Kisah Santri Daarul Qur'an Terjebak Lockdown di Mesir

Konten dari Pengguna
1 April 2020 5:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Membaca dan mengkaji Alquran menjadi pengisi waktu selama karantina di asrama
zoom-in-whitePerbesar
Membaca dan mengkaji Alquran menjadi pengisi waktu selama karantina di asrama
ADVERTISEMENT
Kematian seorang turis Jerman di sebuah resort di Sinai, Mesir, pada Minggu (8/3) menjadi kasus kematian pertama akibat wabah corona di Mesir sekaligus Afrika. Pemerintah Mesir pun menyikapi ini dengan serius dengan menerapkan beberapa kebijakan, di antaranya menutup kegiatan sekolah hingga dua minggu ke depan. Penutupan kegiatan sekolah ini diambil sebagai langkah antisipasi untuk menghindari penyebaran virus COVID-19 dan demi menjaga keselamatan dan kesehatan bersama. Selain itu pemerintah Mesir juga menutup Bandara Kairo dan tempat-tempat umum serta wisata. Kebijakan ini berlaku sejak 18 Maret hingga 31 Maret 2020.
ADVERTISEMENT
Kebijakan ini berdampak bagi santri Daqu yang tengah mengikuti kegiatan dauroh Alquran dan Bahasa Arab di Ma’had Mualimil Qur’an yang berlokasi di Provinsi Giza, Mesir. Tercatat ada lima santri Daqu yang tengah mengikuti dauroh tersebut yakni: Adam Duta Mursadi kelas X IPA D, M. Reksi Azhari Fansuri kelas X IPA B, M. Rifai Rifky F. R kelas X IPA B, Misbah Lathif Abdillah kelas X IPA A, dan M. Daffa Rajendra kelas X IPA D.
Tetap saalat Jumat dengan kawan-kawan di asrama
Meski begitu Ma’had Mualimil Quran tidak meliburkan para pesertanya melainkan hanya meringkas jam pertemuan yang semulanya 8 jam per hari menjadi 6 jam perhari. Ini menyebabkan kekosongan waktu bagi kelima santri Daqu, yang digunakan untuk memperbanyak murojaah Alquran dan mentadabburi surat Al-An’fal, dibimbing oleh Ustadz Luthfan, salah seorang asatidz peserta dauroh yang juga pimpinan pondok Tahfidz Al-Qur’an di Kalimantan Barat. Surat Al-Anfal dipilih karena surat ini menceritakan tentang perang Badar, dari itulah diharapkan bagi kita agar bisa memerangi hawa nafsu untuk terus semangat dalam beribadah kepada Allah.
ADVERTISEMENT
Yang mengejutkan kami selama masa karantina ini adalah ketika pada Sabtu (21/3), Syeikh Azhar dan Kementerian Wakaf yang diperkuat oleh Mufti Al-Azhar, mengeluarkan keputusan untuk meniadakan sholat jama’ah dan sholat Jumat selama dua pekan. Hal ini juga berlaku untuk tempat peribadatan lainnya. Adzan tetap dikumandangkan serta mengganti lafadz “Hayya ‘ala sh-sholah dan Hayya ‘ala l-falah” menjadi, “al-salatu fii buyutikum dan al-salatu fii rihaalatikum”. Meski demikian kami dihimbau oleh Prof. Dr. dr. Muhammad Dawud selaku penanggung jawab Dauroh ini untuk tetap menjalankan sholat jemaah dan sholat Jum’at mandiri di Asrama menggunakan mazhab Imam Abu Hanifah yang minimal tiga orang dengan imamnya.
Jalan-jalan yang biasanya dilalui banyak orang terlihat lengang
Seiring berjalan waktu Perdana Menteri Mesir Mustofa Madbouly mengumumkan pemberlakuan ‘Jam malam’ mulai dari 19.00 malam hingga 06.00 pagi selama dua pekan mulai Rabu (25/3), untuk melawan penyebaran virus corona, “Mereka yang melanggar jam malam akan ditindak tegas berdasarkan hukum darurat di Mesir,” jelas Madbouly. Kebijakan ini kemudian meringkas jam pertemuan bagi Dauroh menjadi 4 jam perhari, meskipun memiliki banyak waktu luang para peserta Dauroh diharapkan untuk tidak keluar asrama, hanya diberi kesempatan keluar asrama satu kali dan hanya satu orang setiap harinya untuk membeli kebutuhan pada siang harinya. Pada malamnya para santri melakukan inisiatif untuk membaca surat Yasin, Shalawat, dan Zikir Bersama bertujuan agar wabah ini segera mereda.
ADVERTISEMENT
Kebijakan Jam Malam juga meliputi penutupan pusat perbelanjaan, toko-toko, restoran, serta penghentian transportasi umum termasuk bandara, yang berarti tertundanya kepulangan peserta dauroh yang seharusnya dijadwalkan pulang pada Kamis (9/4) dan harus menunggu informasi kapan bandara bisa dibuka kembali. Melalui Voice Note, Kyai Ahmad Jameel menyampaikan terkait kepulangan yang tertunda agar selalu mensyukuri setiap keadaan yang terjadi, “Coba lihat sudut pandang yang berbeda, ini cara Allah bikin anak-anak semakin lama di Mesir, menikmati Mesir, dan mudah-mudahan menjadi pintu Ananda nanti bisa belajar di Al-Azhar dan kampus-kampus terbaik di dunia Insya Allah,” jelas Kyai Jameel.
Diceritakan oleh: M Daffa Rajendra, santri kelas X IPA D Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an, Ketapang, Tangerang.
ADVERTISEMENT