Rasanya Naik Kapal saat Puasa

Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta'18
Konten dari Pengguna
17 Mei 2020 13:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cherryn Lagustya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi
ADVERTISEMENT
Salah satu pengalaman yang tidak terlupakan dalam hidupku yaitu puasa di tengah laut. Puasa di tengah laut ialah puasa di kapal. Yang merupakan pertama kali aku merasakannya, saat itu aku ingin pulang ke kampung halamanku di Medan, Sumatera Utara.
ADVERTISEMENT
Menggunakan transportasi laut menjadi pilihan keluargaku karena ingin merasakan bagaimana rasanya puasa di kapal dan juga karena alasan mahalnya tiket pesawat membuat keluargaku memilih kapal laut. Walaupun perbedaan waktu sampainya lebih lama naik kapal yang membutuhkan waktu 2 hari 3 malam sedangkan naik pesawat hanya butuh waktu 2 jam, membuat aku antusias dan bertanya – tanya bagaimana rasanya?.
Aku dan keluargaku pun membeli tiket kapal laut KM KELUD kelas 2 ya, tidak hanya pesawat saja yang memiliki sistem kelas kapal laut juga memiliki sistem kelas. Dibagi dalam 4 kelas yaitu kelas 1,2,3 dan kelas ekonomi masing – masing kelas mempunyai fasilitas yang berbeda.
Berangkat dari pelabuhan Tanjung Priok sekitar jam 01.00 WIB yang mana langit gelap menyapa penglihatan dan rasa kantuk yang luar biasa membuatku ingin cepat – cepat ke kamar. Untuk kelas 2 yang aku pilih disediakan kamar untuk 6 orang dengan tempat tidur tingkat, loker, dan meja kecil tiap kamar juga dilengkapi dengan pelampung.
ADVERTISEMENT
Setibanya dikamar akupun langsung merapikan barang bawaan dan menunggu waktu untuk sahur. Untuk makan para penumpang kelas 1 dan 2 diarahkan untuk ke restoran karena makanan sudah disiapkan secara prasmanan. Menu sahur pertamaku di kapal yaitu nasi, ikan, sayur dan tahu. Penumpangpun boleh meminta teh atau kopi. Setelah sarapan aku bergegas shalat subuh ke mushollah yang terletak dibagian buritan kapal.
Pagi hari akupun mencoba berkeliling dan wah, aku baru tau bahwa penumpang dimanjakan dengan banyak fasilitas, seperti pada lantai 8 ada kafetaria, ada minimarket yang menjual makanan, minuman dengan harga yang lebih mahal daripada minimarket biasanya, lalu terdapat poliklinik 24 jam, dan yang membuatku kaget ada bioskopnya wah keren aku bahkan tidak berpikir ada bioskop dikapal. Ya, walaupun film yang ditayangkan bukan yang terbaru tetapi tetap saja patut diancungi jempol.
ADVERTISEMENT
Untuk sampai ke Medan harus melewati Batam, Tanjung Balai Karimun barulah sampai Belawan, Sumatera Utara. Keesokan harinya akupun tidak puasa karena rasa mual dan mabuk laut, karena guncangan kapal yang terasa. Akupun hanya berdiam diri dikamar karena tidak enak badan, rasa bosan menghampiriku bagaimana tidak, saat aku bangun dan ingin tidur yang dilihat laut lagi laut lagi, untuk menu makanannya pun sama hanya beda ikan, ayam, tahu dan tempe beruntung mamaku membawa lauk dari rumah jadi ada rasa baru yang terasa dimulut.
Terlebih tidak ada sinyal membuatku sangat bosan sekalinya ada sinyal itu sinyal dari operator Singapura dan Malaysia, memang disediakan wifi tetapi saat aku mencoba mengaksesnya tidak bisa. Akhirnya yang kulakukan hanya tidur, memotret laut, dan ibadah. Akupun jarang mandi karena kamar mandi yang kurang bersih dan bau yang tidak sedap membuatku enggan dan hanya menggosok gigi serta cuci muka saja.
ADVERTISEMENT
Kuakui ingin sekali cepat – cepat sampai karena rasanya bosan sekali, tetapi begitu aku melihat indahnya laut membuat pikiran dan hatiku tenang seperti tidak ada beban. Terlihat juga gedung – gedung yang menjulang di negara Singapura dari kejauhan. 2 hari 3 malam dilalui dengan kegiatan monoton.
Walaupun begitu tetap saja menyenangkan sebuah pengalaman baru yang aku dapatkan, dan perasaan syukur kepada Tuhan karena indahnya ciptaan-Nya. Menurutku berpergian naik kapal cocok untuk orang yang ingin menenangkan pikiran serta menjauhkan diri dari hiruk pikuk keramaian dan sosial media. (Cherryn Lagustya/PNJ)