Pengalaman Minggu Pertama Fayedh di Pesantren

Konten dari Pengguna
29 Juli 2022 13:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pengalaman Minggu Pertama Fayedh di Pesantren
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Bagi para santri baru, minggu-minggu pertama di pesantren memanglah berat. Terlebih mereka yang tidak punya pengalaman mondok sebelumnya. Hidup jauh dari keluarga inti dan belajar hidup mandiri di pesantren adalah sebuah perjuangan.
ADVERTISEMENT
Kesan ini dirasakan pula oleh Fayedh Ahmad Sayadan, santri kelas 7 yang berasal dari Medan, Sumatera Utara. Dia bercerita bahwa alasan pertama kenapa bisa menginjakkan kakinya di Pesantren Tahfizh Daarul Quran adalah karena orang tuanya yang menginginkan Fayedh menjadi penghafal Al-Qur’an.
Pada mulanya Fayedh tidak ingin masuk di pesantren, ia lebih ingin sekolah di tempat kakaknya belajar saat ini. Namun, orang tuanya bersikeras dan membujuk Fayedh untuk masuk pesantren. Melihat keinginan orang tua, hati Fayedh luluh hingga ia menerima untuk masuk pesantren.
Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an dipilih karena banyak peluang beasiswa. Ini juga sejalan dengan keinginan Fayedh yang mau kuliah di luar negeri dan jika memang bisa mendapat beasiswa.
ADVERTISEMENT
“Setelah kami liat-liat di media sosialnya, ternyata banyak kerjasama antara Daqu dengan institusi pendidikan lain dan juga banyak alumninya yang saat ini kuliah di luar negeri” ungkap Fayedh.
Hari-hari awal masuk pesantren, Fayedh merasa tidak kerasan jauh dari orang tua. Karena ini menjadi pengalaman pertamanya hidup berjarak jaug dari kedua orang tuanya.
Namun pada hari kedua nya berada di sini, ia baru merasakan betapa serunya bersama dengan teman-teman barunya. Teman-teman yang asik diajak bercanda dan nyaman untuk diajak berbicara bersamanya. Ya, walaupun beberapa ada yang kurang ramah sih…
Saat ditanya bagaimana rasanya jauh dari orang tua, Fayedh berkata kalau dia merasa sakit saat memikirkan kalau orang yang telah melahirkannya, yang sudah membesarkannya selama ini, kini terpisah jauh darinya. Seperti ada sesuatu yang kurang di kehidupannya. “Seperti tidur tanpa bantal’ jelasnya.
ADVERTISEMENT
Fayedh sekarang menjalankan hari-harinya di pesantren dengan biasa. Belajar dan menghafal Al-Qur’an bersama dengan teman-temannya di Pesantren Tahfizh  Daarul Qur’an ketapang ini.
Penulis: Ihsan Fadhil, Santri Pesantren Daqu Kelas 11