Cerita Pedagang Obor Jelang Malam 27 Ramadhan di Ternate

Konten Media Partner
9 Mei 2021 10:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Muhammad Faujan, pedagang obor di Ternate. Foto: Julfikar Sangaji/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Muhammad Faujan, pedagang obor di Ternate. Foto: Julfikar Sangaji/cermat
ADVERTISEMENT
Hujan turun pelan sedari tadi. Di Trotoar itu, lelaki paruh baya duduk di bawah payung besar sambil menjajakan obor pelita yang terbuat dari botol bekas.
ADVERTISEMENT
Waktu sudah mendekati salat isya. Mata lelaki itu masih tertuju lama pada botol-botol di atas mejanya. Sesekali, suara menghembuskan napasnya terdengar--seakan membuang keluh.
“Sudah sejak tahun 1998 saya jualan (obor) di sini,” ungkap lelaki berusia 57 tahun. Muhammad Faujan Namanya. Ia berdomisili di Kelurahan Maliaro, Kecamatan Ternate Tengah, Kota Ternate, Maluku Utara.
Obor dari botol bekas yang dijual di Ternate, hingga larut malam belu juga laris. Foto: Julfikar Sangaji/cermat
Menjelang sore, Faujan dan pedagang lainnya memang sudah mulai menggelar lapak di trotoar di sepanjang Jalan Yosudarso, Kelurahan Stadion, tepat di depan eks Kantor Wali Kota Ternate.
“Biasanya jual obor ini, sebelum salat isya saya sudah pulang. Tapi kali ini sampai jam 9 malam baru saya pulang,” tutur Faujan, ketika ditemui cermat, Sabtu (8/5).
Azan isya sudah berkumandang. Setengah jam sudah berlalu, saya, kru cermat melihat, pembeli juga belum datang menghampiri Faujan.
ADVERTISEMENT
Obor berbahan botol bekas yang dilengkapi sumbu itu, dibuat sendiri oleh Faujan. Harganya bervariasi. Mulai dari Rp 10 ribu, Rp 15 ribu, sampai Rp 25 ribu.
Muhammad Faujan dengan puluhan dagangannya, obor dari botol bekas. Foto: Julfikar Sangaji/cermat
“Semua tergantung modelnya. Karena ada yang dirakit menjadi 2 botol sekaligus dan ada juga yang sebotol atau terpisah," katanya.
Beberapa hari lagi, Idul Fitri akan tiba. Faujan terliat sedikit lesuh. Di rumahnya, ada sekira 6 orang yang akan menghadapi lebaran tahun ini. Ia mengaku, pendapatan hasil jualan obor tidak seperti tahun sebelumnya.
"Setiap kali jual itu untungnya Rp 300 ribu. Tapi 4 hari berjualan ini, setiap hari tidak sampai Rp 200 ribu," ucapnya.
Kata Faujan, jika ini akibat dampak pandemi COVID-19, keuntungan yang diperoleh pada ramadhan tahun 2020, yang juga sebagai awal pandemi, namun hasilnya masih lumayan. “Masih normal,” katanya.
Obor dari botol bekas berjejer dijual di trotoar Ternate. Suasana ini, selalu terlihat pada malam jelang 27 ramadhan. Foto: Julfikar Sangaji/cermat
Faujan menduga, dagangannya sunyi akibat larangan pawai obor oleh Pemerintah Kota Ternate.
ADVERTISEMENT
“Mungkin karena itu (larangan pawai obor) jadi orang jarang beli. Selain itu mungkin musim hujan juga," tuturnya.
Hal yang sama juga dirasakan Rohimah, pedagang obor di Ternate. Keuntungan yang diperoleh pada momentum malam Lailatul Qadar kali ini beda dengan tahun sebelumnya.
Obor dari botol bekas. Foto: Julfikar Sangaji/cermat
“Karena selain pandemi dan musim yang kurang bersahabat, juga larangan pemerintah. Jadi ini bukan hari yang pas kami berjualan," singkatnya.
---
Julfikar Sangaji