news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Oranje, Jejak 'Kembar' Benteng Kolonial

Konten Media Partner
21 Maret 2020 9:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rintu Taib (Penulis) menyerahkan buku Fort Oranje dari Masa ke Masa, kepada Wali Kota Gorontalo di Kediamannya, dihadiri perangkat Kesultanan Ternate bersama lembaga Adat Gorontalo. Foto: Doc Pribadi Rinto Taib.
zoom-in-whitePerbesar
Rintu Taib (Penulis) menyerahkan buku Fort Oranje dari Masa ke Masa, kepada Wali Kota Gorontalo di Kediamannya, dihadiri perangkat Kesultanan Ternate bersama lembaga Adat Gorontalo. Foto: Doc Pribadi Rinto Taib.

(Napak Tilas Jelang Hari Lahir VOC)

ADVERTISEMENT
Oleh: Rinto Taib*
Tulisan ini kurang lebih sekadar goresan catatan ketika mengikuti kegiatan kunjungan ke kota Gorontalo, oleh Pemerintah Kota Ternate bersama perangkat adat Kesultanan Ternate yang tak lain sebagai bentuk kunjungan balasan Pemda Kota Gorontalo pada bulan Agustus 2019 lalu ke kota Ternate.
ADVERTISEMENT
Di tengah ancaman virus Corona yang menyita perhatian dunia karena telah menewaskan ribuan orang di berbagai Negara tak terkecuali Indonesia, tim kami yang berjumlah 15 (lima belas) berangkat melakukan perjalanan dinas menuju Kota Gorontalo sekaligus sebagai sebuah refleksi historis berupa napak tilas jejak kolonial jelang hari lahir VOC (20 Maret 1602). Sebuah organisasi dagang Belanda yang menjadi organisasi dagang global pertama di dunia.
Setibanya di kota Gorontalo saya menyaksikan telah terjadi berbagai perubahan yang jauh berbeda dengan pengalaman kunjungan saya semasa tahun 2009 lalu. Perubahan yang begitu baik karena sebagai sebuah kota, kini Gorontalo telah memiliki fasilitas infrastruktur yang tak kalah dengan daerah lainnya di Indonesia. Mulai dari pusat perbelanjaan (mall), sarana hiburan (XXI) hingga hotel berbintang yang bersih dan nyaman bagi pengunjung ke Kota ini.
ADVERTISEMENT
Sesaat beberapa menit jelang pendaratan pesawat, pemandangan panorama alam yang begitu memukau, hamparan sawah yang hijau serta pasir putih sepanjang bibir pantai yang dapat kita amati dengan begitu indah di balik jendela pesawat.
Selain memiliki alam yang indah, tanaman hasil kebun yang berlimpah serta tanah yang subur, juga jejak sejarah awal Islam yang disebut-sebut kuat pengaruh Kesultanan Ternate ke daerah ini. Peninggalan sejarah dan warisan budaya yang berlimpah serta destinasi alam dan sejarah yang memukau di masa kini tentunya.
Kawasan Menara Pakaya Limboto setiap malam ramai di kunjungi warga. 7/5. (Foto:Burdu/banthayoid)
Sebuah menara yang dibangun di tengah jalan utama Limboto membawa kita seolah berada di tengah atau pusat kota Paris. Ya, menara Limboto yang menjadi kebanggaan masyarakat Gorontalo karena menyamai menara Eifel di Perancis dari segi bentuknya. Disekitar kawasan ini sangat ramai di malam hari dengan sinar binarnya cahaya lampu yang berganti warnanya untuk sesekali waktu seperti berwarna Merah, Hijau, Kuning dan Biru. Di sekitar jalan ini pula terdapat berbagai jajanan kuliner yang bisa disantap ditepi jalan sepanjang trotoar maupun toko dan warung kecil lainnya yang menjual berbagai keperluan.
ADVERTISEMENT
Lebih menarik lagi tatkala berkunjung ke sebuah benteng tinggalan kolonial yang bernama mirip dengan benteng Oranje Ternate. Ya, benteng Orange Gorontalo namanya.
Anak-anak SMP saat berlatih marching band di Benteng Oranje Ternate. Foto: Faris Bobero/cermat
Dalam berbagai referensi sejarah Nusantara, jejak panjang kronik masa lalu setiap daerahnya menyimpan sejuta kisah tragedi hingga romantisme yang penuh dinamika. Berbagai kisah tersebut memiliki cerita yang menarik untuk dikaji saat ini meskipun melalui penelusuran berbagai referensi sejarah hingga menyaksikan secara langsung berbagai tinggalan masa lalu tersebut.
