Peluang dan Tantangan Perusahaan Penerbit Indonesia pada Era Society 5.0

chaerinnisa nurul hanif
Mahasiswa Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
30 November 2022 16:58 WIB
comment
12
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari chaerinnisa nurul hanif tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Era Society 5.0 (Sumber : shutterstock.com).
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Era Society 5.0 (Sumber : shutterstock.com).
ADVERTISEMENT
Di era Society 5.0 ini banyak perusahaan terus mempercantik diri. Society 5.0 pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah Jepang. Keidanren (Japan Business Federation) tahun 2016 menyajikan bahwa sesuai tujuan Society 5.0 adalah agar “setiap individu termasuk orang tua dan wanita dapat hidup aman dan terjamin kehidupan yang nyaman, sehat dan setiap individu dapat mewujudkan gaya hidup yang diinginkannya”. Perbedaan dari era industri 4.0 dan Society 5.0 yaitu pada industri 4.0 berfokus pada perkembangan teknologi, sedangkan pada era Society 5.0 berfokus perkembangan manusia dalam memanfaatkan teknologi.
ADVERTISEMENT
Konsep Society 5.0 merupakan penyempurnaan dari konsep yang ada sebelumnya. Society 1.0 merupakan masa manusia masih berada di era berburu dan mengenal tulisan, Society 2.0 di mana manusia sudah mengenal bercocok tanam, Society 3.0 sudah memasuki era industri manusia mulai menggunakan mesin untuk membantu aktivitas sehari-hari, Society 4.0 merupakan era manusia sudah mengenal komputer hingga internet, dan Society 5.0 era di mana semua teknologi adalah bagian dari manusia dan bagaimana manusia dalam memanfaatkan teknologi yang ada.
Industri kreatif merupakan salah satu sektor yang harus bisa bertahan pada zaman modern di era Society 5.0. Pemanfaatan teknologi memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan demi kemajuan perusahaan yang kompetitif dan mampu mencapai target pasar. Berdasarkan Focus Economy Outlook 2020, industri kreatif telah menyumbang sebesar Rp 1.000 triliun pada Domestik Bruto selama tahun 2020. Sebagai bagian dari industri kreatif, perusahaan penerbitan buku juga memiliki tuntutan untuk berkembang di era digitalisasi.
Foto gedung salah satu perusahaan penerbit di Indonesia, PT Penerbit Erlangga (Foto : Chaerinnisa Nurul Hanif).
PT Penerbit Erlangga merupakan salah satu perusahaan penerbitan yang sudah berdiri 70 tahun sehingga memiliki brand name cukup besar di ranah penerbitan Indonesia. Erlangga banyak menerbitkan hasil karya dari penulis terkenal di Indonesia seperti ibu Atalia Praratya (istri dari Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil) yang bukunya telah launching pada kegiatan Indonesia International Book Fair pada hari Rabu, 9 November 2022 dengan judul “Dinda Tidak Rewel Lagi”. Buku tersebut menceritakan tentang seorang anak bernama Dinda yang rewel dan tantrum.
ADVERTISEMENT
PT Penerbit Erlangga terus melakukan inovasi agar tetap menjadi perusahaan penerbit yang ramah ditelinga masyarakat Indonesia dalam menyajikan buku-buku pelajaran, buku cerita anak, buku resep masakan, buku kecantikan, buku Islam, dan lain-lain.
Di era Society 5.0 Erlangga memiliki banyak peluang dalam pemanfaatan teknologi untuk memajukan Erlangga agar mampu bertahan dalam persaingan bisnis yang makin ketat. Namun, selain peluang yang cukup besar yang dimiliki, banyak tantangan yang harus dihadapi Erlangga dalam mencapai sebuah target. Dalam hal ini, perusahaan harus bisa memanfaatkan peluang yang dimiliki untuk menyelesaikan segala tantangan yang dihadapi. Berbagai tantangan dan peluang yang banyak dimiliki perusahaan industri kreatif terutama pada sektor penerbitan di antaranya :

