Misteri Air Laut Berubah Warna di Ternate

Konten Media Partner
26 Februari 2020 18:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi perairan Kota Ternate, Maluku Utara, terlihat keruh kecokelatan. Foto: Nurkholis Lamaau/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi perairan Kota Ternate, Maluku Utara, terlihat keruh kecokelatan. Foto: Nurkholis Lamaau/cermat
ADVERTISEMENT
Matinya beberapa biota laut membuat masyarakat di Kepulauan Makeang, Halmahera Selatan, hingga Kota Ternate, Maluku Utara (Malut), geger.
ADVERTISEMENT
Sebab peristiwa tak wajar itu diikuti dengan warna air laut yang berubah keruh, sedikit kecokelatan. Berbagai spekulasi pun bermunculan.
Informasi yang diperoleh cermat, warga Desa Suma, Makeang, mengaku melihat air laut berwarna kecokelatan muncul sekitar 5 mil di bagian timur Pulau Makeang, lalu merembet hingga pesisir.
Saat ini, Direktorat Polisi Perairan dan Udara (Polairud) Polda Malut, telah mengirim sampel berupa air laut dan bangkai ikan ke Laboratorium Forensik di Makassar.
Direktur Ditpolairud Polda Malut, Kombes Pol Djarot Agung Riadi, mengatakan sampel diambil dari tiga desa di Pulau Makeang. "Desa Ploili, Sangapati, dan Matangtenggi," jelasnya.
Sementara, Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Ternate, Amrul, mengaku telah mengirim sampel air laut ke Manado, Sulawesi Utara."Dua pekan baru hasilnya keluar," singkatnya.
Beberapa ekor ikan hingga gurita mati mendadak di perairan Ternate, Maluku Utara. Foto: Nasijaha Dive Center
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Ternate, Vianca Adjie Dwi Putra, mengatakan, berdasarkan peta arus permukaan laut untuk wilayah Makeang, Ternate dan Tidore, arahnya menuju barat daya hingga utara.
ADVERTISEMENT
"Kecepatannya berkisar antara 5 hingga 20 centimeter per detik," kata Vianca kepada cermat di ruangannya, Rabu (26/2/2020).
Menurut dia, data yang dilihat pada Senin 24 Februari 2020 itu, arus permukaan yang terjadi pada perairan Makeang, Tidore dan Ternate masih kategori tenang.
"Cukup tenang dan setiap kedalaman memiliki arah dan energi arus yang berbeda-beda. Tapi soal air keruh dan matinya ikan secara mendadak, kami tidak bisa simpulkan," jelasnya.
Sekadar diketahui, peristiwa ini sempat membuat warga di Kepulauan Makeang was-was. Mereka dikabarkan mengaitkan fenomena itu dengan aktivitas gunung Kie Besi.
Bahkan di media sosial facebook, sejumlah netizen menyebut peristiwa itu akibat pengaruh belerang gunung Kie Besi yang kembali aktif.
Namun hal itu dibantah Kepala Pos Pengamanan Gunung Gamalama Ternate, Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Darno Lamane.
ADVERTISEMENT
Kepada cermat, ia mengatakan peristiwa itu harus diteliti secara ilmiah. "Belum bisa disimpulkan. Tidak bisa mengkaitkan itu dengan aktivitas gunung," katanya.
Menurut dia, semua harus diuji atau diteliti secara ketat. Termasuk gunung, harus dilihat apakah ada aktivitas yang ditimbulkan dari gunung atau tidak.
"Karena pantauan terakhir, aktivitas gunung Kie Besi masih normal. Sedangkan (gunung) Gamalama Ternate masih di level II," jelasnya.