news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Jasa Ojek Online Masih Diperdebatkan di Ternate

Konten Media Partner
26 Februari 2019 16:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pangkalan Ojek di Muara Mall Ternate. Anggota mereka lebih dari 30 orang dari orang muda Kelurahan Santiong, Ternate. Selasa (26/2). Foto: Faris Bobero/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Pangkalan Ojek di Muara Mall Ternate. Anggota mereka lebih dari 30 orang dari orang muda Kelurahan Santiong, Ternate. Selasa (26/2). Foto: Faris Bobero/cermat
ADVERTISEMENT
Sebagian masyarakat Ternate, Maluku Utara khususnya ojek konvensional masih memperdebatkan adanya jasa ojek berbasis aplikasi online. Alasanya, dengan masuknya ojek online, akan muncul konflik antar mereka.
ADVERTISEMENT
“Coba bayangkan, kami tunggu penumpang di pangkalan, tiba-tiba ojek online yang ambil penumpang kami,”kata Hasan, usia 35 tahun, ojek pangkalan Muara Mall, ketika di temui cermat di pangkalan ojek, Selasa (26/2).
Menurut Hasan, Ternate itu daerah kecil. Jasa ojek online itu lebih tepat di kota besar. Apa lagi, di Ternate banyak kendaraan roda dua. Jika jasa ojek online masuk di Ternate, Hasan dan teman-temannya di Pangkalan Ojek Muara Mall, merasa terganggu bahkan, katanya mereka akan kehilangan pelanggan. “Pasti ada konflik jika jasa ojek online masuk di sini,” katanya.
Ramli (Usia 36 tahun), ketika ditemui di pangkalan ojek bilang, sebelumnya, mereka, para tukang ojek pangkalan didatangi salah satu calon legislatif (Caleg) yang menawarkan pelaku ojek konvensional untuk mendaftar sebagai ojek berbasis online. “Dia, yang caleg itu sampai datang ke sini, tawari kita untuk masuk, jadi ojek online. Torang (kami) tidak mau,” ungkap Ramli.
Salah satu ibu saat menggunakan jasa ojek di Ternate. Foto: Hariyanto Teng
Ramli bilang, pangkalan ojek yang mereka tempati ini sudah ada sejak tahun 2002, yang diinisiasi oleh orang muda dari Kelurahan Santiong, Ternate, Maluku Utara. Saat ini, anggata mereka lebih dari 30 orang.
ADVERTISEMENT
“Kadang bisa sampai 60 orang, karena biasanya mahasiswa yang memanfaatkan waktu luang, mereka cari rezeki dan masuk di pangkalan ini,”ungkap Ramli.
Sementara itu, Sosiolog Maluku Utara, Herman Oesman ketika dihubungi cermat bilang, ojek online merupakan salah satu bagian dari bekerjanya era digitalisasi yang mendisrupsi cara-cara lama, termasuk menggantikan peran ojek konvensional yang ada di kota-kota besar di Indonesia.
“Bagi Kota Ternate, bila ojek online benar-benar akan hadir di Kota Ternate, maka terdapat beberapa problem mendasar yang perlu dicermati: Pertama, akan mengundang antipati para pelaku ojek konvensional yang telah ada selama ini dengan kehadiran ojek online,” kata Herman.
“Yang kedua, sejarah ojek yang ada saat ini di Ternate memiliki sejarah panjang yang terkait dengan transisi masyarakat saat konflik melanda negeri ini. Ketiga akan menghadirkan ruang segregasi di jalan raya, yang memutus nilai-nilai sosial budaya. Keempat akan mereduksi pendapatan para pelaku ojek konvensional,” ungkap Herman, yang juga selaku Dosen di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.
ADVERTISEMENT
Nilai sosial budaya, yakni soal kekerabatan, saling mengenal, antara pelaku ojek konvensional dan penumpang bisa berinteraksi secara leluasa.
Nilai sosial budaya, yang dimaksud Herman yakni soal kekerabatan, saling mengenal, antara pelaku ojek konvensional dan penumpang bisa berinteraksi secara leluasa.
---
Faris Bobero