Dari Makna Perjuangan Hingga Strategi Diplomasi Efektif

Konten dari Pengguna
14 Juni 2021 12:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dari Makna Perjuangan Hingga Strategi Diplomasi Efektif
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Isu Palestina-Israel beberapa bulan terakhir kembali mencuat. Perjuangan rakyat Palestina mempertahankan tanahnya didukung pihak dari berbagai belahan dunia. Sikap Indonesia pun jelas: sebelum Palestina merdeka, tetap akan mendukung perjuangannya.
ADVERTISEMENT
Indonesia juga sudah lama ikut berunding di forum PBB untuk memperjuangkan hal tersebut. Belum lama, Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, kembali menegaskan sikap Indonesia. Selain diplomasi, ini juga bentuk persahabatan kedua negara.
Di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an, para santri turut memperhatikan isu tersbut. Kedatangan salah satu diplomat Kementerian Luar Negeri RI, Ali Andika Wardhana, memantik rasa ingin tahu mereka tentang situasi di sana.
Ali, sapaannya, sudah lama menjadi diplomat Indonesia yang ikut berunding di PBB terkait isu Palestina. Ia juga pernah ditugaskan selama 4 tahun di Mesir.
Ali berbicara di hadapan para santri dalam acara bertajuk “Diplomasi Palestina” yang digelar Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Tangerang, Sabtu (12/6/2021) di Masjid Nabawi, Pesantren Daqu Tangerang. Acara juga dihadiri pengurus pesantren serta Pimpinan Daarul Qur’an Direktorat Pendidikan, KH Ahmad Jamil yang sekaligus membuka acara dalam sambutannya.
ADVERTISEMENT
Menurut Kyai Jamil, dari isu Palestina ini kita tidak hanya meneladani perjuangan rakyat Palestina, namun juga belajar bagaimana berdiplomasi yang efektif agar mampu menyikapi keputusan yang dibuat. Karena itu juga yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
“Rasul juga mengajarkan pentingnya diplomasi, termasuk ketika mengirim utusan ke Madinah untuk mendamaikan suku Aus dan Khazraj. Beliau mengirim Awwalu safiirin fil islam, duta islam pertama, yakni Mus’ab bin ‘Umair,” kisah Kyai Jamil.
Setelahnya, Ali membuka dengan menjelaskan berbagai situasi yang terjadi di Palestina. Dimulai dari bagaimana awal mula Israel menduduki tanah Palestina, transformasi penyusutan wilayah Palestina, hingga bagaimana cara rakyat Palestina mempertahankan wilayahnya.
Seperti yang sudah disebutkan, perjuangan Palestina juga membutuhkan bantuan dari berbagai negara. Indonesia mengambil porsi tersebut. Berbagai bala bantuan juga dikirimkan, mulai dari berdiplomasi hingga mengirim pasukan ke Dewan Keamanan PBB yang bertugas di sana.
Selain konsistensi mendukung Palestina, kata Ali, Indonesia juga disegani sebab negara mayoritas muslim ini setia dengan Al-Qur’an di sisinya. Karena itu, Ali pun berpesan pada para santri agar senantiasa bersisian dengan Al-Qur’an dalam membersamai perjuangan ini.
ADVERTISEMENT
Setelah dibuka sesi tanya jawab dengan santri, Ali mendapat beberapa pertanyaan menarik. Salah satunya dari beberapa santri yang tertarik menjadi seorang diplomat seperti dirinya.
Ali pun membeberkan beberapa tips untuk menjadi seorang diplomat hebat. Yang pertama tentunya mereka harus bisa menguasai bahasa internasional, yakni Bahasa Inggris dan Arab. Selain itu, seorang diplomat juga harus pandai bernegosiasi.
“Sebetulnya banyak teorinya, tapi paling gampang kalian ikut organisasi,” terangnya. Menurut lulusan Hubungan Internasional Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta ini, dalam sebuah organisasi kita akan dihadapkan oleh sebuah masalah. Cara menyelesaikan masalah itulah yang menjadi inti dari sebuah negosiasi.