Gara-gara Politisi Partai Nasdem, Warga 2 Kelurahan di Tidore Bentrok

Konten Media Partner
19 April 2019 19:52 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah warga Kelurahan Tomalou tampak berkumpul di halaman Masjid Agung Nurul Bahar, di Kelurahan Tomalou. (Foto: Olis/cermat)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah warga Kelurahan Tomalou tampak berkumpul di halaman Masjid Agung Nurul Bahar, di Kelurahan Tomalou. (Foto: Olis/cermat)
ADVERTISEMENT
Pernyataan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indoonesia (DPR-RI) dari Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Achmad Hatari, memicu perseteruan warga dua kelurahan yakni Tomalou dan Gurabati, Jumat (19/4). Karena pernyataannya, para warga dari dua kelurahan tersebut terlibat saling serang dengan batu, hingga merusak beberapa rumah.
ADVERTISEMENT
Kejadian berawal saat Achmad Hatari, diberi kesempatan berbicara usai salat Jumat di Masjid Agung Nurul Bahar, Kelurahan Tomalou. Menurutnya, dari sekitar 2.000 daftar pemilih tetap (DPT) di Tomalou, suaranya hanya mencapai 700 saja. Selebihnya disusul caleg lain.
Bahkan, Hatari merasa heran lantaran ada 3 (tiga) suara ke Irene Yusiana Roba, politisi dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, yang juga putri dari mantan Bupati Halmahera Barat, Namto Hui Roba.
Hatari mengatakan, jika KPU berkenan, maka ia meminta izin menghadap Lurah Tomalau untuk mengembalikan 700 suara tersebut ke KPU. Ia mengaku tak butuh suara tersebut.
"Tanpa 700 suara ini, mudah-mudahan saya akan menang. Posisi kursi akan aman," ujar Hatari di hadapan jemaah masjid.
Aparat kepolisian dari Polres Tidore tampak berjaga-jaga di lokasi bentrokan. (Foto: Olis/cermat)
"Jadi setelah ini, selesai Azhar, saya akan berhubungan dengan KPU, Bawaslu. Jadi tolong, orang Tomalou mencabut mandat 700 suara ini (dan berikan) kepada orang-orang yang tadi saya sebut. Irene, Syaiful Ruray. Siapa lagi. Saya tidak butuh 700 suara ini. Terima kasih banyak," kata Hatari menambahkan.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, ini hanyalah satu proses pendidikan politik. Dijelaskan Hatari, ada orang yang terpilih. Namun saat pelantikan, yang bersangkutan tidak bisa dilantik lantaran partainya jongkok.
"Seperti Hanura, sampai hari ini elektabilitasnya baru 1 persen. Jadi walaupun partai ini kadernya terpilih, dia tidak akan dilantik. Ada 6 partai. Perindo, termasuk Hanura," ujarnya.
Pertemuan masyarakat Kelurahan Tomalou dengan Walikota Tidore, Kapolres Tidore, Dandim 1525/Tidore, serta tokoh masyarakat setempat di Masjid Agung Nurul Bahar, di Kelurahan Tomalou. (Foto: Olis/cermat)
"Jadi 700 (suara) itu bisa dikasih ke mereka. Lillahi Ta'ala. Terakhir, untuk karpet di atas, (menunjuk ke lantai dua masjid) yang sudah saya berikan, di tempat ini saya beritahu bahwa dengan segala permintaan maaf, saya belum bisa pasang dan bahkan saya tidak akan pasang lagi," katanya.
Hatari bahkan meminta ke masyarakat Tomalou yang memiliki hak pilih, agar berhubungan langsung dengan mereka (caleg lain yang ia sebut), untuk ikut memberi perhatian.
ADVERTISEMENT
"Bukan cuma masyarakat, tapi juga tempat ibadah di kelurahan ini. Ini saya harus bicara. Jangan sampai di kemudian hari, (dianggap) Pak Hatari ini kok cuma janji-janji," katanya.
"Sajadah di (lantai) bawahnya sudah, jamnya sudah, sajadah di lantai atas belum-belum sampai hari ini. Jadi saya ingin tegaskan bahwa sajadah yang di atas memang sudah saya beri, sudah keluar dari pabrik. Tapi saya tidak bisa berikan lagi," katanya.
Hatari menambahkan, masih ada masjid lain yang membutuhkan sajadah. Namun dari semua ini, ditegaskan Hatari bahwa hatinya dengan warga Tomalou tidak akan putus.
"Itu yang saya harus beritahukan, bahwa ini adalah satu kebohongan besar," katanya.
Usai menyampaikan perihal ini, warga Tomalou akhirnya menyeret karpet dan memboyongnya ke rumah Hatari di Kelurahan Gurabati. Menurut isu yang beredar di kalangan masyarakat Gurabati, lantas terjadi bentrok yang dimulai oleh warga Tomalou. Akibatnya, bentrokan pun tak terelakan.
ADVERTISEMENT
---
Olis