Tantangan

1. Minat baca masyarakat Indonesia yang sangat rendah
ADVERTISEMENT
Salah satu tantangan terbesar industri penerbitan terutama pada PT Penerbit Erlangga di era Society 5.0 yaitu minat baca masyarakat Indonesia yang terhitung rendah. Berdasarkan data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001% yang artinya dari 1.000 orang hanya 1 orang saja yang rajin membaca. Pada kenyataannya, masyarakat Indonesia terutama kalangan anak muda lebih suka menonton dan mendengarkan daripada membaca.
2. Membuat karyawan ramah dengan perubahan teknologi
Era Society 5.0 mengutamakan prinsip perkembangan manusia dalam memanfaatkan teknologi yang ada. Hal ini menuntut perusahaan untuk memiliki karyawan yang ramah dengan perubahan teknologi. Peran perusahaan juga sangat penting, perusahaan harus bisa membuat pelatihan kepada karyawannya agar mereka mampu menggali potensi dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada pada bidang teknologi berbasis digital.
ADVERTISEMENT
3. Banyaknya media baca daring
Banyaknya media baca yang berbasis daring membuat masyarakat menjadi malas untuk membaca dan bahkan membeli buku secara langsung. Saat ini, sudah banyak platform yang menyediakan buku berbasis digital baik buku fiksi maupun non fiksi. Berdasarkan hal tersebut, perusahaan penerbit tidak terkecuali PT Penerbit Erlangga yang memiliki produk utama merupakan buku akan sangat sulit untuk mencapai target penjualan apabila tidak mampu beradaptasi dalam berbagai perubahan pada teknologi.

Peluang

1. Mengubah sistem perusahaan dari manual menjadi otomatis
Kemajuan teknologi membuat perusahaan penerbit lebih mudah untuk berinteraksi dengan penulis yang ingin menerbitkan bukunya. Tidak perlu melakukan tatap muka, hanya melalui aplikasi online chat antara pihak perusahaan penerbit dengan penulis bisa saling berinteraksi. Selain berdampak pada efisiensi waktu, hal tersebut membuat penulis lebih mudah untuk mengirimkan hasil karya tulisnya hanya dengan mengirimkan sebuah file dan tidak perlu untuk mengirimkan berbentuk lembaran kertas.
ADVERTISEMENT
2. Memanfaatkan teknologi dalam sistem pemasaran
Saat ini pemanfaatan teknologi terutama pada jaringan sosial untuk kepentingan pemasaran akan sangat menguntungkan bagi perusahaan. Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2022, konten internet yang sering diakses paling besar dan memiliki persentase sebanyak 89,15% yaitu media sosial. Hal ini membuat perusahaan penerbit terutama Erlangga bisa memanfaatkan media sosial sebagai media pemasaran digital (digital marketing).
Kegiatan pemasaran bisa dilakukan di berbagai media sosial dengan mengunggah konten menarik di aplikasi yang saat ini sedang banyak digunakan.
ADVERTISEMENT
3. Membuat buku elektronik agar bisa diakses lebih mudah
Buku elektronik adalah bentuk publikasi buku yang berbasis digital. Buku elektronik biasanya dikenal dengan nama e-book yang merupakan terobosan baru agar pelanggan dapat dengan mudah membaca buku di mana saja. Selain bisa digunakan di mana saja, adanya e-book bisa menguntungkan pada perusahaan yaitu menghemat pengeluaran perusahaan terutama pada biaya produksi buku.
Teknologi internet tidak hanya menawarkan kecepatan, tetapi beragam pilihan informasi dan pengetahuan yang bisa diakses oleh para penggunanya. Melalui internet, pengguna bisa mendapatkan informasi dan pengetahuan dalam bentuk format teks, gambar, maupun audio. Oleh karena itu, konsep penerbitan pada masa lampau seperti majalah maupun surat kabar yang hanya dengan menulis, mencetak, lalu mendistribusikan kini sudah tidak efektif lagi.
ADVERTISEMENT
Informasi dan pengetahuan yang dikemas dengan cara dicetak akan lebih lama untuk menjangkau kepada para pembaca. Dengan lahirnya teknologi membuat orang dapat mengakses di mana pun dan kapan pun sehingga hal itu menuntut perusahaan untuk mengubah model bisnis berbasis teknologi.
Banyaknya tantangan dan peluang pada era Society 5.0 membuat perusahaan dituntut untuk terus berinovasi agar tetap mampu menjadi perusahaan yang kompetitif. Perusahaan harus selalu terbuka dengan adanya kemajuan teknologi. Ketika peluang dimanfaatkan untuk menghadapi tantangan, maka perusahaan akan terus memiliki eksistensi dalam persaingan bisnis.