Sikap Patriot dan Kemanusiaan Sultan Baabullah

Konten Media Partner
15 Agustus 2019 21:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lokasi Malam Sultan Babullah dikelilingi pagar beton bercat kuning. Terlihat satu pohon besar menjulang di tengah lokasi itu. Foto: Rizal Syam/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Lokasi Malam Sultan Babullah dikelilingi pagar beton bercat kuning. Terlihat satu pohon besar menjulang di tengah lokasi itu. Foto: Rizal Syam/cermat
ADVERTISEMENT
“Setelah menjadi sultan, Baabullah pernah memimpin ekspedisi ke Buton, Tobungku, Banggai dan Selayar. Prestasi terbesarnya adalah mengusir Portugis keluar dari Maluku dan tak kembali untuk selamanya.”
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan Sejarawan dari Universitas Khairun (Unkhair) Irfan Ahmad, dalam Seminar Nasional Kajian Historis Perjuangan Baabullah Sebagai Pahlawan Nasional yang digelar oleh Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2G) di Pendopo Kesultanan Ternate, pada Kamis (15/8/2019).
Irfan dalam kesempatan itu, menyebut Sultan Baabullah dalam usia muda pun sudah sering melakukan ekpedisi ke sejumlah pulau. Sebelum diangkat menjadi sultan, Baabullah pernah menjadi Kapita Laut, jabatan militer tertinggi dalam struktur kerajaan Ternate.
Dalam seminar itu, banyak pandangan yang beragam. Dari soal sejarah, tata cara pengusulan, hingga pentingnya berburu naskah-naskah sejarah tentang Sultan Baabullah.
Selain Irfan Ahmad, dua pembicara lainnya yakni; Sejarawan Universitas Indonesia (UI) Prof Susanto Zuhdi, serta Afni, sebagai Kasubdit Penghargaan dan Tunjangan Kesejahteraan Keluarga Pahlawan Nasional dan Perintis Kemerdekaan.
ADVERTISEMENT
Menurut Irfan, kendati pengkhianatan dan pembunuhan secara keji terhadap Sultan Khairun, ayah dari Sultan Baabullah sendiri, lantas tidak membuat sang sultan membalasnya dengan keji. Sultan Baabullah menunjukkan sikap patriot dan kemanusiaannya dengan memberikan ultimatum kepada orang Portugis yang berada di dalam benteng agar menyerah serta diperbolehkan untuk pulang.
“Sikap toleransi Baabullah terbukti. Ia mengeluarkan ultimatum, Portugis harus menyerah dalam waktu satu hari dengan membawa harta benda dan diperlakukan secara adil. Mereka yang telah beristrikan pribumi Ternate diperbolehkan tetap tinggal dengan syarat dijadikan kawula kerajaan. Dan pihak Portugis harus menyerahkan pembunuh Sultan Khairun,” paparnya.
Irfan bilang, upaya memperjuangan Baabullah harus terus diseriusi. Karena pengusulan seperti ini tidak baru terjadi kali ini. “Seingat saya pernah baca buku kumpulan tulisan mengenai Hari Jadi Kota Ternate. Itu dituliskan, apabila kota telah terbentuk, maka pertama pengamanan situs sampalo sebagai kota tua, dan yang kedua menetapkan Sultan Baabullah sebagai pahlawan nasional. Pemerintah saat ini masih lalai,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Ia menyarankan, agar kajian sumber mengenai Baabullah dapat dilakukan di sejumlah perpustakaan. “Saya tidak tahu perpustakaan daerah sini ya, tapi dua tahun terakhir saya masuk, tidak sama sekali untuk mengoleksi sejarah yang berkaitan dengan kota Ternate, kalaupun ada mungkin saya salah lihat itu,” ungkapnya.
Seminar Nasional Kajian Historis Perjuangan Baabullah Sebagai Pahlawan Nasional yang digelar di Pendopo Kesultanan Ternate. Foto: Rajif Duchlun/cermat
Prof Susanto Zuhdi pun menyampaikan pandangannya. Ia menyebut nama Babullah itu sudah cukup terkenal. Itu bisa dilihat dari beberapa catatan di buku pelajaran hingga penamaan Bandara. Tapi diakuinya, bangsa ini seolah melupakan sejarah dan pahlawannya. “Kita tahu sekali bangsa-bangsa yang besar itu karena sejarahnya,” kata Prof Susanto.
Sultan Baabullah meski anti terhadap Portugis, kata Prof Susanto, tidak berarti anti dengan bangsa Eropa lainnya. Itu terbukti karena pada 1579, sang sultan menyambut kedatangan armada Inggris yang dipimpin Kapten Francis Drake.
ADVERTISEMENT
“Dalam laporannya Francis Drake mengatakan bahwa Sultan Baabullah berperawakan tinggi, sangat kekar, kuat, dan ramah. Sultan memiliki kekuasaan yang luar biasa. Drake menyebut Baabullah adalah penguasa ratusan pulau,” jelas Prof Susanto.
