
Waktu menunjukkan pukul 16.49 WIT. Debur ombak di pesisir pantai Kelurahan Tosa, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara , terus bergemuruh.
"Kalau air laut surut, jarak dari titik air panas sekitar 6 meter," ucap Rusdi Daud, pengelola objek wisata air panas kepada cermat, Sabtu (12/11).

Tosa adalah gabungan dari tiga nama kampung, yakni Tomadau, Surumalao, dan Ake Sahu, yang secara administratif masuk Kecamatan Tidore Timur.
Dijelaskan Rusdi, air panas dalam sebutan lokal adalah Ake Sahu. Terdiri dari dua suku kata. Ake yang berarti air dan Sahu adalah panas.
Di lokasi ini, jajaran bebatuan seakan membingkai lanskap pantai. Selebihnya hamparan kerikil yang berpadu dengan buih ombak yang pecah.

Meski didominasi bebatuan, namun awan-awan serupa kapas yang dilatari langit biru tetap memikat mata pengunjung.
Di bagian lain, pepohonan berdiri tegak seakan memberi keteduhan, menaungi pengunjung dari sinar matahari. Udara panas seolah menguap lenyap ke angkasa.
Perjalanan ke Tosa dapat menumpangi mobil atau sepeda motor, dengan waktu tempuh kurang lebih 30 menit dari Pelabuhan Speed Boat Rum, sebagai gerbang masuk ke Tidore.

Untuk mencapai titik air panas, pengunjung harus menuruni puluhan anak tangga. "Jalur masuknya dibangun menggunakan dana kelurahan," kata Rusdi.
Sedang memuat...
0 01 April 2020
S
Sedang memuat...
Dalam mengelola objek wisata alam ini, Rusdi tak memasang target. "Bayar seikhlasnya saja. Alhamdulillah sejauh ini pendapatan per hari bisa di atas Rp 400.000," katanya.
Diburu Penderita Penyakit Kulit hingga Stroke
Suhu air di sini, kata Rusdi, mulai terasa panas pada pukul 11.30 WIT hingga 15.00 WIT. Lewat dari waktu itu, suhunya terasa hangat karena air laut pasang.
Tapi Rusdi bilang itu tidak menentu. "Biasanya pagi-pagi panas, siangnya hangat, sore kembali panas. Terkadang saat musim hujan juga panas," ujarnya.
Dulu, sambung Rusdi, di lokasi ini terdapat tiga titik air panas. Tapi saat ini tersisa satu. Dua titik lainnya sudah hilang ditelan abrasi.

Konon, sebagian masyarakat setempat percaya bahwa air panas tersebut dapat menyembuhkan penyakit kulit seperti gatal-gatal.
Bahkan, kerap dimanfaatkan oleh ibu-ibu yang sehabis melahirkan hingga orang yang berangsur pulih dari stroke . "Mereka datang terapi di sini," katanya.
Meski belum diuji secara ilmiah, tapi menurut Rusdi, sudah banyak yang terbukti. "Percaya tidak percaya, banyak sembuh setelah berendam di sini," ungkapnya.

Menjelang senja, lokasi ini rupanya menjadi incaran warga untuk menutup hari. Hampir semuanya adalah penduduk lokal.
Mereka sengaja datang berendam. Tak lupa membawa serta keperluan mandi. Sesaat kemudian, semburat jingga matahari perlahan masuk ke peraduan.