317 Orang Mengungsi Akibat Gempa di Maluku Utara

Konten Media Partner
16 November 2019 21:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi Pengungsi di Mayau, Batang Dua, Ternate, Maluku Utara. Foto: Relawan Angkatan muda Gereja Prostestan Maluku
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Pengungsi di Mayau, Batang Dua, Ternate, Maluku Utara. Foto: Relawan Angkatan muda Gereja Prostestan Maluku
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sekitar 317 Warga terdiri dari 111 Kepala Keluarga di Kelurahan Mayau, Kecamatan Pulau Batang Dua, Kota Ternate, Maluku Utara mengungsi ke dataran tinggi. Mereka juga mengalami trauma akibat gempa bumi 7,1 mangnitudo yang mengguncang pada Jumat (15/11), Pukul 01.17 WIT dan ratusan gempa susulan terjadi hingga kini.
ADVERTISEMENT
Hasil monitoring Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, hingga Sabtu 16 November 2019 pukul 21.00 WITA, terhadap Gempa Laut Maluku M=7,1 menunjukkan, telah terjadi 188 kali aktivitas gempa susulan (aftershocks) dalam berbagai variasi magnitudo dan kedalaman. Gempa susulan dengan magnitudo paling besar yakni 6,1 magnitudo dan terkecil 2,7 magnitudo. Ada pula gempa susulan dengan guncangan dirasakan terjadi sebanyak 10 kali.
sumber BMKG
“Kami baru saja diguncang gempa. Masyarakat di sini trauma jadi, kami sementara mengungsi di daerah ketinggian. Ada dua lokasi pengungsian di sini. Untuk data-data pengungsi, sudah saya sampaikan ke Gereja Ayam di Ternate dan ke Pak Asghar Saleh,” ungkap Ketua Angkatan muda Gereja Protestan Maluku (AMGPM), Alprens Poene, ketika dihubungi cermat, pada pukul 19. 57 WIT, Sabtu (16/11)
Pengungsi di Mayau, Pulau Batang Dua sedang memasang terpal seadanya di lokasi pengungsian. Foto: Angkatan muda Gereja Prostestan Maluku
Lokasi pertama berada di lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 11 dengan jumlah pengungsi 248 jiwa terdiri dari 22 lansia, 4 ibu hamil, 31 bayi usia 0-5 tahun, dan cacat fisik 3 orang. Jarak lokasi pengungsian sekira 100 meter dari permukiman warga. Sementara lokasi kedua berada di Lapangan Radio. Di sini, ada 69 jiwa, 4 bayi usia 0-5 tahun, dan 2 orang lansia. Jarak lokasi ini sekira 500 meter dari permukiman warga.
ADVERTISEMENT
Alprens bilang, saat ini, para pengungsi membutuhkan terpal dan selimut. Sebab, di tempat pengungsian, mereka kekurangan terpal. “Saat ini, pengungsi membutuhkan terpal. Karena kalau embun, kami basah,” ungkapnya.
Ratusan pengungsi di Pulau Batang Dua terlihat tidur di lokasi pengungsian dengan tenda seadanya. Foto: Angkatan muda Gereja Prostestan Maluku
Hingga saat ini, katanya, belum ada pihak pemerintah Kota Ternate dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ternate, yang datang maupun memberi bantuan.
“Belum ada yang datang,” katanya.
Cermat pun mengunjungi Pendeta Donny Toisuta, di Gereja Ayam, Kota Ternate Tengah pada Sabtu (16/11) siang. Terlihat, Donny bersama Asghar Saleh, Direktur LSM Rorano, terus menghubungi pengurus AMGPM di Kelurahan Mayau, Pulau Batang Dua, yang telah dilatih siaga bencana.