Tinggalan sejarah warisan para leluhur, pengelolaan nilai hingga keberadaan benteng kolonial sejak era Portugis hingga Belanda nampak baik kondisinya. Meskipun demikian harus kita akui bahwa sebagiannya lagi berada dalam kondisi yang masih membutuhkan perhatian lebih dalam urusan pelestariannya.
Pintu depan Benteng Oranje di Ternate yang menghadap ke laut. Foto: Faris Bobero/cermat
Sebagaimana kita ketahui, di antara berbagai benteng tinggalan kolonial di Nusantara, ada yang memiliki kesamaan nama, bentuk dan karakteristik arsitektural antara benteng satu dengan lainnya. Kesamaan nama tersebut terdapat pada beberapa benteng seperti halnya yang terdapat di benteng Oranje kota Ternate Maluku Utara dengan benteng Orange di kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.
ADVERTISEMENT
Entah apa alasan di balik kesamaan nama pada kedua benteng tersebut? Pada era kapan penamaan keduanya? Bagaimana kondisi arkeologis serta apa saja peluang bagi masa depan yang lebih baik atas keberadaan masing-masing benteng tersebut ?
Benteng Orange terletak di Bukit Arang Desa Dambalo, Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara. Senin, 13/5. (Foto:Burdu/banthayoid)
Demikian beberapa pertanyaan penting yang dapat kita gali dan dipelajari dari keberadaan benteng ini. Benteng yang dibangun Portugis kemudian diberi nama oleh Belanda sesuai nama penguasa saat itu: Snouck Orange menjadi terwujud. Atas jasa sanak saudara dari teman yang menyediakan tumpangan untuk berkunjung ke benteng yang lumayan jauh sekitar satu jam lebih perjalanan dari Limboto Gorontalo.
***
Siang itu awan tebal menyelimuti sebagian wilayah Kota Gorontalo seolah memberi pertanda akan turunnya hujan. Tanpa membuang waktu perjalanan dimulai dari rumah Om Harly. Harli yang berada dekat di Menara Limboto. Jarum jam menunjukan pukul 13.08 waktu setempat dan kamipun bertiga (Penulis, Om Harly, Ko Bori) memulai perjalanan menuju benteng Orange yang terletak di atas bukit Arang Desa Dambalom Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara.
Benteng Orange terletak di Bukit Arang Desa Dambalo, Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara. Senin, 13/5. (Foto:Burdu/banthayoid)
Nama benteng ini sekilas sama dengan benteng Fort Oranje Ternate karena diberi nama oleh Belanda. Perbedaannya pada: luasan, arsitektural, lokasi, lanscape serta view kawasan sekitarnya. Di benteng ini tidak kita temukan meriam sebagaimana di benteng Oranje Ternate. Dalam benteng ini terdapat sebuah ruang segi empat yang konon menurut cerita sang Juru Pelihara terdapat sebuah lubang (ruang) bawah tanah yang telah ditimbun tanah. Kondisi ini sama dengan sebuah ruang bawah tanah di benteng Toluko Ternate.
ADVERTISEMENT
Landscape kawasan yang begitu menarik untuk dipandang mata dari posisi ketinggiannya seolah melegitimasi keberadaan dan fungsi benteng ini di masa lalu sebagai benteng pertahanan sekaligus pemantauan atas gerak-gerik musuh atau para pajak laut yang melintasi Sungai maupun Laut Kwandang karena dengan mudah dipandang atau dipantau dari benteng ini.
Benteng Orange terletak di Bukit Arang Desa Dambalo, Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara. Senin, 13/5. (Foto:Burdu/banthayoid)
Dengan kondisi jalan yang relatif baik, tanpa hambatan dengan panorama alam pedesaan yang asri sesekali kita menyaksikan rimbunnya tanaman jagung yang ditanam masyarakat disapu jalan serta hijaunya areal persawahan yang begitu luas dan sejuk. Semoga kedepan benteng ini menjadi semakin lebih diperhatikan, dilestarikan (dilindungi, dikembangkan, dimanfaatkan) bagi masyarakat sekitar. Semoga !
---
*Penulis adalah Kepala Bidang Sejarah dan Cagar Budaya Dinas Kebudayaan Kota Ternate.
ADVERTISEMENT