Lagi, ABK Asal Ternate Meninggal di Kapal Ikan Berbendera China

Konten Media Partner
3 Desember 2019 18:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ramli Naser dan Salma M Arif, orang tua Arifqih Maulana Ramli, memegang foto putra mereka. Foto: Nurkholis Lamaau/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Ramli Naser dan Salma M Arif, orang tua Arifqih Maulana Ramli, memegang foto putra mereka. Foto: Nurkholis Lamaau/cermat
ADVERTISEMENT
Sedih berbalut tabah terpancar di wajah Ramli Naser dan Salma M Arif, orang tua almarhum Arifqih Maulana Ramli.
ADVERTISEMENT
Bahkan suara Ramli melemah. Lelaki paruh baya itu tak kuasa menjelaskan kronologi kematian anak sulungnya itu.
"Kejadian torang (kami) belum tahu," singkat Ramli, sembari memegang erat selembar foto putranya, saat ditemui cermat di rumah salah satu kerabat mereka di Kelurahan Sangaji, Kota Ternate Utara, Selasa (3/12/2019).
Arifqih Maulana Ramli adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ia dikabarkan meninggal dalam pelayaran di perairan Afrika.
Arifqih menjadi anak buah kapal (ABK) di kapal ikan Zhang Yuan Yu 22 berbendera Republik China. Kapal tersebut beroperasi di Negara Kepulauan Mauritius, Afrika Timur.
Ibunda Arifqih, Salma M Arif, kepada cermat, mengaku mendapat kabar tentang kematian putranya pada Senin (2/12), dari perusahaan penyalur ABK, PT Lakemba Perkasa Bahari, yang berkedudukan di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
"Rifqih (sapaan akrab almarhum) direkrut oleh agen perusahaan kapal PT. Lakemba Perkasa Bahari lewat Rismon Latif pada Agustus 2018," jelasnya.
Rismon, tambah dia, bertugas merekrut calon Tenaga Kerja Indonesia asal Ternate yang mau bekerja di kapal ikan luar negeri.
Dijelaskan Salma, sepanjang November 2018 hingga Maret 2019, Arifqih mengikuti training di Tegal. Pada 26 Maret, Arifqih bersama 9 rekannya diberangkatkan ke Afrika melalui rute Jakarta - Kualalumpur - Dubai - Mauritius.
Tiba di Mauritus pada 28 Maret, pemuda kelahiran 22 Maret 2000 itu, sempat menghubungi ibunya melalui sambungan telepon.
"Dia (Arifqih) bilang mama, torang (kami) akan berlayar pada 6 April," jelasnya.
Memasuki Agustus, Arifqih kembali menelepon ibunya, memberitahukan bahwa mereka sudah kembali dari berlayar."Telepon pakai videocall," katanya.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, Kapal Zhang Yuan Yu 22 kembali berlayar pada 2 September. "Arifqih bilang, dorang (mereka) berlayar ke Somalia," katanya.
Namun, itu terakhir kalinya pihak keluarga melakukan komunikasi. Senin (2/12), perwakilan PT Lakemba menghubungi Salma.
Penelepon yang mengaku bernama Yus mengabarkan, bahwa Arifqih telah meninggal dunia. Menurut dia, ketika kapal dalam perjalanan menuju dermaga Mauritius, dada Arifqih tiba-tiba sakit.
"Katanya sesak napas. Jadi anak saya diberi pertolongan seadanya di atas kapal. Tapi nyawa anak saya tidak tertolong. Meninggal," terangnya.
Ia mengaku sempat memastikan, apakah benar bahwa informasi tersebut adalah putra mereka. "Tapi orang agen bilang sudah (terkonfirmasi dengan orang di kapal)," katanya lirih.
Pihak keluarga, kata dia, menuntut agar jenazah Arifqih segera dipulangan ke Ternate, sekaligus menjelaskan secara pasti penyebab meninggalnya.
ADVERTISEMENT
Ia juga meminta perusahaan agen bertanggung jawab dengan masalah ini. "Torang (kami) juga berharap pemerintah dan pihak terkait dapat membantu proses pemulangan jenazah anak kami," harap Salma.