Melihat 'Gusungi': Cara Orang Maluku Utara Menentukan Awal Ramadan

Konten Media Partner
5 Mei 2019 15:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gedung yang pernah dipakai rukyatul hilal, berlokasi di Kelurahan Rua. Saat ini, proses melihat hilal sudah dipindahkan ke Kelurahan Taduma, Ternate Pulau. Di tempat ini dahulu para tetua selain melakukan proses 'nyata ara' atau melihat bulan, juga melihat tanda-tanda alam masuknya bulan ramadan. Foto: Rajif Duchlun/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Gedung yang pernah dipakai rukyatul hilal, berlokasi di Kelurahan Rua. Saat ini, proses melihat hilal sudah dipindahkan ke Kelurahan Taduma, Ternate Pulau. Di tempat ini dahulu para tetua selain melakukan proses 'nyata ara' atau melihat bulan, juga melihat tanda-tanda alam masuknya bulan ramadan. Foto: Rajif Duchlun/cermat
ADVERTISEMENT
Pada umumnya, dalam Islam, cara menentukan awal bulan Ramadan atau puasa dilakukan berdasarkan hisab atau perhitungan astronomi serta dengan cara rukyatul hilal (melihat bulan). Namun, di Ternate, Maluku Utara, ada cara lain menentukan masuknya bulan Ramadan.
ADVERTISEMENT
Minggu (5/5), saya berkesempatan bertemu dengan Imam Masjid Kelurahan Rua, Haji Sabtu Dero, di rumahnya.
Saat tiba, ia menerima saya dengan sangat ramah. Kendati sudah cukup sepuh, ia terlihat bersemangat ketika mulai berbagi cerita mengenai proses melihat hilal yang selama ini kerap dilakukan para tetuanya.
Ia mempersilakan saya duduk di sebelahnya. Suaranya agak lirih dan sedikit terbata-bata. Saya mendekatkan kepala dan mendengar dengan teliti.
Haji Sabtu bilang, Kelurahan Rua, memang sejak lama sudah dijadikan sebagai titik melihat hilal.
Meski begitu, ia mengaku beberapa tahun terakhir, pemerintah daerah sudah memindahkannya ke Kelurahan Taduma, Kecamatan Ternate Pulau.
“Sudah sekitar berapa tahun ini dibuat di Taduma. Tapi dulu itu selalu lihat bulan di sini,” ujar Haji Sabtu, Minggu (5/5).
ADVERTISEMENT
Tempat melakukan rukyatul hilal sudah sejak lama dilakukan di tepi pantai Rua. Ada sebuah gedung bertingkat yang dibangun di situ. Posisinya menghadap ke arah laut. Namun, kini nasibnya sudah tak terurus.
Saat ini, sudah ada Gedung Observasi milik Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang dibangun di Taduma sebagai titik rukyatul hilal.
Menurut dia, dahulu sejak Islam mulai masuk dan berkembang di Ternate, beberapa daerah di Indonesia kerap mengikuti penentuan awal bulan puasa (nyata ara) yang dilakukan tokoh agama dan kesultanan di Ternate. Nyata ara sendiri merupakan penyebutan lokal yang berarti melihat bulan.
“Sejak Islam ada di sini, Rua sudah dijadikan tempat menentukan awal bulan puasa. Bahkan ada daerah-daerah lain tanya di sini (sering jadikan rujukan dari Ternate),” ujar pria berusia 72 tahun itu.
ADVERTISEMENT
Proses melihat bulan sendiri dilakukan saat usai salat Ashar atau menjelang Maghrib. Pada waktu itu, para imam dari sejumlah masjid sultan di Ternate sudah berkumpul di tepi pantai.
Bahkan, diakuinya dua hari sebelum proses melihat bulan dilakukan, orang-orang sudah ramai mengunjungi Rua.
“Biasanya dua hari menjelang melihat bulan itu sudah ramai di kampung. Persiapan itu sudah dilakukan dari kemarin,” ungkapnya.
Selain itu, para tetua juga kerap menentukan awal bulan puasa dengan melihat tanda-tanda alam. Proses ini dilakukan ketika Ternate dahulu belum mempunyai alat untuk menentukan masuknya awal Ramadan.
Cara menentukannya dengan melihat gusungi atau lamun. Apabila gusungi sudah berbunga dan tampak seperti buih, lalu hanyut terbawa arus, maka itu tandanya sudah masuk bulan Ramadan.
ADVERTISEMENT
Gusungi itu memang butul. Bahkan torang (kami) punya orang tua sudah tahu kalau bulan sudah masuk dan itu dorang (orang tua) biasanya sudah berpuasa. Kalau gusungi punya bunga sudah anyor (hanyut) berarti bulan sudah ada satu malam,” ucapnya.
Walau saat ini sudah ada alat, proses melihat gusungi masih terus dilakukan. Hanya saja, kata dia, kerap dilakukan oleh beberapa orang tua saja, sebab kebanyakan orang sudah lebih percaya pada proses penentuan yang digunakan dengan menggunakan metode hisab atau rukyatul hilal.
Direkur Buku Suba Institute yang juga pemerhati budaya, Sukarno M Adam, saat dihubungi cermat, pada Sabtu (4/5), juga mengatakan hal yang sama.
Ia mengaku kerap mendengar dari para tetua, bahwa nyata ara atau melihat bulan biasanya dilakukan oleh para imam dari sejumlah masjid sultan di Ternate.
ADVERTISEMENT
“Setelah salat Dzuhur, para imam dan bobato akhirat dari sigi lamo (masjid sultan) sigi heku (masjid heku) dan sigi cim (masjid cim) berkumpul di kadaton kesultanan, menunggu idin (perintah) dari sultan, lalu berangkat menuju Rua untuk melihat bulan,” ujar Sukarno.
Cerita mengenai cara melihat masuknya awal bulan puasa memang sudah familiar tidak hanya di Ternate. Beberapa daerah di Maluku Utara, seperti di daratan Halmahera, Morotai, dan lainnya juga masih melakukan proses melihat bulan dengan melihat tanda-tanda alam.
---
Artikel ini terbit pada 2019 dan telah mengalami perubahan pada judul. Sebelumnya berjudul "Melihat Rumput Laut: Cara Orang Ternate Menentukan Awal Ramadan". Setelah dicek, yang dimaksud dengan gusungi adalah lamun--karena berbuah dan berbunga, sebagaimana penjelasan narasumber. Hanya saja sebagian masih menganggap lamun dan rumput laut adalah tumbuhan yang sama.
ADVERTISEMENT
---
Reporter: Rajif Duchlun