Melihat Kawasan Konservasi Burung Maleo di Pulau Hiri, Ternate

Konten Media Partner
4 September 2019 23:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Spice Tour ICCF 2019
Warga Hiri saat memperlihatkan tempat bertelurnya Burung Maleo. Foto: Rizal Syam/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Warga Hiri saat memperlihatkan tempat bertelurnya Burung Maleo. Foto: Rizal Syam/cermat
ADVERTISEMENT
Hiri, sebuah pulau kecil di sebelah Utara Ternate, Maluku Utara. Di pzulzau ini, tak sedikit panorama alam kepulauan bisa kita kunjungi. Bahkan, ada lokasi konservasi Burung Maleo yang menjadi daya tarik para pengunjung jika ke pulau ini.
Rombongan bersama warga menuju lokasi konservasi Burung maleo. Foto: Rizal Syam/cermat
Pada Selasa (3/9), rombongan Spice Tour Indonesia Creative Cities Festival 2019 tiba di Pulau Hiri. Di sana, peserta bertemu dengan masyarakat serta perangkat pemerintahan kecamatan Pulau Hiri. Mereka mendiskusikan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat terkait pengembangan pariwisata.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, rombongan bersama warga Hiri berkunjung ke lokasi konservasi Burung Maleo yang berada di kelurahan Mado.
Burung Maleo di Pulau Hiri. Foto: Rizal Syam/cermat
Menurut Lurah Mado, Abd. Kadir Rakib, kawasan konservasi tersebut mulai dibangun pada akhir tahun 2018. Tujuannya untuk menyelamatkan populasi Burung Maleo dan menarik kunjungan wisatawan ke Pulau Hiri. Burung Maleo, lanjut Kadir, memang sudah sejak dulu bersarang di pulau Hiri.
Warga Hiri saat memperlihatkan telur Burung Maleo di lokasi Konservasi. Foto: Rizal Syam/cermat
Kadir mengatakan Burung Maleo punya keterikatan yang erat dengan kehidupan masyarakat Hiri. Dalam perayaan adat, telur yang digunakan pada puncak tumpeng harus menggunakan telur Burung Maleo.
“Maleo sangat berhubungan dengan salah satu acara ritual di pulau Hiri, yaitu ketika acara cakalele, ujung dari nasi tumpeng itu harus (menggunakan) telur Maleo, tidak bisa telur yang lain. Makanya itu, Maleo ini dipelihara,” kata Abd. Kadir Rakib.
Rombongan saat berada di lokasi konservasi Burung Maleo di Pulau Hiri. Foto: Rizal Syam/cermat
Ia melanjutkan, pembuatan konservasi ini juga berkaitan dengan UU nomor 5 tahun 1990 tentang konservasi SDA Hayati.
ADVERTISEMENT
“Kadang orang berpikiran pariwisata itu hanya tentang pantai, padahal banyak juga yang suka berkunjung ke konservasi hewan-hewan yang dilindungi. Karena telah menjadi budaya, maka saya terinspirasi untuk membuat konservasi. Sebab pemerintah berkewajiban untuk melestarikan,” kata Kadir.
Ia mengaku, sejak dibikin kawasan konservasi tersebut, ada banyak wisatawan yang datang berkunjung. Bahkan, mayoritas pengunjung berasal dari mancanegara.
Menurut data yang dimilikinya, setidaknya terdapat 28 titik sarang Maleo yang berada di kelurahan Mado. Itu pun yang berjarak di bawah 100 meter dari jalan raya. “Kalau di atas lebih banyak lagi,” kata Kadir.
Burung Maleo Foto: Rizal Syam
Di kelurahan Mado bukan hanya terdapat konservasi Burung Maleo, tapi juga ada kandang Kepiting Kenari. Lokasi kandang ini tak jauh dari area konservasi Maleo. Kadir berencana ke depannya Pulau Hiri dapat menjadi produsen Kepiting Kenari dengan harga yang lebih murah di pasaran.
ADVERTISEMENT
“Di sini memang banyak sekali Kepiting Kenari, bahkan kalau malam sering ditemukan di pinggir jalan,” kata Kadir.
Terkait kunjungan dari ICCN, ia berharap dapat dibantu dalam segi promosi, sehingga bisa mengembangkan pariwisata di pulau Hiri.
---
Rizal Syam