news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bukan soal Prosesinya, Tapi Apa yang Kita Lakukan Setelahnya

Konten dari Pengguna
22 Juni 2020 9:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
KH. Yusuf Mansur beserta pimpinan pesantren berfoto dengan layar berisi wajah wisudawan
zoom-in-whitePerbesar
KH. Yusuf Mansur beserta pimpinan pesantren berfoto dengan layar berisi wajah wisudawan
ADVERTISEMENT
Kata orang kami adalah angkatan Corona. Yang belajarnya banyak di rumah, ujian nasional ditiadakan dan wisudanya virtual. Tapi apa pun itu, kami menikmatinya dan siap menjalani hidup baru setelah lulus pesantren.
ADVERTISEMENT
Seperti kebanyakan siswa lainnya, momen wisuda sudah sangat kami nanti. Masing-masing kami sudah punya ide tentang apa yang akan kami lakukan saat wisuda nanti. Ada ide yang sekadar gimmick ada juga yang memang dibangun dengan kesungguhan. Tapi semua ide kami ambyar saat COVID-19 menganggu kehidupan umat manusia di dunia. Akhirnya kami harus menerima kenyataan wisuda dilakukan secara virtual.
Tangkapan layar salah satu wisudawan
Mendengar wisuda dilakukan secara virtual hati ini awalnya menolak. Kami ingin berjumpa muka di momen puncak setelah enam tahun menghabiskan waktu bersama di asrama pondok.
“Kan sudah new normal, kami juga siap menyiapkan protokol kesehatan kami sendiri?” Begitu benak kami meronta.
Tapi keputusan sudah disepakati dan sebagai santri kami juga harus taat dan patuh apa yang menjadi keputusan pimpinan pesantren. Insya Allah semua yang diambil juga untuk kebaikan kita bersama dan saya yakin juga dalam benak para pimpinan ingin bertatap muka langsung dengan kita.
Akhirnya, tepat pada 21 Juni 2020 kami menjalani wisuda virtual. Uniknya ini merupakan wisuda virtual pertama dan untuk pertama kalinya juga wisuda digabung antara Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Putri Cikarang, Pesantren Tahfizh Putra Daarul Qur’an Tangerang, dan Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Bandung. Biasanya wisuda selalu dilakukan terpisah. Satu berkah dari pandemi ini kami jadi silaturahim dengan semua keluarga besar Daarul Qur’an.
KH. Yusuf Mansur, menyampaikan pesan dan semangat bagi para santri
Total ada 306 santri putra dan putri yang mengikuti wisuda ini. Kami yang seharusnya datang ke gedung hanya bisa duduk manis di rumah masing-masing, almamater yang seharusnya kami pakai berganti menjadi gamis hitam dan jas seadanya, bayangan bergandengan dengan teman nyatanya personal, impian naik ke panggung berubah hanya dengan gambar video panggung yang hanya dapat kami tonton bukan kami naiki.
ADVERTISEMENT
Bayangan wisuda akan menjemukan nyatanya tidak. Ragam gambar kawan-kawan di rumah dengan tingkah lakunya membuat kami senyum-senyum juga. Apalagi dialog dengan pimpinan yang renyah semakin mencairkan suasana. Hati memang masih meronta, namun keikhlasan dan tabahnya kami semoga membuahkan hasil di kemudian hari. Biarkan hari ini rasa kecewa dan haru menjadi satu padu walau sebutan angkatan Corona selalu terngiang-ngiang dan harapan yang terpupuskan namun kami yakin Allah telah menyiapkan segala macam rencana terbaiknya di kemudian hari.
dan ayahanda pula mengajarkan kami
Pesan dan nasihat yang begitu bermakna bagi kami, sebuah ucapan seorah ayah kepada anaknya, seorang guru kepada muridnya yang begitu mendalam di hati kami.
Terlebih pada posesi wisuda ini pula kami teringat oleh salah satu teman kami yang telah berpulang ke rahmatulah, begitu mengharukan semua perasaan campur aduk teringat akan dirinya. Ia yang mendahului kami dengan tenangnya ke sisi allah SWT, yang seharusnya ada di tengah-tengah kami semua. Namun doa kami selalu menyertai Bintang Ilhami Zaki yang kini telah tenang di sisiNya.
ADVERTISEMENT
Pesan kami, “Kawan memang tidak ada yang spesial di akhir tulisan cerita ini, semua telah berakhir walau belum sempat di tulis hanya baru sempat dirangkai dalam angan. Namun biarlah segala macam ujian pasti kan terbit jalan. Bukan sebuah prestasi saat wisuda di meriahkan namun doa dan rida pondok adalah hal terpenting yang harus dijunjung tinggi.”
Lagi pula bukan soal wisudanya kok, tapi soal apa yang kita lakukan setelahnya.
Dikisahkan oleh, Ika Febriyanti, Lulusan Daarul Qur’an Angkatan ke-10.