Fardan: Calon Dokter Penyuka Biologi, Sang Juara dari Pesantren Daqu Semarang

Konten dari Pengguna
29 September 2021 10:53 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Fardan saat pengambilan piala di Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Semarang
zoom-in-whitePerbesar
Fardan saat pengambilan piala di Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Semarang
ADVERTISEMENT
Santri Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Semarang kala itu tengah sibuk mempersiapkan even pentas seni terbesar pesantren, Daarul Qur’an Festival atau Daqufest, yang akan dihelat keesokan hari, Sabtu 25 September 2021. Tempat para penonton menikmati acaranya mulai ditata. Panggung yang berada persis di hadapannya pun sudah berdiri. Juga banner kegiatan telah berdiri tegak di sebelah kiri tangga menuju masjid pesantren, sebelah barat pintu masuk utama.
ADVERTISEMENT
Di tengah hingar bingar pondok menyambut acara itu, terselip sebuah banner yang berada persis di seberang banner acara Daqufest. Di banner itu terpampang wajah salah satu santri Pesantren Daqu Semarang. Nama yang tertulis adalah Fardan Nafi Mufido.
Ia tengah memegang sebuah piala. Di bawahnya tertera tulisan “Meraih Juara 3 bidang Ilmu Pengetahuan Alam dalam Kompetisi Sains Nasional (KSN) tingkat Kabupaten Semarang”. Daerah yang sama dengan lokasi Pesantren Daqu Semarang yang ada di Desa Suruhan, Kelurahan Keji, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Ukuran banner lumayan besar, cukup untuk mendistraksi riuhnya acara Daqufest yang akan digelar beberapa waktu lagi.
Setelah ditelisik, Fardan, nama santri yang ada di banner itu, adalah santri asal Kendal kelas 9A yang kala itu tengah menjadi panitia Daqufest. Event tahunan ini memang menjadi kenang-kenangan terakhir khususnya bagi santri Pesantren Daqu Semarang, yang hanya menyediakan jenjang pendidikan SMP, kelas 9, di mana para santri tingkat akhir itu secara turun temurun menjadi panitianya.
ADVERTISEMENT
Kompetisi pada keterangan di banner yang diikuti Fardan digelar 21-22 Agustus 2021 lalu. Sementara pengumuman pemenangnya 2 hari setelahnya. Di tanggal tersebut, Daqufest Pesantren Daqu Semarang sedang running tahap persiapan. Fardan yang juga panitia even tersebut tentu semakin sibuk. Di samping, ia harus mempersiapkan mengikuti kompetisi.
“Dibacanya kalau ada waktu kosong. Waktu siang, abis sholat pas puasa. Terus malem sampai jam 11 sampai ngantuk,” kata Fardan tentang bagaimana ia membagi waktunya untuk mempersiapkan mengikuti kompetisi tersebut. “Ustadz-ustadznya bimbing materi, dari jam 7 sampai jam 12, istirahat terus lanjut lagi sampai ashar,” tambah Fardan lagi.
Banner kesuksesan Fardan, terpampang di halaman Pesantren Daqu Semarang
Pada kompetisi yang diselenggarakan oleh Pusat Prestasi Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia ini, Fardan bersaing dengan ratusan siswa lain dari seluruh sekolah yang ada di Kabupaten Semarang. Dari Pesantren Daqu Semarang sendiri mengirimkan tiga perwakilannya, masing-masing untuk mata pelajaran IPA yang diikuti Fardan, IPS dan matematika.
ADVERTISEMENT
Sistem lombanya daring, sehingga Fardan tidak perlu keluar pesantren dan hanya megerjakan soalnya di Laboratorium Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) yang tersedia di sekolah. Ia bersanding dengan teman-temannya yang mengerjakan soal mata pelajaran IPS dan matematika. Sementara pengawas lomba memantau lewat daring.
Fardan megaku kalau ketenangan dalam mengerjakan soal menjadi kunci suksesnya dalam perlombaan tersebut. Selain itu, beberapa trik yang ia pelajari maupun diberikan oleh asatidz pembina juga ia terapkan.
