news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kekerasan Seksual di Maluku Utara Terus Meningkat

Konten Media Partner
30 April 2019 20:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sarasehan Kekerasan Seksual yang digelar Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Uiniversitas Muhammadiyah Maluku Utara di Kota Ternate, Maluku Utara. (Foto: Rajif Duchlun/cermat)
zoom-in-whitePerbesar
Sarasehan Kekerasan Seksual yang digelar Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Uiniversitas Muhammadiyah Maluku Utara di Kota Ternate, Maluku Utara. (Foto: Rajif Duchlun/cermat)
ADVERTISEMENT
Kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak yang terjadi di Maluku Utara, dari tahun ke tahun terus meningkat.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut diakui Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Maluku Utara, Dewi M Ummah, saat ditemui cermat, usai Sarasehan Psikologi Kekerasan Seksual yang digelar Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi, di Aula Kampus UMMU, Selasa (30/4).
"Saya juga sudah dapat datanya dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Maluku Utara. Bahwa setiap tahun itu, kecenderungan kekerasan seksual meningkat," ujar Dewi.
Dewi bilang, peningkatan itu paling signifikan terjadi di Halmahera Utara. Data kekerasan seksual ini, diakui Dewi, mesti menjadi data bagi pemerintah daerah maupun pihak terkait agar dapat mengatasinya secara bersama.
"Dari data tersebut, seharusnya pemerintah, pihak LSM, orangtua, semua pihak, marilah kita sama-sama mencegah. Kita harus mulai dari diri kita sendiri," katanya.
ADVERTISEMENT
Akademisi STIKIP Kie Raha, Sukarno M Adam, yang turut hadir sebagai pembicara, kepada cermat, mengatakan bahwa kekerasan seksual yang terjadi sangat berhubungan dengan masalah sosial.
"Artinya, bahwa masalah sosial punya hubungan juga dengan sistem. Kalau ada perilaku dan tindakan yang menyimpang, maka sistem harus hadir, negara harus hadir," ucap Sukarno.
Pegiat Ilmu Sosial Humaniora, Rahmat R Wali, yang juga tampil sebagai pembicara, mengatakan, masalah kekerasan seksual kerap membuat perempuan sebagai korban yang selalu disalahkan.
"Bahkan ada sampai setingkat perempuan harus diasingkan dalam keluarga atau dia mengurung diri. Pada kebudayaaan tertentu di beberapa negara, perempuan yang mendapat pelecehan seksual, itu bahkan sampai dibunuh," kata Rahmat.
Menurut Rahmat, kondisi tersebut sebab ada hubungan dominasi terhadap perempuan. "Ada hubungan dimensional yang sangat berkaitan dengan patriarki, bahwa ada dominasi yang selalu diciptakan," ucapnya.
ADVERTISEMENT
"Paling penting sebenarnya harus punya kesadaran bersama. Sebab dalam jangka panjang, ini bisa menjadi penyakit sosial. Ini penting dicegah. Ini bukan tugas masyarakat saja, tapi juga tugas negara," sambungnya.
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi UMMU, Wahyuni Bailussy, yang juga ditemui usai Sarasehan, memaparkan bahwa masalah kekerasan seksual terutama pada anak, lebih pada persoalan tingkat pendidikan dan lingkungan sosial.
"Pendidikan yang tidak tepat akan membuat anak-anak berpikir negatif, dari pada berpikir pasif," ujar Wahyuni.
Wahyuni bilang, orangtua punya peran besar untuk mengenalkan pendidikan pada anak-anak. Sebab menurut dia, pendidikan keluarga akan sangat membantu mengatasi persoalan seperti kekerasan seksual.
"Pendidikan ini juga harus diperhatikan dari segi komunikasi orangtua terhadap anak. Pendidikan keluarga akan bisa mengatasi hal-hal yang terjadi agar bisa terhindarkan," katanya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, lanjut Wahyuni, peran pers atau media juga sangat penting terkait masalah tersebut. Karena selama ini, sebagian pemberitaan pers terkesan tidak memerhatikan kaidah kebahasaan.
"Media juga harus diperhatikan aspek bahasa yang baik saat memberitakan kasus kekerasan seksual. Media harus tahu memilih bahasa yang tepat," pungkasnya.
---
Rajif Duchlun