Zona Oranye, Kota Ternate Tetap Lakukan Simulasi Pembukaan Sekolah

Konten Media Partner
23 November 2020 10:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi penerapan protokol kesehatan di sekolah. Foto: ANTARAFOTO/Fakhri Hermansyah
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penerapan protokol kesehatan di sekolah. Foto: ANTARAFOTO/Fakhri Hermansyah
ADVERTISEMENT
Dinas Pendidikan Kota Ternate, Maluku Utara akan tetap melakukan simulasi pembukaan sekolah dengan protokol kesehatan. Langkah ini dilakukan meski status penyebaran COVID-19 di Ternate saat ini masuk zona oranye.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Pendidikan Ternate Ibrahim Muhammad menuturkan, hari ini (23/11) Diknas melakukan pertemuan dengan seluruh kepala sekolah. Dalam pertemuan itu dilakukan penandatanganan perjanjian belajar tatap muka.
"Kami sudah koordinasi dengan Satgas COVID-19 agar simulasi pembukaan sekolah bisa tetap jalan. Pada prinsipnya, kita tetap melakukan persiapan simulasi namun dengan persyaratan penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat," ungkap Ibrahim.
Dalam kesepakatan itu, pihak sekolah harus menyatakan sikap siap melaksanakan simulasi dengan protokol kesehatan lengkap. Selanjutnya, Satgas akan melakukan peninjauan terkait kesiapan tersebut.
"Jika sekolah ternyata tidak siap maka kita kembali ke daring lagi," ucapnya.
Selain pihak sekolah dan siswa, Ibrahim bilang butuh peran orang tua dan wali murid agar simulasi tersebut berjalan efektif.
ADVERTISEMENT
"Dalam satu minggu kemarin ketika saya pantau di sekolah ada orang tua yang antar anak, masuk di lingkungan sekolah tapi tidak pakai masker. Seperti ini artinya orang tua juga tidak ada kesadaran," kata Ibrahim menyayangkan.
Dalam proses simulasi yang bakal dilakukan, jika masih kedapatan sekolah tetap membiarkan orang tua wali masuk lingkungan sekolah dengan tidak menggunakan masker, artinya sekolah tidak bisa dibuka karena tidak disiplin menjalankan protokol kesehatan.
Adapun pembelajaran dilakukan dengan sistem shift namun jarak shift-nya harus 30 menit. Agar yang baru keluar dan yang datang tidak saling bertemu.
Jika ada kepala sekolah yang lalai, sambung Ibrahim, maka risikonya sekolahnya bakal ditutup kembali.
"Jika kepala sekolah tidak dapat menegakkan itu maka dengan terpaksa sekolah yang bersangkutan terpaksa harus tutup lagi," tandasnya.
ADVERTISEMENT