Ke Mesir, Daarul Qur’an Ajukan Muadalah Dengan Al-Azhar

Konten dari Pengguna
30 November 2021 13:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ke Mesir, Daarul Qur’an Ajukan Muadalah Dengan Al-Azhar
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Universitas Al-Azhar yang berada di Mesir tidak hanya menjadi kampus Islam tertua di dunia. Tetapi juga menjadi tempat lebih dari 10 ribu mahasiswa Indonesia untuk belajar Islam dan menjadi delegasi pelajar asing terbesar dari seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut diungkapkan Wakil Grand Syaikh Al-Azhar Prof. Dr. Muhammad Ad-Duwainy saat menerima Delegasi Pondok Pesantren Salafiyah dan Pesantren Modern yang dipimpin oleh Waketum DMI Komjen Pol (P) DR. Syafruddin dan Ketua Umum Forum Komunikasi Pesantren Muadalah (FKPM) Prof. Dr. KH. Amal Fathullah Zarkasyi, MA. Ahad (28/11).
Pertemuan yang juga dihadiri oleh oleh Sekjen Lembaga Riset Al-Azhar atau yang dikenal dengan Majma Al-Buhuts Al-Islamiyyah, Syaikh Prof. Dr. Nadhir Ayyadh serta Penasehat Grand Syaikh Al-Azhar Ambassador Abdurrahman Musa dan Atdikbud KBRI Kairo Prof. Bambang Suryadi, berlangsung di Masyikhotul Azhar, yang merupakan kantor Grand Syaikh Al-Azhar.
Di hadapan delegasi pesantren Indonesia, Syaikh Ad-Duwaini menyambut peran pesantren sebagai satu institusi pendidikan tertua dalam menyebarkan ajaran islam wasatiyyat di Indonesia. Beliau juga mengapresiasi hubungan Indonesia-Mesir yang telah terjalin dengan baik, khususnya dengan Al-Azhar yang menjadi tempat belajar ribuan mahasiswa Indonesia dan juga rasa cinta yang tinggi masyarakat Indonesia kepada Al-Azhar.
Hubungan Indonesia dengan Mesir, khususnya Al-Azhar memang sudah berlangsung mesra dengan lama. Sejarah mencatat Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kedaulatan Republik Indonesia, setelah proklamasi 17 Agustus tahun 1945. Pengakuan itu sendiri terjadi berkat para pemuda, mahasiswa dan alumni Universitas Al-Azhar.
ADVERTISEMENT
Kemesaraan Al-Azhar dengan muslim Indonesia juga terlihat pada Masjid Al-Azhar yang berada di Kebayoran Baru. Nama masjid yang didirikan oleh Abdul Malik Karim Amrullah, ulama Indonesia yang dikenal dengan panggilan Hamka, disematkan oleh Imam Besar Al-Azhar Mahmud Syaltut saat berkunjung pada 1960. Hamka sendiri dianugerahi gelar doktor kehormatan oleh Universitas Al-Azhar, Mesir.
Sementara itu penasehat Grand Syaikh Abdurrahman Musa menceritakan hubungan baik Al-Azhar dengan Indonesia, ditandai dengan dua kali kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar As Syaikh Prof. Dr. Ahmad Thayyib ke Indonesia.
Jauh sebelum itu Al-Azhar memang telah menjadi tujuan belajar pemuda Islam Indonesia. Hal tersebut diungkap oleh Pengasuh Pondok Pesantren Termas KH. Luqman Hakim Haris Dimyati saat menyerahkan dua kitab karya Syeikh Mahfudz Attarmasi kepada Wakil Grand Syaikh Al-Azhar, yang mengisahkan KH. Abdul Manan At-Tarmasi, kakek beliau, menjadi orang Indonesia pertama yang belajar di Al-Azhar pada tahun 1800an.
ADVERTISEMENT
Kedatangan delegasi pesantren untuk mengajukan kerjasama muadalah dengan Al-Azhar juga disambut dengan baik oleh Wakil Grand Syaikh dan Sekjen Majma’ Buhus. Beliau mengarahkan kepada Sekjen Majma’ Al-Buhus untuk membantu dan mempercepat proses muadalah, sehingga alumni pesantren yang ingin belajar ke Al-Azhar bisa studi melalui mekanisme yang benar.
Muadalah sendiri merupakan kurikulum yang diselenggarakan dan berada di lingkungan pesantren dengan basis kitab kuning atau dirasah islamiyah dan berada di bawah Kementerian Agama.
Dalam kesempatan ini ada lebih dari 50 pondok pesantren yang mengajukan muadalah dengan Al-Azhar, antara lain: Pondok Termas Pacitan, As-Shiddiqiyah Jakarta, Al-Ikhlas Taliwang, Al-Mizan Banten, Darel Azhar Banten, Manahijussadat Banten, Daarul Qur'an Tangerang, Al-Amien Madura, Mawaridussalam Medan, Al-Hikmah 1 Brebes, Al-Mujtama’ Al-Islamy Lampung, Baitul Hidayah Bandung, Darussalam Bogor, Al-Amanah Al-Gontory Tangerang, Al-Basyariyah Bandung, Al-Falah Ploso Kediri, Tebuireng Jombang, Al-Masduqiyah Probolonggo, Al-Islah Bondowoso, Miftahul Huda Manonjaya, Al-Bahjah Cirebon, MHS Babakan Ciwaringin Cirebon, Al-Azhar Muncar Banyuwangi, Aisyah Bojonegoro dan lain-lain.
Pertemuan ini dirasa spesial oleh Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an yang juga ikut dalam rombongan. Tidak tanggung-tanggung semua pimpinan Daqu yang terdiri dari KH Yusuf Mansur, KH Ahmad Jamil, KH Tarmizi Ashidiq dan KH Anwar Sani ikut dalam rombongan tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan tersebut, Pimpinan Daarul Qur’an Direktorat Pendidikan KH Ahmad Jamil yang hadir berharap kerjasama ini akan semakin mempermudah sekaligus memperbanyak alumni pesantren khususnya dari Daarul Qur’an belajar di Al-Azhar.
"Saat ini ada ratusan alumni Daarul Qur’an yang tengah menuntut ilmu di Al-Azhar dan kami berharap dengan kerjasama ini akan semakin banyak lagi alumni Daarul Qur’an yang bisa meneruskan studinya di negeri para nabi ini dengan segala kemudahan,” ujar Ahmad Jamil.
Beliau pun berpesan kepada para santri Daarul Qur’an untuk, "niat saja dulu, tulis dreamnya, kencengin dan ulang-ulang terus doanya, sambil tetap menghafal Al-Qur’an dan membekali diri dengan language skill."
“Insya Allah, man saaro ‘aladdarbi washola, siapa saja yang berjalan di atas jalannya akan sampailah Ia.”
ADVERTISEMENT