Konten Media Partner

Adu Keterampilan Pangkalan Ojek di Ternate

8 Maret 2019 15:51 WIB
clock
Diperbarui 20 Maret 2019 20:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kadis Perkim Kota Ternate, Rizal Marsaoly saat berdiskusi dengan orang muda dari berbagai komunitas di Benteng Oranje, Jumat (8/3). Foto: Faris Bobero/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Kadis Perkim Kota Ternate, Rizal Marsaoly saat berdiskusi dengan orang muda dari berbagai komunitas di Benteng Oranje, Jumat (8/3). Foto: Faris Bobero/cermat
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Puluhan pangkalan ojek di Kota Ternate, Maluku Utara akan adu keterampilan dalam lomba Bikin Pangkalan Ojek Otak Kreatif atau LOBI POJOK PERKIM untuk menyambut momentum Rapat Kerja Nasional Ikatan Arsitektur Indonesia (Rakernas IAI) yang akan berlangsung di Kota Ternate pada 13 Maret 2019 di Benteng Oranje.
ADVERTISEMENT
Hal ini diinisiator oleh Ikatan Arsitektur Indonesia Maluku Utara bekerjasama dengan Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Ternate dalam Lomba Bikin Pangkalan Ojek Otak Kreatif.
Kurang lebih, sudah sekitar 47 pangkalan ojek dari masing-masing kelurahan di Kota Ternate yang ikut mendaftar dalam Lomba LOBI POJOK PERKIM dengan total hadiahnya Rp30 juta dalam lomba ini untuk masing-masing kategori.
“Rencananya, penyerahan hadiah pada puncak Rakernas IAI. Jika Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tidak berhalangan dan jadi datang ke Ternate, maka, Ridwan Kamil yang akan menyerahkan hadiah pada pemenang lomba ini,” kata Rizal Marsaoly ketika ditemui cermat, Jumat (8/3) di Benteng Oranje.
Rizal Marsaoly bilang, tujuan awalnya LOBI POJOK PERKIM adalah untuk menata kawasan perumahan dan permukiman.“Dalam momentum Rakernas IAI ini, kami coba masuk dengan tema ini, agar teman-teman di kelurahan, khusunya di pangkalan ojek dapat berperan untuk menanta lingkunan lebih baik, tidak terkesan kumuh,”ungkap Rizal.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, selama ini, ojek konvensional di Ternate belum dikelola secara propesional. Pangkalan ojek yang ditempati pun berfungsi sekadarnya saja. Dalam momentum ini, ia berharap pelaku ojek, pihak kelurahan, dan pemerintah dapat berkolaborasi untuk menatanya.
Ichsan Teng, ketua IAI Malut, selaku inisiator lomba ini mengatakan, ia melihat ada persoalan yang perlu diintervensi dalam mengubah perilaku pengojek juga pangkalan ojek. Karena pangkalan ojek adalah bagian dari ruang kota, maka tampilannya adalah ekspresi warga kota. “Jika cafarune (kotor) maka warganya tara (tidak) bersih, sederhananya bagitu,”ungkap Ichsan.
Salah satu pangkalan ojek di Kota Ternate. Tepatnya di depan Muara Mall. Jumlah anggota di pangkalan ini kurang lebih 30 orang warga Santiong. Foto: Faris bobero/cermat
Menurut Ichsan, dalam dimensi sosial, pangkalan ojek merupakan wadah bersosialisasi warga kampung pada momen tertentu seperti nobar piala dunia dan lainnya. “PO (Pangkalan Ojek) harusnya dapat diberi ruang menjadi cities quide,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Disperkim Kota Ternate sudah sosialisasi di tiga kecamatan di Kota Ternate, yakni Ternate Tengah, Utara, dan Selatan. “Respon dari lurah itu luar biasa,”katanya.
“Ini berkesinambungan, jangka panjang. Ini tahap awal saja. Nanti di situ ada ruang-ruang kreatif yang kita kembangkan setelah pangkalan ojek. Salahsatunya mengarah pada Kamtibmas,”tambahnya.
Rizal menambahkan, peran anggota di panggkalan ojek sangat penting sebagai Kamtibmas sebab, pangkalan ojek hingga larut malam ada yang nongkrong. Dengan adanya struktur bangunan pangkalan ojek yang baik, dan struktur keanggotaan, setidaknya yang sebelumnya tidak pernah teratur, dibuat menjadi teratur.
“Sehingga mungkin dari aspek Kantibmas pangkalana ojek itu juga bisa jadi salah satu, mereka berpikiran positif, terus tidak ugal-ugalan. Ini target sebenarnya sih,”ujarnya.
ADVERTISEMENT
Mengingat ruang kota yang semakin sempit, dalam lomba ini, setiap kelurahan tidak diwajibkan untuk menambah bangunan pangkalan ojek. Hanya menata kembali struktur bangunan pangkalan yang sudah ada.
Selain itu, salah satu aspek yang dinilai adalah, bagaimana anggota pangkalan ojek dalam membangun nilai gotongroyong atau disebut Babari dalam bahasa lokal Maluku Utara untuk membangun sesuatu secara bersama.
“Diutamakan budaya Babari nya. Jadi mereka swadaya, satu orang misalnya Rp 10ribu, kalau kurang, lurah yang tambah fasilitasi, harapnya dibuat oleh masih-masing pangkalan,” jelas Rizal.
---
Faris Bobero