Makna Kemerdekaan dalam Kacamata Sepak Bola

Konten dari Pengguna
24 Agustus 2020 7:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Prosesi upacara kemderdekaan di pesantren tahfizh Daarul Qur'an Putri, Cikarang.
zoom-in-whitePerbesar
Prosesi upacara kemderdekaan di pesantren tahfizh Daarul Qur'an Putri, Cikarang.
ADVERTISEMENT
Tahu Real Madrid? Atau Manchester United? Atau Liverpool? Atau dari dalam negeri seperti Arema, Persib, Persija, Persipura, dan lain sebagai macamnya. Kita bukan sedang mendata nama Club ya, tapi menarik jika kita melihat lebih dalam tentang olah raga sepak bola.
ADVERTISEMENT
Sepak bola itu olah raga yang lengkap, dari mulai yang cuma teriak-teriak, ngambilin bola, nunggu bola, lari bolak balik, mikir, ngomentarin, dan lain macem tumplek di sepak bola.
Nah, lebih kerennya lagi, banyak hikmah yang di dapat kita ambil dari olah raga ini. Hikmah komentator, hikmah pelatih, hikmah kiper, hikmah playmaker, hikmah striker, hikmah winger, hikmah pemain cadangan, bahkan sampai supporter pun ada hikmahnya. Dalam dunia sepak bola, perjalanan kesuksesan dan kemunduran klub pun bisa jadi hikmah tersendiri.
Kita tahu bagaimana di liga inggris, ada beberapa klub yang berdiri dalam 1 kota, misal di London ada Arsenal dan Chelsea, di Manchester ada Manchester Merah dan Manchester Biru, di Milan I ada AC dan Inter, dan setiap pendukung masing-masing club punya analisa dan alasan untuk membanggakan klubnya.
ADVERTISEMENT
Dalam olah raga ini pula, strategi dimainkan dengan sempurna. Baik oleh pelatih, pemain, pemilik klub, penonton, bahkan sampai komentator pun memainkan strategi. Jika tim pilihan komentator gagal dalam pertandingan maka komentarnya “belum beruntung”, “sedikit lagi”, dan berjuta komentar yang menyemangati tim dukungannya. Namun hal tersebut bisa berkebalikan jika tim nya menang. ;D
Yah, begitulah sepak bola. Saya lebih suka melihat sepak bola yang keseluruhannya berjalan dengan adil dan bijaksana. Ketika timnya menang, maka tidak ada yang mengklaim lebih berperan dalam kemenangan tersebut dan jika kalah pun, tidak ada pihak yang disalahkan, semua mengakui kekurangan timnya, dan mengakui kelebihan lawan.
Jika suatu tim sepak bola seperti itu sikapnya, maka kesuksesan tim tersebut tinggal menunggu waktu saja.
ADVERTISEMENT
Lalu apa hubungan kemerdekaan dan sepak bola sebagaimana judul tulisan ini?
Kemerdekaan Indonesia itu bukan hanya kerja seorang, atau sekelompok saja, tapi kerja kumulatif seluruh pihak yang mendukung kemerdekaan, walaupun tidak berperan langsung. Dapat dibayangkan jika saat proklamasi, Bapak Soekarno hanya pidato seorang diri tanpa ada yang meliput, menghadiri, mendengarkan, maka hal itu tidak lebih seperti latihan pidato di tengah lapangan toh?
Kemudian dalam pelaksanaan pidato kemerdekaan saja, banyak sekali pihak yang terlibat, masa iya, beliau-beliau yang hadir tidak memiliki kontribusi dalam kemerdekaan? Walaupun memang nama mereka mungkin tidak tercatat dalam buku sejarah. Tapi beliau-beliau merupakan pelaku sejarah juga.
Ilustrasi bermain sepak bola Foto: Shutterstock
Jika ada yang mengklaim bahwa pemuda lah yang paling berperan, hal itu benar adanya, tapi hanya untuk meyakinkan Soekarno saja, setelah Soekarno yakin, maka bolanya pindah lagi dari Pemuda ke Soekarno.
ADVERTISEMENT
Kemudian, saat Soekarno meminta fatwa Jihad untuk berperang melawan tentara penjajah, apakah para ulama tidak berperan? Tentu berperan, karena dengan fatwa tersebutlah para santri memiliki semangat untuk melawan penjajah karena tergolong Jihad.
Masih banyak lagi kejadian lain dalam proses kemerdekaan Indonesia. Lalu dengan semangat yang sama dengan tim sepak bola, bangsa kita akan menjadi bangsa yang hebat jika kita semua saling menghargai dan menghormati peran seluruh pihak yang terlibat dalam kemerdekaan Indonesia, seberapa kecilnya peran tersebut, maka kita harus menghormatinya.
Sehingga semangat kemerdekaan saat ini adalah selain dengan menghormati jasa pahlawan kemerdekaan, baik yang tercatat maupun yang tidak tercatat, maka kita pun haru menjadi bagian dari estafet kemerdekaan Indonesia hingga cita-cita Bangsa Indonesia tercapai. Cita-cita tersebut dapat kita baca dalam Pancasila, yaitu 1. Ketuhanan Yang Maha Esa, 2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, 3. Persatuan Indonesia, 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyarawatan perwakilan, 5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
ADVERTISEMENT
M E R D E K A !!!!
Ditulis oleh Rizki Aminullah, Kepala Biro Litbang Daarul Qur’an