Rudi Fofid Ajak Mahasiswa Pertanian Harus Bangga Jadi Petani

Konten Media Partner
18 Agustus 2019 18:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto bersama Rudi Fofid bersama mahasiswa pertanian Universitas Khairun Ternate. Foto: Rajif Duchlun/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Foto bersama Rudi Fofid bersama mahasiswa pertanian Universitas Khairun Ternate. Foto: Rajif Duchlun/cermat
ADVERTISEMENT
Sastrawan dan jurnalis senior Rudi Fofid mengajak mahasiswa pertanian Universitas Khairun agar bangga menjadi petani.
ADVERTISEMENT
“Semua komoditas yang ada kembali pada pertanian, peternakan, perikanan, dan kampung halaman. Jadi banggalah jadi petani dan jaga serta muliakanlah kampung,” ujar Rudi Fofid, usai menjadi narasumber pada Workshop Literasi Sains yang dibuat Himpunan Mahasiswa Program Studi Peternakan (Himaproter), di Lantai 3 Fakultas Pertanian Universitas Khairun, Jumat (16/8).
Dalam workshop yang bertemakan ‘Menulis dengan Gaya Naturalis, Rumphius dan Wallacea’ itu, Opa Rudi, sapaan dekat Rudi Fofid menyebut saat ini banyak orang muda yang sudah kurang berminat belajar mengenai pertanian.
“Kita sedang krisis, baik krisis di lapangan maupun di kampus. Krisis di lapangan itu berkurangnya lahan pertanian, berkurangnya minat orang menjadi petani, dan berkurangnya orang muda kuliah pertanian,” kata Opa Rudi.
ADVERTISEMENT
Padahal, menurut Opa Rudi, pertanian adalah sumber pangan yang belum tergantikan hari ini.
“Kebutuhan pangan tetap masih menjadi primer, hidup mati kita ada pada pangan, termasuk juga geopolitik. Jadi kalau kitorang (kita) tidak kuat di pangan, tidak berdaulat di pangan, maka kitorang akan dijajah secara pangan dengan negara lain,” ucap Wakil Pimpinan Redaksi Suara Maluku itu.
Ia bilang, untuk merawat itu, selain bertani, para mahasiswa harus belajar menulis. Semua pangan lokal, kata Opa Rudi, harus ditulis kembali dengan cara yang baru dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia.
“Anak-anak ini adalah anak-anak yang berjalan dan berjumpa. Di banyak perjalanan dan perjumpaan, banyak pengalaman, banyak persepsi, tapi kalau itu tidak ditulis, maka itu hanya menjadi kenangan ‘cpu’ memori mereka yang dibawa mati,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
“Rumphius dan orang-orang di masa lalu menuliskan itu sehingga menjadi sumber pengetahuan. Kalau anak-anak hari ini merekam dan menulis lagi dengan gaya hari ini, maka sumber kearifan masih tetap terekam dan bisa berlanjut untuk kepentingan masa depan,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Himaproter Fakultas Pertanian Universitas Khairun, Asdar Sukur, kepada cermat mengatakan workshop ini bertujuan mengajak mahasiswa pertanian atau khususnya peternakan untuk belajar menulis dengan cara-cara yang diajarkan Opa Rudi.
“Semoga mampu memberikan kontribusi besar kepada seluruh mahasiswa yang kemudian hadir. Sehingga bisa memberikan yang terbaik untuk peternakan kedepan nanti,” kata Asdar.
Asdar menambahkan, kegiatan seperti ini tetap akan berlanjut agar dapat menambah pengetahuan literasi bagi mahasiswa. “Ada ilmu pengetahuan dan pengalaman yang bisa kita dapatkan dari kegiatan ini,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
---
Rajif Duchlun