Rafa: Calon Dokter Penyuka Sains, Sukses Jadi Hafiz Alquran Sejak SMP

Konten dari Pengguna
2 September 2022 15:13 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sosok Rafa, santri kelas 9 SMP yang membuat hati kedua orang tuanya bangga sebab menjadi hafiz Alquran.
zoom-in-whitePerbesar
Sosok Rafa, santri kelas 9 SMP yang membuat hati kedua orang tuanya bangga sebab menjadi hafiz Alquran.
ADVERTISEMENT
Setiap malam Rafa Daida Hawa, santri Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Badung kelas 9, tidak berhenti menangis. Dua minggu lamanya ia berurai air mata menjelang waktu tidur. Hari-hari pertama masuk pondok membuat dirinya yang baru beranjak remaja ini masih kerap rindu kehangatan berkumpul bersama keluarga di rumah. Bersama ayah bunda, serta seorang kakak laki-laki yang ia cintai.
ADVERTISEMENT
Rasa sedih makin menjadi jika Rafa mengingat proses masuk pondok pesantrennya itu. Kala itu, dirinya telah menetapkan hati mendaftar di salah satu SMP negeri di kota asalnya, Tasikmalaya, Jawa Barat. Namun, sang bunda punya pandangan lain.
Rafa yang seorang lulusan sekolah dasar islam telah memiliki hafalan Al-Qur’an sebanyak 5 juz. Sang bunda khawatir Rafa tidak mampu melanjutkan hafalannya karena tidak ada guru serta program menghafal yang rutin dilakukan.
Atah dan ibu Rafa tak ingin sang anak kehilangan kesempatan menghafal Al-Qur'an.
Di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Bandung Rafa memiliki sepupu yang tengah mondok. Hal tersebut menjadi pertimbangan sang bunda untuk mendaftarkan Rafa masuk pondok yang sama.
Keberadaan saudara di pondok cukup membantu Rafa beradaptasi. Lambat laun kesedihannya menghilang. Apalagi Rafa merupakan santri yang punya kemampuan menghafal Al-Qur’an dengan cepat. Ditambah ia makin termotivasi dengan keberadaan sang sepupu yang sudah punya lebih banyak hafalan.
ADVERTISEMENT
Bukan cuma sepupu satu pondoknya saja yang menghafal Al-Qur’an. Di keluarga besarnya pun banyak yang sedang berkhidmad dengan kalamullah tersebut. Ini juga menjadi motivasi tambahan bagi diri Rafa.
Memiliki hafalan 5 juz saja sudah merupakan prestasi bagi anak seumuran tingkat Sekolah Dasar. Rafa yang mulai menghafal sejak kelas 2 SD mengaku tak mudah pada awal-awal proses menghafal Qur’annya. Pun begitu ketika di pondok.
Kerinduan akan rumah sempat menghambat proses menghafal Al-Qur’an Rafa. Tahun pertamanya, ia bak tidak punya arah dalam menghafal. Setoran hafalan ya syukur, tidak setor pun ya sudah.
Tapi dukungan terus mengalir terrhadap dirinya. Teman-teman, keluarga, serta para asatidz dan asatidzah tidak pernah putus menyemangati Rafa. Gairah menghafal Al-Qur’an Rafa pun perlahan kembali.
Rafa menemukan jati dirinya. kini ia punya cita-cita mulia menjadi seorang dokter.
Salah satu yang membuatnya betah di pesantren adalah pembelajaran di sekolah. Terkhusus, ia amat menyenangi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau sains. Karena di Pesantren Daqu Bandung, ia tidak hanya belajar materi. Kelengkapan fasilitas berupa laboratorium membuat semangat belajar para santri semakin meningkat, termasuk Rafa.
ADVERTISEMENT
Kala dirinya suntuk menghafal, pelajaran sains ini yang ia tunggu. Ketika masuk lab, Rafa seolah masuk dunia baru. Berkutat dengan segala jenis peralatan, percobaan-percobaan sederhana yang menyenangkan, serta eksperimen yang mengasyikkan membuat ia lupa akan perasaan tak betahnya di pondok.
Akhirnya Rafa mulai menemukan ritme kehidupan di pondok. Masuk kelas 8 SMP, ia makin paham apa tujuan masuk pondok, lebih-lebih dalam menghafal Al-Qur’an. Selain pelajaran sains, menghafal Al-Qur’an menjadi kegiatan favoritnya selama di pondok.
“Dulu di awal kelas 7 saya belum punya target hafalan. Masuk kelas 8 sudah mulai ada target, awalnya setiap hari menghafal 3 halaman, lama-lama nambah jadi 4 sampai 5 halaman,” cerita Rafa tentang proses menghafal Al-Qur’annya itu.
ADVERTISEMENT
Setiap halaman ia bagi dua. Setengah halaman pertama ia matangkan hafalannya. Jika sudah yakin tidak ada yang terlewat, ia lanjut menghafal setengah halaman berikutnya. Dalam satu hari Rafa bisa menghafal hingga 5 halaman.
