Sempat Terpuruk, Pariwisata di Ternate Perlahan Pulih

Konten Media Partner
3 November 2020 7:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kota Ternate. Foto: Layank Sutanto/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Kota Ternate. Foto: Layank Sutanto/cermat
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 membawa dampak pada banyak hal, termasuk di sektor pariwisata. Pada awal corona menyeruak, kondisi wisata di Kota Ternate, Maluku Utara terpuruk sangat dalam. Namun kini, secara perlahan, pariwisata di kota ini mulai kembali bergeliat.
ADVERTISEMENT
General Manager Muara Hotel Vitra Marhan saat ditemui cermat mengatakan, COVID-19 membawa pengaruh signifikan terhadap perusahaannya. Vitra bilang, dampak pandemi mulai terasa pada minggu keempat Maret. Setelah itu, jumlah tamu perlahan menyusut hingga akhirnya tak ada lagi kegiatan.
“Awal April itu sudah zero. Semua aktivitas tidak ada lagi. Tamu-tamu asing sudah nggak ada lagi. Walaupun ada yang sudah booking tapi semua dibatalkan,” ucapnya, Sabtu (31/10).
Sejak saat itu, pihaknya sedikit demi sedikit mulai merumahkan karyawan. Waktu kerja dipangkas menjadi hanya 15 hari saja. Di Mei, alih-alih membaik, kondisi semakin terasa berat. Maka saat itu manajemen mengambil keputusan untuk memberikan upah karyawan hanya untuk 10 hari kerja. Kondisi tersebut berlangsung hingga akhir Juli.
ADVERTISEMENT
“Mau bagaimana lagi, kan saat itu penerbangan ditutup, pelayaran juga serupa,” katanya.
Nasib yang sama juga dialami oleh Riswan. Pemilik Riswan Homestay yang terletak di Kelurahan Toboleu, Ternate Utara itu mengaku sudah tak menerima tamu sejak 19 Maret 2020.
“Saya sejak 19 Maret itu sudah tutup total hingga penerbangan mulai dibuka kembali pada Juli,” kata Riswan saat dihubungi cermat.
Tak ayal, situasi itu membawa pengaruh berarti baginya. Pendapatannya menyusut drastis.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan hal serupa. Pada 2020, tingkat hunian kamar di hotel berbintang menurun jauh. Sebut saja pada Mei 2020, persentase huniannya hanya 9,77 persen, ini turun drastis jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yang persentase di bulan yang sama mencapai 41,53 persen.
Danau Ngade, salah satu spot wisata di Ternate. Foto: Faris Bobero/cermat
Namun kini, setelah penerbangan serta pelayaran mulai beroperasi seperti sediakala, kunjungan ke Ternate mulai meningkat. Riswan menyebut, sejak Agustus, kamar di homestay miliknya selalu penuh. Bahkan, kata dia, ada yang sudah melakukan pemesanan hingga 15 hari.
ADVERTISEMENT
Kendati begitu, para pengunjung tersebut kebanyakan sedang melakukan perjalanan bisnis. Akan tetapi, lanjut Riswan, beberapa wisatawan juga sudah mulai berdatangan. “Geliatnya sudah mulai ada.”
Sedangkan di Muara Hotel, kata Vitra, kegiatan sudah mulai kembali normal sejak Agustus. Semua karyawannya mulai dipanggil kembali. Sejak saat itu, sejumlah kegiatan dari pemerintah mulai diadakan di ruang-ruang pertemuan yang terdapat di hotel tersebut.
Namun menurut Vitra, sampai saat ini bisa dibilang belum ada tamu yang khusus berkunjung untuk urusan berwisata. Semua tamu yang menginap di hotel itu memiliki urusan bisnis, baik itu dari kementerian maupun pengusaha.
Vitra dan Riswan sama-sama berharap agar pemerintah tak menghentikan promo wisata sehingga wisatawan bisa tertarik datang ke Ternate. Keduanya juga mengaku tetap menerapkan protokol kesehatan sebagaimana anjuran pemerintah.
ADVERTISEMENT
“Kita berharap promo dari pemerintah jangan disetop. Malah harus didukung terus. Kalau ada pengembangan manajerial untuk peningkatan kapasitas, kami siap untuk hadir,” kata Riswan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kota Ternate Rizal Marsaoly mengatakan, pihaknya terus berupaya mengembangkan titik-titik wisata baru, seperti pengembangan Kampung Tua Foramadiahi dan Geopark Batu Angus. Selain itu, Dispar juga mulai menata kawasan wisata Pantai Sulamadaha yang melibatkan masyarakat setempat.
Pertengahan Oktober lalu, Dispar bahkan menggelar pelatihan tata kelola destinasi wisata. Pelatihan yang berfokus pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam mengelola destinasi itu dihadiri oleh pelbagai kalangan, dari pengusaha homestay, penyedia kuliner, pemandu wisata, hingga konten kreator.
“Karena di samping menata destinasi, SDM yang memahami destinasi juga harus diperkuat. Apa gunanya penataan kalau pramuwisata tidak punya pemahaman tentang destinasi itu,” tandasnya.
ADVERTISEMENT