Festival Teluk Jailolo dan Spirit Menjaga Tenun Sahu

Konten Media Partner
13 Juni 2021 10:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Beberapa perempuan menari menggunakan tenun Sahu, pada Festival Teluk Jailolo 2021. Foto: Fuad GenPi Malut untuk cermat.
zoom-in-whitePerbesar
Beberapa perempuan menari menggunakan tenun Sahu, pada Festival Teluk Jailolo 2021. Foto: Fuad GenPi Malut untuk cermat.
ADVERTISEMENT
Festival Teluk Jailolo (FTJ) di Halmahera Barat, Maluku Utara baru saja selesai disenggarakan sejak 9 hingga 12 Juni 2021 kemarin. Event bertajuk The Harmony of the Spice Island yang diselenggarakan selama tiga hari itu, juga menjadi ajang Komunitas Limau Jiko, untuk mengenalkan Tenun Sahu kepada dunia, sebagai warisan budaya setempat.
ADVERTISEMENT
“Kekayaan citra wastra motif Sahu, dari bahan, warna, dan padu padan wastra yang datang dari dalam dan luar Halmahera Barat memiliki keunikan, kekhasan tersendiri yang memiliki nilai sejarah dan budaya,” kata Dyah Kusuma, Ketua Komunitas Jiko, dalam keterangan tertulis yang diterima cermat, Minggu (13/6).
Peserta pada Festival Teluk Jailolo menggunakan Tenun Sahu. Foto: Fuad GenPi Malut untuk cermat.
“Kekayaan wastra tersebut perlu diangkat dan dikembangkan, karena memiliki nilai filososfi dan budaya dalam kehidupan masyarakat Sahu, di antaranya dalam perayaan Orom Sasadu. Tidak banyak keluarga Sahu yang masih menyimpan kain tenun dengan motif yang dikenal dengan nama Ba Boba dan Ba Suje, dan beberapa merelakan kain tersebut rusak dimakan usia,” ungkap Dyah.
Dyah bilang, motif tenun Sahu “Ba Boba dan Ba Suje” menjadi narasi indah ditampilkan dalam desain kain lilit, tanpa memotong yang memiiki filosofi penghormatan kepada penenun agung di Nusantara, hasil karya Dian Oerip, seorang pejalan yang mengelilingi nusantara untuk mencari keajaiban wastra nusantara, dan sekarang Jailolo menjadi tujuan pencahariannya.
Tarian di tengah hujan pada penghujung Festival Teluk Jailolo 2021. Foto: Fuad GenPi Malut untuk cermat.
Dia berharap, kesederhanaan desain, perpaduan warna yang unik dan berkarakter, yang ditampilkan oleh orang muda Suku Sahu, dari Desa Campaka, Desa Awer dan Desa Worat Worat, menjadi inspirasi bagi generasi muda, untuk mengenal, memahami, dan menjaga kekayaan budaya.
ADVERTISEMENT
“Diharapkan mampu menjadi titik awal, bangkitnya kembali kain tenun motif Sahu yang berdampak pada tumbuhnya ekonomi kreatif berbasis kekayaan kearifan lokal,” ujarnya.
“Salah satu dari ekonomi kreatif itu adalah menggali kekayaan selera dan karya wastra dari Halmahera Barat, oleh anak-anak muda kreatif Halmahera Barat dalam Komunitas Limau Jiko,” tambahnya.

Festival Teluk Jailolo dan Konsep Hybrid Event 2021

Penyelenggaraan .KEN FTJ 2021 ini sedikit berbeda dengan sebelumnya dikarenakan masih berada dalam era tatanan hidup baru masa pandemi COVID-19.
FTJ yang biasanya identik dengan keramaian saat ini dalam pelaksanaanya harus mengikuti aturan dan arahan Kemenparekraf RI dalam konsep Hybrid Event yaitu dengan sistem online dan offline.
Pelaksanaan Konsep Hybrid ini bermaksud untuk membatasi penonton offline dengan tujuan mengurangi angka kerumunan dalam event. Masyarakat atau calon pengunjung juga dapat menyaksikan FTJ tanpa harus datang ke venue namun bisa menyaksikan secara online melalui Live Streaming kanal promosi Dinas Pariwisata Halmahera Barat.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, acara tetap diselenggarakan secara menarik dengan rangkaian acara sebagai berikut :
ADVERTISEMENT