Trik Petani Ternate Selamatkan Cengkeh Selama Hujan

Konten Media Partner
21 Juni 2019 17:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cengkeh milik Taib Naser dijemur di halaman depan rumahnya di Kelurahan Sulamadaha, Ternate Barat, Ternate, Maluku Utara. Foto: Olis/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Cengkeh milik Taib Naser dijemur di halaman depan rumahnya di Kelurahan Sulamadaha, Ternate Barat, Ternate, Maluku Utara. Foto: Olis/cermat
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pertengahan bulan Juni menjadi berkah sekaligus tantangan bagi petani cengkeh (Syzigium aromaticum) di daerah julukan Pulau 1000 Benteng ini. Sebab, selain musim panen, beberapa minggu ini Ternate juga diguyur hujan.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, buah cengkeh tersebut harus dijemur hingga kering, baru dijual. Meski begitu, petani cengkeh di Ternate, Maluku Utara, punya metode sendiri untuk mengatasinya.
Cermat berkesempatan berbincang dengan petani terkait metode tersebut sore kemarin (20/6). Taib Naser, petani cengkeh di Sulamadaha, Ternate Barat, saat itu tengah sibuk menata cengkeh miliknya, yang mulai kecokelatan. Artinya, hampir siap dijual.
Cengkeh milik Taib Naser dijemur di halaman depan rumahnya di Kelurahan Sulamadaha, Ternate Barat, Ternate, Maluku Utara. Foto: Olis/cermat
Taib bilang, dalam proses penjemuran cengkeh, memakan waktu kurang lebih 3-4 hari. "Itu pun kalau cuaca bagus. Tapi beberapa pekan kemarin Ternate diguyur hujan," ujar Taib.
Kendati hujan, Taib mengaku tidak khawatir. Sebab ada satu metode yang membuat cengkeh tetap awet. Metode itu baru ditemukan pada awal musim panen kemarin.
"Jadi biar hujan satu minggu (sepekan) cengkeh tidak rusak," katanya.
ADVERTISEMENT
Metodenya sederhana, cukup sediakan sebuah kotak plastik dengan ukuran besar. Ketika hujan turun, cengkeh-cengkeh tersebut langsung disimpan di kotak tersebut dan tidak boleh disentuh.
Pohon cengkeh milik Yakub Ismail, saat masih di tangkainya di Kelurahan Sulamadaha, Ternate Barat, Ternate, Maluku Utara. Foto: Olis/cermat
"Biarkan saja seperti itu. Nanti panas (matahari) baru jemur lagi. Itu tidak rusak," katanya.
Sebelum menemukan metode itu, para petani cengkeh hanya bisa pasrah. Seperti yang terjadi di tahun 2018, banyak cengkeh di Sulamadaha rusak. Bahkan hampir mencapai ratusan kilogram. "Tapi sekarang sudah ditemukan metode itu, jadi tetap pergi naik pohon, panen saja," katanya.
Saat musim pembuahan tiba, para petani harus mengetahui berbagai tanda. Hal ini dapat dilihat dari perubahan warna pada pucuk tangkai. "Jika di ujungnya mengeluarkan tunas dan di tangkai daun berwarna hijau gelap, maka pertanda musim cengkeh akan tiba," ujarnya.
Tumbuhan cengkeh milik Yakub Ismail, saat masih di tangkainya. Foto: Olis/cermat
Prosesnya memakan waktu sekitar 2 bulan, hingga berlanjut 6 bulan masa panen. Jika tanda sudah terlihat, maka para petani mulai menyiapkan modal untuk pembelian karung, tali, hingga biaya menyewa para pemanjat pohon.
ADVERTISEMENT
Yakub Ismail, warga Sulamadaha, kepada Cermat, mengatakan, untuk satu pohon yang bisa menghasilkan 10 karung cengkeh mentah, dibutuhkan 10 orang pemetik. Masing-masing ditargetkan memperoleh 1 karung cengkeh.
Sedangkan jasa mereka dibayar sebesar Rp 150 ribu tanpa disediakan konsumsi. "Itu bisa makan waktu satu hari," tuturnya.
Tumbuhan dengan nama latin Syzigium aromaticum ini hanya akan dijual ketika sudah mengering. Para pengepul tidak pernah membeli yang masih hijau mentah. Pun jika dibeli, harganya murah.
Taib menjelaskan, untuk satu kilo dibutuhkan 7 cupa (ukuran kaleng susu) cengkeh kering, harganya Rp 80 ribu. Para petani cengkeh selalu mencari tempat penjualan dengan harga pembelian tertinggi.
"Rata-rata masyarakat Sulamadaha jual di PT Modern Raya. Pemiliknya orang China,” katanya.
ADVERTISEMENT
Pria yang memiliki 20 pohon cengkeh di atas lahan seluas 5x60 meter persegi ini mengatakan, saat harga cengkih naik, bisa lebih dari Rp 100 ribu. Namun saat harganya turun, bisa sampai Rp 60 ribu-Rp 70 ribu.
"Beberapa tahu lalu juga, harga per kilogram cengkeh kering berkisar Rp 50 ribu. Jadi Rp 80 ribu itu sudah standar," jelasnya.
---
Olis