Namun, tidak selamanya perjalanan menghafal itu mulus. Memasuki juz 10, Rafa sedikit tersendat akibat banyak ayat yang belum ia pahami artinya. Hambatan serupa juga ia temui kala hafalannya masuk juz 23.
Karena bagi Rafa, menghafal Al-Qur’an akan lebih mudah jika kita memahami makna ayatnya. Karena itu ia tekun ketika kelas belajar malam digelar dengan materi dirosah atau bahasa.
Kelas bahasa ini digelar setelah sholat isya berjama’ah. Dahulu, kata Rafa, kegiatan setelah sholat isya tersebut tidak cuma kelas bahasa, tapi banyak.
ADVERTISEMENT
“Kalau sudah selesai sholat isya dan witir pengennya istirahat, tapi masih suka ada kegiatan, jadinya males,” kenang Rafa. Tapi setelah dirinya menginjak kelas 9 SMP, kegiatan lain selain belajar bahasa ditiadakan. Hanya sesekali saja acara lain digelar.
Rafa mencium kedua tangan orang tuanya kala prosesi tami' 30 juz Alquran selesai.
Menghafal Al-Qur’an, bagi Rafa, bukan hanya sebuah kewajiban. Lebih dari itu mengajarkan pula berbagai aspek dalam kehidupan seperti disiplin, pantang menyerah, serta tanggung jawab. Kehidupan pesantren menguatkan hal tersebut. Akhirnya berdampak pula kala Rafa tengah menikmati liburan di rumah.
“Perubahan setelah mondok pasti jadi lebih mandiri dan disiplin. Saya jadi rajin nyetrika di rumah,” ujar Rafa mengakui. Perubahan ini juga membuat bangga hati kedua orang tua Rafa. Bagi mereka, tak ada kekeliruan memasukkan sang buah hati ke Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Bandung.
ADVERTISEMENT
Hati kedua orang tua Rafa makin berbunga kala menyaksikan sang anak menghadapi ujian tasmi’ Al-Qur’an 30 juz di penghunjung jenjang SMP-nya. Bulan Agustus 2022, Rafa resmi dinobatkan sebagai santri penghafal Al-Qur’an setelah dinyatakan lulus dalam ujian tersebut. Disaksikan pula oleh anggota keluarga besarnya, juga teman-teman dan para asatidz asatidzah di Pesantren Daqu Bandung.
Rafa mencium tangan kedua orang tuanya. Sebuah mahkota sebagai simbol janji Allah SWT pada seorang anak untuk dipakaikan kelak di syurga pada orangtuanya terpampang indah di kepala sang ayah dan bunda. Lantas momen haru tak terelakkan.
Sebuah pesan dari kakak kelas yang juga menjadi pembimbing Rafa menghafal Al-Qur’an pun terngiang di kepala pada momen tersebut.
“Kata dia walaupun malas harus tetap mengaji. Dalam sehari jangan sampai gak menghafal,” ucap Rafa menirukan titah sang kakak kelas.
ADVERTISEMENT
Ia adalah Alia Zahra. Alumni Pesantren Daqu Bandung pemegang sanad Al-Qur’an yang pernah mengabdi di pondok, kini sudah berkarir di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Rafa mengaku kagum dengan Alia. Darinya, Rafa juga belajar bahwa santri bisa menjadi apa saja dan berguna bagi masyarakat.
Karena itu, kegemarannya terhadap sains kini ingin ia tekuni. Meski baru lulus jenjang SMP, ia sudah bertekad meraih cita-cita menjadi seorang dokter. Membantu banyak orang yang kesulitan keluar dari penyakit yang diderita.
Tujuan mulia ini makin membuat hati sang ayah dan bunda terenyuh. Iringan doa terus mengalir dari bibir keduanya. Pun pesan menjaga hafalan tak lupa diberikan pada Rafa.
Perjalanan menghafal 25 juz selama mondok tak ingin Rafa sia-siakan. Tekad selanjutnya tentu ia ingin meraih sanad Al-Qur’an yang terhubung hingga Rasulullah SAW. Di Pesantren Tahfizh Daarul Quran Bandung, program tersebut sudah tersedia.
Teruntuk orang tua, teman, dan guru yang membimbingnya, Rafa mengucap terima kasih dan panjatkan rasa syukur yang tak terkira.
Kisah Rafa ini menjadi motivasi bagi kawan-kawan seperjuangannya. Kesedihan kala harus berpisah dengan keluarga menjadi energi untuk menyelesaikan hafalan Al-Qur’an. Tak hanya itu, perjalanan Rafa mondok menuntunnya dalam pencarian jati diri.
ADVERTISEMENT
Kini, seorang anak seusia remaja yang baru lulus tingkat SMP sudah bergelar Hafizah Al-Qur’an. Rafa juga mampu menemukan jalan untuk menyongsong masa depannya. Iringan doa mengalir deras bagi kelanjutan hidup Rafa di pondok. Rafa juga bertekad meneruskan tingkat SMA di pondoknya ini.
Kepada sahabat seperjuangannya, ia berpesan, “Buat teman-teman yang lagi menghafal, harus tetap semangat. Kalau susah menghafalnya jangan dulu menyerah, lanjutin aja dulu. Lama-lama pasti terbiasa.”