Prof Susanto merekomendasikan agar ada penetapan tim riset yang bekerja mengumpulkan sumber primer atau sezaman mengenai peristiwa perjuangan Baabullah. “Diperlukan riset mendalam untuk mengungkap sumber primer atau sezaman mengenai peranan Sultan Baabullah,” katanya.
Foto bersama sebelum memulai Seminar Nasional Kajian Historis Perjuangan Baabullah Sebagai Pahlawan Nasional. Foto: Rajif Duchlun/cermat
Sementara Afni, yang mewakili Kementerian Sosial dalam kesempatan itu mengatakan, gelar pahlawan nasional adalah suatu pengakuan dari negara yang diberikan kepada putra-putri terbaik bangsa atas jasa-jasa yang luar biasa dan memberikan dharma baktinya melebihi panggilan tugas yang seharusnya.
“Jadi seseorang berpredikat pahlawan nasional pada hakikatnya bukan orang biasa-biasa saja,” kata Afni.
ADVERTISEMENT
Afni menyebut pemberian gelar pahlawan harus memenuhi kriteria dan dasar hukum yang berlaku. Seperti melengkapi syarat administrasi dan ikut melewati tata cara atau tahapan pengusulan. "Pengusulan itu harus dari masyarakat, kemudian ke Bupati atau Walikota, Gubernur melalui dinas sosial, lalu ke pusat Kemensos, dan Dewan Gelar. Setelah itu baru Presiden. Tapi lewati permohonan atau persetujuan TP2GD dan TP2GP dulu,” jelasnya.
Ia menyarankan, agar pihak pengusul terus melengkapi dokumen maupun data yang berkaitan dengan Sultan Baabullah. Sebab pengalamannya selama mengikuti proses sidang pengusulan gelar pahlawan, data atau bukti-bukti pendukung itu sangat penting. “Naskah akademik itu poinnya. Harus dibuat untuk memperkuat,” ungkapnya.
Dalam sesi terakhir, anggota TP2GD, M Rony Saleh, membaca rekomendasi dari hasil pembicaraan maupun tanggapan yang mengalir dalam forum seminar tersebut. Namun, sebelum membaca, ia menceritakan saat Presiden datang ke Ternate, pihaknya sudah menyampaikan beberapa usulan, di antaranya mengenai Otonomi Khusus dan usulan Sultan Baabullah sebagai pahlawan nasional.
ADVERTISEMENT
“Jokowi mengaku untuk Otonomi Khusus butuh perdebatan yang panjang, tapi kalau soal Sultan Baabullah beliau siap merekomendasikan sebagai pahlawan nasional. Tinggal bagaimana kita melakukan penguatan-penguatan literasi, dan hari ini Seminar Nasional adalah bagian dari penguatan literasi itu,” ujar M Rony.
Rony bilang, setelah ini akan dibuat Seminar Nasional kedua yang rencananya digelar di Jakarta. “Itu adalah bagian dari penguatan literasi juga. Kita akan menghadirkan sejarawan, bahkan pembicara dari beberapa profesor. Yang hadir hari ini memang baru Prof Susanto. Karena dukungan pemerintah juga soalnya,” tutur Presidium Keluarga Malamo Ternate (KARAMAT) itu.
Agar upaya pengusulan ini lancar, menurut Rony, perlu adanya penguatan literatur untuk memperkuat pengusulan Sultan Baabullah dan pentingnya membentuk tim naskah akademik.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, penelitian dan pengkajian sumber tentang Baabullah di sejumlah perpustakaan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, seperti di Portugal, Malaka, dan daerah taklukan lainnya, sangat diperlukan. “Juga dukungan penuh pemerintah Provinsi Maluku Utara maupun Kota Ternate agar kajian keabsahan berbagai dokumen sumber data primer berjalan dengan baik,” pungkasnya.
Seminar yang dipandu Direktur LSM Rorano, Asgar Saleh ini juga dihadiri Sultan Tidore Husain Sjah, Wali Kota Ternate Haji Burhan Abdurahman, Sekretaris Kota Ternate M Tauhid Soleman, anak mendiang Almarhum Sultan Ternate Mudaffar Sjah, yakni Hidayat Mudaffar Sjah beserta keluarga besar kesultanan Ternate, Ketua KNPI Ternate Sahrony A Hirto, dan Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Maluku Utara Dr Kasman Hi Ahmad, serta sejumlah pejabat daerah lainnya.
ADVERTISEMENT
Ratusan peserta dari sejumlah kalangan atau profesi tampak memenuhi halaman pendopo. Seminar yang dimulai sekira pukul 10.00 WIT itu baru berakhir pada pukul 15.30 WIT.
---
Reporter: Rajif Duchlun