Tiga Pemuda Maluku Utara Ciptakan Sistem Codernate Linux

Tim cermat
Cerita Maluku Utara | Partner Kumparan 1001 Media Online
Konten dari Pengguna
15 Februari 2019 17:29 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tim cermat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dari kiri ke kanan: Muchammad Ridwan, Fayzal Muhammad, dan Abdul Djalil Djayali. Tiga sekawan Asal Maluku Utara yang menciptakan Codernate Linux. Foto: Doc Abdul Djalil Djayali
zoom-in-whitePerbesar
Dari kiri ke kanan: Muchammad Ridwan, Fayzal Muhammad, dan Abdul Djalil Djayali. Tiga sekawan Asal Maluku Utara yang menciptakan Codernate Linux. Foto: Doc Abdul Djalil Djayali
ADVERTISEMENT
Sebagian besar dari kita tentu memiliki perangkat teknologi bernama laptop, atau setidaknya pernah mengoperasikannya. Pertanyaan, sudahkah Anda mengetahui bahwa system operasional yang tertanam di dalam laptop itu asli atau hanya bajakan?
ADVERTISEMENT
Tahun 2016 lalu, Business Software Alliance melaporkan bahwa penggunaan perangkat lunak palsu merajalela di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Di negara kita ini bahkan disebutkan tingkat peredaran software bajakan mencapai nilai 1,1 Milliar Dollar AS. Dengan kata lain jumlah software yang beredar di Indonesia ini 84% adalah bajakan.
Kemirisan itulah yang kemudian menjadi dasar bagi Abdul Djalil Djayali, Mochammad Ridwan, dan Fayzal Muhamman membuat Codernate Linux.
“Pertama melihat soal pembajakan yang terjadi, seolah-olah itu biasa saja. Kemudian kami yang basic-nya IT khusunya di bidang Open Source, melihat adik-adik kami menggunakan software yang tidak legal. Ini ironi, mendidik generasi muda tapi menggunakan sesuatu yang bajakan.” Kata Abdul Djalil Djayali ketika dihubungi cermat.
ADVERTISEMENT
Kemudian muncul pertanyaan dalam diri, apa yang bisa dilakukan oleh mereka yang notabene paham soal perangkat lunak dalam menanggulangi pembajakan ini. Menurut Abdul Djalil, dari pada menggunakan software yang bajakan kenapa tidak dibuat saja system operasional yang sifatnya open source dan dapat dinikmati khalayak ramai.
Proyek ini dimulai pada tahun 2015 oleh Mochammad Ridwan. Namun kala itu Codernate Linux belum bisa dianggap user friendly, setahun kemudian dibikin versi 2.0 yang lantas mulai cukup banyak digunakan. Bahkan beberapa seminar dilakukan. “Namun pada saat itu publikasi dan koneksi yang kita punya masih terbatas.” Kata Abdul Djalil.
Pada awal tahun inilah dilakukan launching dengan pembaruan pada sistem operasi Codernate Linux. Djalil mengklaim bahwa karyanya ini bisa dibilang merupakan satu-satunya distribusi linux berbasis arch linux yang ada di Indonesia dan didistribusikan.
Tampilan Codernate Linux. Foto: Doc. Abdul Djalil Djayali
Codernate Linux sendiri bisa dioperasikan seperti sisyem operasi pada umumnya, dari mendengar musik, berselancar di dunia maya, hingga menonton film.
ADVERTISEMENT
Dari segi menampilan, Codernate Linux boleh dibilang sangat elegan dan sederhana. Mereka memadukan warna dominan merah yang cerah. Walau menggunakan warna yang menyala, akan tetapi display-nya sangat lembut.
Kemudian dalam hal perangkat lunak seperti Microsift Word atau Excell, ketiga berkawan ini sepakat untuk menggunakan WPS Office, yang mana tidak seperti Word yang mesti bayar, WPS Office bisa didownload secara gratis.
Sebagai orang IT, sudah barang tentu tak lupa dengan kebutuhan coding. Di dalam Codernate Linux ini mereka sudah menyiapkan subline text yang diklaim powerfull.
Saat ini mereka sedang berusaha melakukan pengembangan berdasarkan saran dari pelbagai pihak. Mereka bertiga membat sebuah grup di telegram yang bertujuan untuk wadah diskusi dalam pengembangan Codernate Linux kedepannya.
ADVERTISEMENT
Apresiasi dari Teman di Myanmar
Belum dirilis secara resmi, Codernate Linux sudah mendapat dukungan dari pelbagai pihak. Djalil beberapa kali diwawancara mengenai Codernate Linux, “Baru tadi malam saya diinterview sama salah-satu youtuber IT yang merupakan finalis HackaTon dan Developers Qword,” Ujar Abdul Djalil.
Selain itu perangkat lunak ini pula diapresiasi oleh perwakilan finalis Cyber Security ASEAN 2018. “Mereka (yang dari Myanmar) ini ikut mendukung kami dalam pengembangan Codernate Linux.” Kata Abdul Djalil.
21 PC di SMP N 5 Ternate menggunakan Codernate Linux. Foto: Doc. Abdul Djalil Djayali
Saat ini, 21 PC di SMP N 5 Ternate menggunakan Codernate Linux sebagai Sistem Operasi utama di sekolah. Kata Abdul, para siswa-siswi merasa bahagia karena sistem operasi yang digunakan sekolah bukan yang bajakan lagi. “Akan menyusul 32 unit laptop yang akan menggunakan Codernate Linux untuk kebutuhan pendidikan,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Abdul bilang, mereka juga membuat fanpage untuk siapa saja bisa bertanya dan dapat informasi berkala soal update fitur di Fanpage Codernate Linux.
---
Rizal Syam