Harga Cengkeh di Ternate Anjlok

Konten Media Partner
12 Februari 2020 17:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cengkeh yang dikeringkan. Foto: Gustam Jambu/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Cengkeh yang dikeringkan. Foto: Gustam Jambu/cermat
ADVERTISEMENT
Musim panen cengkeh telah tiba. Sudut-sudut Kota Ternate mulai dihiasi hamparan tanaman yang bernama latin Syzygium aromaticum ini untuk dikeringkan. Namun, suka cita panen kali ini tak diikuti dengan harganya.
ADVERTISEMENT
“Mau bagaimana lagi, torang (kami) ikut saja,” ucap Haryati Jafar pasrah dengan harga cengkeh saat ini. Haryati adalah salah satu petani yang memiliki kebun cengkeh di Lingkungan Facei, Kelurahan Sangaji Utara, Ternate Utara.
Saat ini harga cengkeh di Ternate berada pada angka Rp 68 ribu. Harga tersebut naik tipis setelah sebelumnya berada di angka kisaran Rp 65 ribu.
Haryati mengaku memiliki 10 pohon cengkeh, dan pada panen kali ini semuanya berbuah. Untuk satu pohonnya, pohon cengkeh miliknya dapat menghasilkan hingga sekarung cengkeh.
“Ini punya orang tua saya. Alhamdulillah, dari cengkeh ini torang bisa kasih sekolah anak-anak,” katanya.
Kendati harga cengkeh yang fluktuatif namun tak kunjung meningkat pesat, tapi Haryati mengatakan ia akan tetap menjualnya demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Maluku Utara, khususnya Ternate, sedari dulu menjadi pusat perdagangan rempah dunia. Wangi cengkeh dan pala menarik bangsa Cina, Arab, hingga Eropa membuang sauh di lepas pantai Ternate. Kini kemasyhuran komoditi tersebut kian tergerus zaman.
Wakil ketua Komisi I DPRD Kota Ternate, Zainul Rahman menegaskan, pemerintah semestinya bersikap terkait dengan harga cengkeh ini.
“Walaupun berlaku mekanisme pasar, tapi minimal harus ada semacam kesepahaman antara pemerintah dengan para pembeli hasil bumi. Karena tidak melindungi harga cengkeh ini sama halnya dengan tidak peduli terhadap nasib petani. Juga tidak peduli sejarah dan budaya bangsa,” kata politisi Demokrat ini, Senin (10/2).
Ia bilang, pemerintah jangan hanya menempel pala dan cengkeh di lambang atau logo, tanpa memikirkan proteksi terhadap petaninya. “Yang diminta petani cengkeh itu cuma satu, tolong perhatikan nasib mereka,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Ia membandingkan harga cengkeh dan rokok yang terjadi ketimpangan. Cengkeh merupakan bahan baku dalam pembuatan kretek, namun kata dia, ketika harga rokok mengalami kenaikkan, harga cengkeh justru anjlok.
“Kalau itu (cengkeh) saja tidak bisa diperhatikan, maka lebih baik tak usah bicara tentang budaya atau kegemilangan masa lalu,” tukasnya.