang khidmat dalam dakwah Qur’an. Terberkatilah kita semua para santri…
Tangerang, 20 Mei 2022
Penulis: Muhammad Bisyri, Direktur Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Daarul Qur'an.