Dalam mata pelajaran IPA ini, Fardan amat menggemari Biologi. Ia memiliki cara khusus dalam mengerjakan bagian dari pelajaran IPA tersebut.
Kata Fardan, Biologi merupakan pelajaran yang banyak mengandung teori. Biasanya para siswa gemar menghafal teori-teori tersebut. Namun, Fardan memilih untuk membacanya berulang-ulang kali, tapi bukan dihafal. Dengan begitu memori di otaknya akan memproses secara otomatis apa yang ia baca menjadi sebuah hafalan.
ADVERTISEMENT
“Yang ngasih tau trik mengerjakan Biologi itu Ustadz Syaifudin, guru Biologi, jadi guru favorit juga,” aku Fardan.
Bukan tanpa alasan pula Fardan menggemari bidang ilmu IPA, khususnya Biologi. Anak pertama dari tiga bersaudara ini mengaku memilki cita-cita menjadi seorang dokter, profesi yang sangat berkaitan dengan IPA dan Biologi.
Ia memupuk mimpinya sejak kelas 7 SMP, saat pertama kali masuk Pesantren Daqu Semarang. Perbedaan materi yang diberikan antara tingkat SD dan SMP bukan membuat Fardan malah tidak suka, justru ia makin menggemari materi Biologi tersebut. Hingga kelak ia ingin menempuh studi di Fakultas Kedokteran kala menginjak jenjang sekolah tinggi nanti.
Adik pertama Fardan juga mondok di Pesantren Daqu Semarang, namanya Fathu. Ia berharap sang adik juga bisa berprestasi seperti dirinya dan banyak santri Pesantren Daqu Semarang lain. Meski begitu, ia tidak memaksa adiknya untuk menyukai mata pelajaran IPA juga. Yang penting, kata Fardan, apapun yang dilakukan harus dikerjakan dengan tekun jika ingin sukses.
ADVERTISEMENT
Kesuksesannya meraih peringkat tiga KSN se-Kabupaten Semarang ini sebab dirinya belajar dari kegagalan di masa lalu. Sejak jenjang SD, Fardan pernah beberapa kali mengikuti lomba serupa, namun hasilnya masih menemui jalan buntu. Kali ini ia bangkit dan menemukan formula yang tepat untuk meraih posisi terbaik dalam lomba.
Fardan juga tak mengabaikan pesan dari orangtua maupun asatidz pembinanya. Sang bunda berpesan agar jangan memaksakan kalau tidak bisa mengerjakannya. Hal itu ia turuti. Sementara asatidz pembinanya yang berjumlah 2 orang, yakni Ustadz Syaifudin dan Ustadz Nurkolis, menyarankan agar ia dan teman-teman peserta kompetisi lain berhenti belajar pada satu hari terakhir menjelang lomba.
“Jadi paginya pas mulai lomba itu fresh. Selama h-1 itu banyak nonton. Karena pas banget juga sama Khutbatul Iftitah, jadi nontonin teman-teman yang lagi persiapan,” kata Fardan yang kala itu mendapat kelonggran dalam kepanitiaan Daqufest beberapa hari sebelum lomba dimulai.
Fardan bersiap menyongsong prestasi-prestasi lainnya
Setelah kesuksesan di KSN tingkat Kabupaten Semarang, Fardan kembali membidik lomba-lomba lainnya di tingkat SMA nanti. Sebagai persiapan, meski belum lulus, Fardan mengaku sudah mempelajari beberapa materi SMA.
ADVERTISEMENT
“Jadi pas masuk SMA besok udah gampang,” ujar penyuka olahraga bulutangkis ini.
Kepada teman-temannya, Fardan menitipkan pesan. Kata Fardan, meski ia sangat suka bermain game Mobile Legend yang dimainkan lewat gawai atau handphone, tapi kita harus bisa mengontrol waktu bermainnya, mengingat handphone kerap menjadi bumerang dalam kegiatan belajar anak-anak seusianya.
“Karena kalau kebanyakan main hp itu biking ga fokus. Terus juga harus banyak belajar,” tukasnya.