Kisah Lima Orang Sahabat Mendirikan Rumah Tahfidz Di Mesir

Konten dari Pengguna
21 Januari 2022 15:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kisah Lima Orang Sahabat Mendirikan Rumah Tahfidz Di Mesir
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
10 November 2014, lima orang sahabat yang terdiri dari Abdul Aziz, Ahmad Faqih, Muhammad Rendi, Ibrahim lubis dan seorang yang kerap kami panggil Bang Udin membangun rumah tahfidz. Tidak tanggung-tanggung mereka membangun rumah tahfidz di Mesir. Kisah ini bermula dari ajakan Kiai Yusuf Mansur kepada siswa-siswi MAN 12 Jakarta Barat untuk menghafal Alquran di rumah beliau yang kerap disebut Rumah Putih. Selama kurang lebih 9 bulan mereka menghafal Alquran, kemudian berpindah tempat ke Pesantren Wadi Mubarok, Bogor. Belum genap mereka menyelesaikan hafalan, Kiai Yusuf menawarkan mereka untuk meneruskan hafalannya dan juga mendalami ilmu agama di Mesir. Kemudian mereka menerima tawaran tersebut dan 30 Maret 2014 mereka berangkat ke Mesir.
Setibanya di Mesir kelimanya mencari halaqoh tahfidz Quran untuk melanjutkan hafalan mereka sesuai tugas dan pesan dari Kiai Yusuf. Mesir yang menjadi kiblat keilmuan tentunya banyak halaqoh-halaqoh tahfidz yang tersedia di mana-mana. Tapi itu tidak dirasa cukup oleh mereka. Mereka juga butuh lingkungan yang kesehariannya lekat dengan Alquran, karena dalam menghafal Alquran lingkungan sangat berpengaruh terhadap hafalan dan mereka butuh teman untuk saling menyimak. Oleh karena itu, yang mereka cari halaqoh tahfidz yang berbasis muqim (menetap). Akhirnya mereka menemukan halaqoh tahfidz tersebut bernama maqurō, namun sangat disayangkan pendaftaran kelas tahfidz muqim telah ditutup. Tidak habis akal mereka membangun sendiri halaqoh tahfidz yang diinginkan. Akhirnya mereka membangun rumah tahfidz dengan bimbingan ustadz Taslim dan ustadz Irfan.
Rumah tahfidz ini didirikan di Abdou Basha, daerah yang justru jarang dihuni oleh orang Indonesia. Karena masih tahap awal dalam membentuk rumah tahfidz, maka mereka membatasi peserta yang ingin mendaftar.Walaupun demikian, ketika dibuka pendaftaran ternyata banyak yang berkeinginan untuk masuk rumah tahfidz tersebut, Namun mereka tetap membatasi kuota untuk anggota hanya 20 orang agar mudah terkontrol dan juga lebih efektif dalam kegiatan menghafal.
ADVERTISEMENT
Selama satu tahun, Rumah tahfidz ini diasuh oleh Syekh Mahmud. Dikarenakan beliau memiliki kewajiban lain, Syekh Mahmud kembali ke kampung halamannya di Fayoum. Kemudian digantikan oleh ustadz Azwar dan ustadz Wildan.
Keberadaan rumah tahfidz sekarang menjadi tempat yang dituju oleh mahasiswa Indonesia di Mesir, karena banyaknya kegiatan seperti kajian rutin mingguan, dauroh , tasmi’ hafalan dan kegiatan-kegiatan lainnya. Di bawah binaan Daarul Quran dan juga nasihat dari Kiai Yusuf Mansur dan ustadz-ustadz lainya kini Rumah tahfidz mesir mempunyai 4 cabang, 2 putra dan 2 putri, masing-masing berbasis mukim.
Ditulis oleh Nizar Nurfadillah, Alumni Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an yang sedang menempuh studi di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.