Mimpi Fakhri Jadi Menteri Agama

Konten dari Pengguna
26 September 2022 13:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mimpi Fakhri Jadi Menteri Agama
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Masuk Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an pada tahun 2017, Fakhri Hasan bermimpi untuk jadi Menteri Agama, untuk memuluskan cita-citanya tersebut, Ia bertekad masuk Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).
ADVERTISEMENT
Dunia pesantren tidak asing bagi Fakhri, begitu ia kerap dipanggil. Sejak SMP ia sudah mondok di Pesantren Al-Ikhlas, Bone. Lalu Ia memutuskan untuk masuk ke Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an, Ketapang, Tangerang, pada tahun 2017.
Pria kelahiran Pare-Pare, Sulawesi Barat, yang kemudian menetap di Papua sejak usia 2 tahun ini merupakan anak tunggal dari pasangan Hasan Basri dan Rismayanti. Aktivitas kedua orangtua di kementerian agama membuat Fakhri berkeinginan menjadi Menteri Agama kelak.
"Mungkin karena kerap melihat aktivitas kedua orangtua di kementerian agama dan sepertinya menarik mengurus kepentingan umat" ujar Fakhri tentang pilihannya tersebut.
Dengan masuk IPDN juga Fakhri ingin meringankan beban orangtua, mengingat lulusan sekolah abdi negara ini otomatis akan masuk dunia kerja pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Tidak mudah jalan Fakhri masuk IPDN. Ada tes seleksi kemampuan dasar (SKD) yang harus dilaluinya, di mana ada satu tes yang menjadi momok yakni matematika dasar.
"Saya dari awal lemah pelajaran Matematika. Tapi itu bukan berarti saya menyerah. Sebaliknya saya tekun belajar agar bisa melalui tes matematika tersebut" ujar Fakhri.
Fakhri pun masuk bimbingan belajar di Kota Makassar untuk menutupi kekurangannya dalam pelajaran Matematika. Selama 3 kali dalam sehari dan full dalam satu minggu, Fakhri digenjot untuk menguasai pelajaran matematika dasar.
“Saya sempat ingin mundur saat 2 bulan di bimbel. Rasanya matematika itu sulit. Tapi, saya teringat janji dan cita-cita saya ke orangtua, akhirnya semangat itu datang lagi” ujar Fakhri.
ADVERTISEMENT
Satu pekan jelang tes masuk, Fakhri berangkat ke Papua. Di sana ia masih mengasah kemampuan matematikanya di salah satu tempat bimbingan belajar. Sebagaimana pepatah, hasil tidak akan mengkhianati kerja keras, Fakhri dinyatakan lulus dengan nilai tes 384 dan menempati urutan ke 8 dari provinsi Papua.
Bekal Pesantren
Pengalaman Fakhri mondok di Pesantren membuat dirinya tidak perlu lama beradaptasi di IPDN yang juga berbasis sekolah berasrama.
“Alhamdulillah pengalaman di pesantren memudahkan saya beradaptasi dengan lingkungan IPDN” ujar pria yang punya hobi bulutangkis tersebut.
Fakhri yang mengidolakan Taufik Hidayat ini mengaku bersyukur bisa masuk di pesantren. Di sini ia mengaku ditempa soal kedisiplinan dan tanggung jawab, 2 hal yang menjadi pondasi utama untuk sekolah kedinasan seperti IPDN.
ADVERTISEMENT
“Di pesantren para santri dituntut untuk bisa mengatur dirinya sendiri. Karena jauh dari orang tua kita harus bisa membuat target bagi diri sendiri” ujarnya.