Perairan Kota Ternate Dikepung Sampah

Konten Media Partner
19 Februari 2019 21:44 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tumpukan sampah yang bertebaran di bibir pantai Kalumata, Ternate. Foto: Ipang Mahardhika/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Tumpukan sampah yang bertebaran di bibir pantai Kalumata, Ternate. Foto: Ipang Mahardhika/cermat
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berbagai jenis sampah memenuhi sejumlah wilayah Kota Ternate, Maluku Utara. Salah satunya di Kelurahan Kampung Makassar Timur. Cermat melakukan pengamatan di wilayah itu pada Selasa (19/2).
ADVERTISEMENT
Tampak banyak sampah plastik bertebaran di bawah rumah panggung permukiman warga dan kios pedagang. Lurah Makassar Timur, Nahrul Zakry, mengatakan pihak kelurahan sudah berupaya mengimbau warga agar tidak membuang sampah sembarangan, namun imbauan itu belum benar-benar dilakukan.
Sampah plastik bertebaran di perairan, area pemukiman di Kelurahan Kampung Makassar Timur, Ternate Tengah. Foto: Risman Rais/cermat
Dia mengatakan Kelurahan Makassar Timur berusaha menanggulangi perilaku buang sampah sembarangan dengan membuat tiga tempat sampah dengan jarak setiap 200 meter. Berdasarkan data pemerintah setempat, 800 kepala keluarga di kelurahan itu menghasilkan sampah hingga 1 ton.
“Kami, warga sekitar sini telah berulang kali kerja bakti bersama TNI, Polri, dan mahasiswa, tetapi tumpukan sampah tetap saja ada. Saya kira perlu kesadaran bersama,” kata Latif, seorang warga Kampung Makassar Timur.
Latif juga mengeluh soal sampah yang menumpuk di tempat pembuangannya yang sudah sepekan belum diangkut dan sudah mengeluarkan bau busuk. Hal itu membuat masyarakat sekitar jengkel.
ADVERTISEMENT
Sedangkan rumah panggung yang ada di sepanjang Tapak 1 sekaligus kios untuk jualan itu masih terdapat tumpukan sampah di bawahnya. Asma, salah satu pedagang di Tapak 1 Keluran Makassar Timur, mengatakan sampah yang ada di bawah rumah panggungnya itu ada ketika hujan dan air pasang.
“Sampahnya tersumbat hingga meluas sampai ke sini," kata Asma.
Di sisi lain, pihak Kelurahan Kampung Makassar Timur bersama Badan Lingkungan Hidup telah membuat program Bank Sampah sejak Januari 2019.
"Bulan Januari kami telah mengangkut 1 ton sampah dari warga, sampah plastik 800 kilogram, dan campuran 200 kilogram,” kata Nahrul.
Nahrul Zahri menyebut pihak kelurahan mulai sosialisasi kepada warga agar sampah plastik tidak dibuang, tetapi disimpan dan diberikan ke bank sampah.
Sampah di bibir pantai Tidore Kepulaun. Sebagian warga mengklaim, sampah tersebut berasal dari Ternate. Foto: Faris Bobero/cermat
Cermat juga melakukan pengamatan di kali mati (bekas jalur lahar dingin) yang berdekatan dengan rumah penduduk. Banyak warga yang bermukim di dekat kali mati membuang sampah di lokasi tersebut, sehingga sampah-sampah itu mengalir ke laut saat musim hujan.
ADVERTISEMENT
Bahkan, di lokasi wisata, masih banyak sampah yang dibuang sembarangan. Namun sebagian pedagang di lokasi wisata Pantai Sulamadaha memilih untuk membakar sampah.
Menurut Buhaya (40), pedagang di lokasi wisata Pantai Sulamadaha, para pedagang tidak membuang sampah ke laut. “Kami menjaga kebersihan laut. Kalau soal sampah, kami memilih membakarnya,” kata Buhaya yang sudah 10 tahun berdagang di situ.
“Kalau bakar sampah, jauh di belakang. Torang (kami) gali bikin lubang, nanti sudah sunyi, tidak ada orang, baru torang bakar sampah agar asap tidak mengganggu,” katanya.
Buhaya mengaku kegiatan membakar sampah itu sudah dia lakukan sejak lama. Dia mengatakan tidak mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari membakar sampah.
Tumpukan sampah yang keluar ke laut melalui kali mati (jalur lahar dingin). Foto: Faris Bobero/cermat
Sementara itu, salah satu anggota Nasijaha Dive Centre, Adit Kaleum, mengatakan pemerintah kota tidak bisa lepas tangan atas masalah sampah di laut dan pantai Kota Ternate. Solusi dari masalah ini, kata dia, membutuhkan sarana dan prasarana, serta infrastruktur yang harus dibangun oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
Dia berpendapat sebagian besar sampah di laut berasal dari sampah warga yang dibuang di barangka (kali mati) karena tidak adanya tempat penampungan sampah sementara di lingkungan tersebut.
Namun, mungkin juga karena daerah itu tidak dilalui truk pengangkut sampah, sementara warga tidak mungkin harus pergi jauh ke Tempat Pembuangan Akhir yang berlokasi di belakang gunung, tepatnya di antara Kelurahan Takome dan Sulamadaha.
“Langkah awal, pemerintah harus membangun instalasi di mulut barangka untuk menahan sampah tersebut hanyut ke laut saat hujan besar,” ujar Adit.
Sebagian masyrakat membuang sampah di kali mati, di Kelurahan Kulaba, Ternate. Foto: Faris Bobero/cermat
“Pengaruh sampah terhadap ekosistem laut dan marine tourism ya jelas buruk ya. Tidak harus diterangkan lagi sepertinya,” ungkap Adit menyoroti masalah sampah di laut.
“Prinsipnya, Kota Ternate lebih membutuhkan sarana dan prasarana kebersihan dibandingkan taman-taman selfie dan reklamasi,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
---
Risman Rais dan Gustam Jambu