Masyarakat Malut Masih Pakai Listrik Mandiri

Konten Media Partner
12 April 2019 19:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tjatur: Lima Kecamatan di Malut Gelap Gulita
Diskusi Publik bertajuk 'Dari Indonesia untuk Percepatan Kemajuan Maluku Utara yang dihadiri oleh Tjatur Sapto Edy dan Mokhtar Adam di Kedai Kopi Jarod, Ternate, Maluku Utara. Foto: Faris Bobero/cermat)
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi Publik bertajuk 'Dari Indonesia untuk Percepatan Kemajuan Maluku Utara yang dihadiri oleh Tjatur Sapto Edy dan Mokhtar Adam di Kedai Kopi Jarod, Ternate, Maluku Utara. Foto: Faris Bobero/cermat)
ADVERTISEMENT
Anggota Komisi VII DPR RI Tjatur Sapto Edy mengatakan, masyarakat di pulau-pulai kecil Maluku Utara selama ini masih memakai listrik mandiri yang hanya menyala pada jam 6 sore hingga jam 12 malam.
ADVERTISEMENT
“Listrik mandiri itu beli bahan bakar sendiri, dibangkitkan sendiri, kalau harganya sekitar Rp13 ribu – Rp14 ribu, mereka itu membayar listriknya 5000/kw, itu (listrik menyala hanya) jam 6 sore sampai jam 12 malam,” ungkap Tjatur, ketika diskusi publik di Kedai Kopi Jarod pada Selasa (19/4), Ternate, Maluku Utara.
Padahal, menurutnya, di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara itu ada pertambangan Nikel. Namun masyarakat hidup dengan membangun energinya sendiri. Sendangkan pihak perusahan nikel hanya dengan Rp 800 rupiah, bisa menikmati listrik selama 24 jam.
Tjatur mengaku melihat ketidak adilan itu. Ia kemudian bertandang ke perusahaan nikel tersebut. ”Kebetulan kepala tambang itu adik kelas saya. Saya panggil bahkan saya panggil bosnya nanti saya undang ke jakarta,” katanya.
ADVERTISEMENT
“PLN juga saya dudukan, saya minta di tahun depan, dia (Pihak perusahan) menambah 50 megawatt. Saya minta zakatnya bukan dikasih gratis, dijual ke PLN nanti PLN jual ke rakyatnya. Saya cuma butuh megawatt saja, itu langsung tahun 2020 Insya Allah lima kecamatan (di Pulau Obi) itu bisa terang. Dengan rakyat membayar Rp1000 rupiah dan listrik menyala 24 jam. Itukan efektifnya kekuasaan,”tambahnya.
Diskusi publik Bertajuk ‘Dari Indonesia untuk Percepatan Kemajuan Maluku Utara’ itu juga dihadiri oleh Akademisi Universitas Khairun Mokhtar Adam.
Tjatur mengaku sudah keliling pulau-pulau di Maluku Utara (Malut). Menurunya, Malut seperti tanah kosong di depan pasar induk. Kalau tidak hati-hati ya pasti dicaplok. Tapi kalau bisa memafaatkan, akan jadi sangat maju dan sangat strategis. “Wilayah mana di NKRI ini yang paling dekat atau paling ber-impact dengan pusat ekonomi dunia, itu bukan Jawa itu adalah Malut,”ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sumber Energi
Menurut Tjatur, Insinyut dan magister Teknik Institut Teklogi Bandung (ITB), Maluku Utara memiliki potensi, punya sumber energi. Sumber panas bumi ada di Jailolo dan lainnya. Bahkan, Nikel terbaik ada di sini. Namun, untuk mengeksplokrasi itu, akan ada risiko bagi lingkungan.
Olehnya itu, ia sudah memiliki pogram besar untuk Malut. “Banyak tanah produktif di sini, sehingga bisa ditanami kayu-kayu energi untuk diolah setara batu-bara,”ungkapnya.
Saat ini, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa 2x5 MW (PLTBm) sudah mulai di Malut. Dan sudah Penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama (MoU) PT PLN dengan Energi Bersih Halmahera yang dilakukan pada Selasa (2/4). MoU itu disaksikan oleh Gubernur Malut KH Abdul Ghani Kasuba, Anggota Komusi Energi Tjatur Sapto Edy, Dirjen Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM FX Sutijastoto, Walikota Tidore Kepulauan, Capt. Ali Ibrahim dan dihadiri oleh perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan PLN Pusat.
ADVERTISEMENT
---
Faris Bobero