Antologi Puisi Pertama Ibrahim Gibra Bakal Diluncurkan di Ternate

Konten Media Partner
7 Desember 2019 23:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Informasi peluncuran buku Antologi Buku “Karang Menghimpun Bayi Kerapu”.
zoom-in-whitePerbesar
Informasi peluncuran buku Antologi Buku “Karang Menghimpun Bayi Kerapu”.
ADVERTISEMENT
Ibrahim Gibra, nama pena dari Prof Gufran Ali Ibrahim, akan meluncurkan buku antologi puisinya di Hotel Velya, Ternate, Maluku Utara, pada Kamis, 12 Desember 2019.
ADVERTISEMENT
Buku berjudul “Karang Menghimpun Bayi Kerapu” ini merupakan antologi puisi pertamanya yang diterbitkan oleh Jual Buku Sastra (JBS). Ada sekitar 100 puisi yang terhimpun di dalamnya.
Kepada cermat, Ibrahim mengaku, selain antologi puisi ini, ada lagi dua bukunya yang sedang digarap penerbit buku Kompas.
“Dua buku kemungkinan diterbitkan penerbit buku Kompas, yaitu antologi puisi ‘Nikah Daun-Daun Resepsi Pohon-Pohon’ dan kumpulan Esai ‘Bertutur di Ujung Jempol’. Semuanya masih dalam proses,” ujar Ibrahim, Sabtu (7/12).
Rencananya, peluncuran ini disertai dengan bedah buku. Pada sesi bedah akan menghadirkan Hasan Aspahani, pemenang Anugerah Hari Puisi Indonesia 2016 dan penerima Anugerah Sastra Badan Bahasa 2018.
Selain itu, bakal hadir juga Wildan Andi Mattara, dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Khairun (Unkhair), dan Fahmi Alhadar, dekan FIB Unkhair.
ADVERTISEMENT
Peluncuran dan bedah buku ini sendiri memang diselenggarakan oleh Kantor Bahasa Maluku Utara bersama FIB Unkhair.
Ibrahim bilang, puisi-puisi yang terdapat di dalamnya dibuat di antara rentang tahun 2013 hingga 2018. “Tapi yang paling intens itu 2018. Ada sekitar 90 puisi yang dibuat pada 2018,” ucap mantan Rektor Unkhair masa jabatan 2009-2013 ini.
Mengenai tema apa saja yang ada di dalamnya, ia mengaku semua tergantung pada pembaca yang menafsirkannya. “Tugas saya sebagai penulis sudah selesai. Sekarang urusan pembaca,” ungkapnya.
Buku ini sendiri, kata dia, sebagian besar terinspirasi dari pengalaman hidupnya semasa masih bersama kakeknya di Waigitang, Halmahera Selatan. Ibrahim kecil memang banyak menghabiskan waktu bersama kakeknya di laut.
ADVERTISEMENT
“Masa kecil ikut tanam dan tarik igi (alat tangkap) di laut. Pengalaman dengan arus, dengan ombak, dengan aroma karang, menyelam, dan seterusnya. Pengalaman-pengalaman itu di usia saya yang sudah 50-an ini, saya putar kembali dan menuliskannya,” tuturnya.
Sementara itu, lanjut Ibrahim, puisi yang terdapat dalam buku ini belum pernah diterbitkan di media massa. Sebagian besar hanya ia bagikan lewat aplikasi WhatsApp. Meski ini buku pertamanya, Ibrahim sebenarnya bukan orang baru dalam dunia sastra di Maluku Utara.
Selama ini, puisi-puisinya sering termuat dalam sejumlah antologi bersama. “Sesungguhnya saya sudah sejak SMP menulis sajak-sajak platonik dan melankolis,” kata Ibrahim.