Kondisi pengungsian di Pulau Batang Dua. Foto: Angkatan muda Gereja Prostestan Maluku
Donny berharap pihak pemerintah maupun BPBD secepatnya turun ke lokasi agar tahu kondisi terkini masyarakat di Pulau Batang Dua. Saat ini, katanya, relawan siaga bencana AMGPM yang berjumlah 50 orang, dengan segala keterbatasan, terus melakukan assessment dan membantu masyarakat seadanya.
ADVERTISEMENT
“Tercatat, sudah 317 jiwa mengungsi di dua lokasi. Itu pun di Kelurahan Mayau. Relawan di sana masih terus mencatat di kelurahan lainnya,” ungkap Pendeta Donny.
“Malam ini, ada bantuan dari GPM (Gereja Protestan Maluku) yang dikirim dari Bitung, ke Pulau Batang Dua,” katanya. Bantuan tersebut berupa 25 buah terpal ukuran 8x6 meter dan senter untuk penerangan di lokasi pengungsian.
BPBD Kota Ternate: Tidak ada yang mengungsi
Di sisi lain, Kepala BPBD Kota Ternate, Hasim Yusuf mengatakan, tidak ada pengungsi di Kecamatan Pulau Batang Dua.
“Tidak ada pengungsi. Di (Pulau) Batang Dua tidak ada pengungsi. Ada kerusakan rumah 30 unit,” kata Hasim ketika dihubungi cermat.
Hasim bilang, data 30 unit rumah itu didapat dari lurah dan camat Pulau Batang Dua. Ia mengaku, pihaknya, hingga saat ini belum ke lokasi Pulau Batang Dua sejak gempa 7,1 magnitudo mengguncang Maluku Utara.
ADVERTISEMENT
Hasim menjelaskan, bisa dikatakan mengungsi jika masyarakat menetap di daerah ketinggian. Namun, katanya, Hanya satu dua ibu-ibu yang merasa takut ketika malam dan memilih tidur di daerah ketinggian.
“Mungkin mereka ke kebun-kebun untuk rasa aman kalau ada gempa (gempa susulan),” tambahnya.
Hasim bilang, memang terjadi gempa sususlan dengan kekuatan 3.4 hingga 5.2 magnitudo. “Ada (gempa susulan) tapi tra (tidak) terasa,” katanya.
Gambar merah menunjukan lokasi Pulau Batang Dua. Gempa susulan yang terjadim selalu berada dekat ti titik tersebut.
Semantara itu, Direktur LSM Rorano Asghar Saleh menyesalkan soal data 30 unit rumah rusak akibat gempa di Pulau Batang Dua, yang dirilis BPBD Kota Ternate. Hasil ferivikasi Relawan Siaga Bencana AMGPM, dari data 30 unit rumah itu, hanya ada 18 rumah yang rusak.
Lokasi gempa. Sumber BMKG
“Dari 30 unit rumah itu, ada pasangan suami istri yang didata miliki dua rumah. Ada yang warga tidak terdaftar, tidak dikenal, tidak punya rumah tapi namanya ada di daftar korban,” ungkap Asghar.
ADVERTISEMENT
Asghar berharap, pihak terkait kalau tidak berada di lapangan, agar segera verifikasi data.
***
Data Badan Pusat Statistik Kota Ternate: Kecamatan Pulau Batang Dua Dalam Angka tahun 2019, Jumlah penduduk kecamatan Pulau Batang Dua pada tahun 2018, berdasarkan laporan penduduk di Kecamatan Pulau Batang Dua adalah sebanyak 2951 jiwa dan tersebar di 6 kelurahan. Luas wilayah Pulau Batang Dua 29.01 Km2 terdiri dari luas wilayah 6 kelurahan.
Berikut jumlah penduduk tiap Kelurahan di Pulau Batang Dua:
Untuk menuju Pulau Batang Dua dari Pusat Kota Ternate, memakan waktu 8 jam perjalanan laut menunpangi kapal Ferry atau kapal Kayu Sabuk 05. Hanya saja, transportasi ini, berlayar seminggu sekali ke pulau batang Dua.
ADVERTISEMENT