Berprestasi Sejak Dini Sebagai Modal Nahkodai Bahtera OSDAQU

Konten dari Pengguna
30 September 2021 12:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sosok Mahar yang ulet sejak kecil.
zoom-in-whitePerbesar
Sosok Mahar yang ulet sejak kecil.
ADVERTISEMENT
“Bunda ingin kelak anaknya menjadi seorang hafidz Qur'an, jadi ana dan kakak ana berusaha berjuang mewujudkannya,” terang Maharani Putri Aurantifelia Adjie Saputro, santri Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Malang asal Bali yang menyukai pelajaran Matematika, TIK dan Bahasa Inggris.
ADVERTISEMENT
Mahar, sapaannya, mengaku terlecut oleh sang kakak yang nyantri terlebih dahulu dan begitu semangat mewujudkan keinginan bundanya. Akhirnya ia juga ikut mondok dan memilih Pesantren Daqu Malang sebagai tempat berlabuh menuntut ilmu. Meski jarak Bali-Malang terpisah pulau.
Mahar lahir di Singoraja, Bali, 13 tahun lalu. Setahun lalu ia masuk ke Pesantren Daqu Malang, tepatnya di tanggal 15 Agustus 2020. Anak kedua dari empat bersaudara pasangan Sutriaji Cahyono Saputro dan Rina Apri Astuti ini mengaku memilih Pesantren Daqu Malang agar sesuai dengan keinginan bundanya.
“(Pesantren Daqu Malang) berbeda dengan pesantren lain, karena fokus pada pembelajaran tahfizh Qur’an,” tuturnya menjelaskan alasan tersebut.
Di kalangan pengurus pesantren, Mahar terkenal sebagai anak yang cerdas dan rajin. Di kelasnya ia kerap memperoleh peringkat tertinggi. Sementara di lingkungan pesantren ia aktif dalam berbagai kegiatan.
ADVERTISEMENT
Meski tujuan utamanya untuk menghafal Al-Qur’an, tapi Mahar juga tak mau begitu saja melepas kesempatan untuk melatih soft skillnya dengan ikut dalam organisasi. Ia pun memilih Organisasi Santri Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an atau OSDAQU.
Mahar bersama lawannya dalam pemilihan Calon Ketua OSDAQU, Caca.
Memasuki masa kepengursan tahun keduanya di OSDAQU, santri yang hobi bernyanyi ini disokong untuk maju sebagai calon Ketua OSDAQU yang memang dijabat oleh santri tingkat kedua seperti Mahar.
Bimbang dan gugup sudah pasti. Ia memilih berkonsultasi dengan sang bunda dan ustadzah-ustadzah di pondok. Pada akhirnya tak ada yang bisa menghentikan langkahnya. Ia bersama pasangannya sebagai calon wakil ketua, Nafia Mumtazia, akhirnya resmi dinobatkan sebagai Pasangan Calon Ketua dan Wakil Ketua OSDAQU.
Jika terpilih menjadi Ketua OSDAQU, ia ingin menanamkan sifat kepedulian, peduli sesama dan lingkungan, kepada para santri lewat banyak program strategis. Program itu nantinya akan banyak melibatkan para santri menjadi sebuah gerakan atau aksi.
ADVERTISEMENT
"(alasannya) karena kita juga harus belajar hal-hal yang tidak tertulis. Juga harus dirasa, ditanamkan di hati dan fikiran kemudian dijalankan," tutur Mahar memperjelas jawabannya.
Visi dan Misi pasangan Mahar-Nafia.
Mahar bukan membawa kotak kosong dalam pencalonannya kali ini. Sejak SD pun sebenarnya ia sudah sangat aktif ikut dalam kegiatan sekolah. Mahar pernah menjadi penegak kedisiplinan, pustakawan, DKP (Dewan Kerja Penggalang) sampai polisi cilik. Berbagai kompetisi olimpiade juga sering ia ikuti, seperti KMNR (Kompetisi Matematika Nalaria realistik) tingkat nasional, sempoa tingkat Jawa-Bali, fotogenik, hingga lomba berenang tingkat kecamatan. Tak jarang ia menjadi juaranya.
Nyatanya keaktifan Mahar di sekolah dan pesantren tidak membuat hafalannya terganggu. Kini Mahar bersiap melanjutkan hafalannya yang sedikit lagi selesai sambil menanti pemilihan Ketua OSDAQU yang digelar 8-9 Oktober nanti.
ADVERTISEMENT
Diceritakan oleh: Hanalia Nur Lailatul Zahro, Santri Pengabdian Pesantren Daqu Malang, Alumni Pesantren Daqu Takhassus Banyuwangi