Cerita Perantau Jawa di Ternate: Ngopi Berkah hingga Membangun Pondok Pesantren

Konten Media Partner
22 Mei 2020 19:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masjid Pesantren Darul Falah di Ternate. Foto: Rajif Duchlun/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Masjid Pesantren Darul Falah di Ternate. Foto: Rajif Duchlun/cermat
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kubah masjid itu berwarna hijau bercampur sedikit variasi kuning. Tidak terlalu besar. Namun terlihat megah. Apalagi posisinya yang berada di ketinggian, membuat pemandangan masjid tersebut sangat dominan. Itulah masjid pesantren yang dibuat di lingkungan Facei, Kelurahan Sangaji Utara, Ternate, Maluku Utara.
Ketua Panitia Pembangunan Pesantren, Haji Sutarno Idjoyo, kepada cermat, mengisahkan, inisiatif dibuatnya pondok pesantren (ponpes) tersebut datang dari beberapa orang jemaah Walisongo.
“Awal mulai idenya adalah dari beberapa teman yang mana kita biasa ngumpul minum kopi, kita perantauan Jawa banyak terus apa yang bisa kita perbuat untuk kepentingan orang banyak, maka kita pilih ponpes,” ujar Sutarno, Jumat (22/5).
Beberapa bagian ponpes Darul Falah masih terus dikerjakan. Foto: Istimewa
Sutarno bilang, pembangunan pesantren dimulai pada 8 Desember 2019. Saat ini, baru masjid yang sudah dapat difungsikan. Pesantren ini mereka beri nama Darul Falah, yang berarti Rumah Kemenangan.
ADVERTISEMENT
“Pembangunan tahap dua nanti adalah asrama atau pondok putra. Dan akan dilanjutkan asrama putri dan rumah para pengajar atau ustadz,” ucap pria asal Sragen, Jawa Tengah ini.
Semua pembangunan, kata dia, murni swadaya dari perantau Jawa dan jemaah Walisongo. Mereka menargetkan luas lahan yang akan dibangun sekitar 3 hektar. Namun, pengerjaan yang sementara berlangsung baru sekitar 1 hektar.
Tidak disangka, bangunan yang nanti digunakan untuk kegiatan keagamaan ini dibuat di atas lahan hasil wakaf jemaah Walisongo, seluas 2000 meter.
Selain itu, setengah hektarnya diwakafkan oleh seorang pemuka agama di Ternate yang belum ini berpulang ke tempat pengistirahatan terakhir. Dialah mendiang Haji Ridwan Dero, seorang imam besar di masjid Kesultanan Ternate.
ADVERTISEMENT
“Memang benar almarhum Haji Ridwan Dero semasa hidupnya mewakafkan lahannya untuk sarana pengembangan ponpes Darul Falah. Kita pengurus pada saat beliau masih ada sudah menjalin tali silaturahmi meminta izin ke almarhum sebagai sesepuh dan kiai dan alhamdulillah beliau sangat merespons dan bersedia menjadi penasehat serta penanggung jawab,” kenang Sutarno.
Sutarno sendiri merupakan seorang pengusaha rumah makan di Ternate. Ia sangat berharap ponpes ini dapat menjadi pusat pendidikan Islam di Ternate.
“Semoga bisa menjadi salah satu pusat pendidikan agama Islam yang bersanad ahlulsunnah waljamaah. Saya sebagai ketua pembangunan dan ketua yayasan mohon doa dan dukungannya,” pungkas pemilik Taticha Resto ini.
Pengerjaan ponpes Darul Falah terus dikebut dan ditargetkan akan tuntas pada 2021 mendatang. Foto: Istimewa
Sementara itu, pengasuh ponpes Darul Falah, Ustdaz Ahmad Dardiri, kepada cermat, mengatakan, mengenai dengan tenaga pengajar akan disesuaikan dengan kebutuhan pesantren.
ADVERTISEMENT
“Untuk khusus pengajar kurikulum ponpes atau kitab kuning didatangkan dan sudah ada nota kesepahaman dengan ponpes Assunniyyah, Jember, Jawa Timur. Sedangkan pengajar bahasa asing dari alumni Pare, Kediri,” ucap Ahmad.
Ia menjelaskan, baru dua kamar santri yang sudah selesai dikerjakan. Sementara pengerjaan asrama santri putra rencananya dibangun tiga lantai. Saat ini, kata dia, pengerjaannya baru sampai lantai dua, hanya saja belum rampung. Untuk asrama putri sendiri juga akan dibuat tiga lantai dan ditargetkan bisa tuntas pada 2021 mendatang.
“Tahun ini baru bisa menerima 10 santri, yakni 5 dari Ternate dan 5 dari Halmahera Selatan dan Halmahera Timur. Insyaallah tahun 2021 bisa menerima santri banyak dan dibuka untuk umum,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Senada dengan Sutarno, ia berharap, para santri lulusan Darul Falah kelak memiliki wawasan keagaman yang mumpuni.
“Sistem pendidikan ponpes mengintegrasikan sistem salaf dan modern. Kurikulum ponpes berbasis kitab kuning dan bahasa asing. Diharapkan output nanti dapat bersaing secara global,” pungkas Ahmad.