Aku Mengetahui Perselingkuhan Suami Tepat Sebelum Melahirkan Anak Kami

Cinta dan Rahasia
Mulailah membaca dengan Bismillah, akhiri dengan Istighfar. Kisah didramatisir dari kisah nyata.
Konten dari Pengguna
16 Oktober 2020 16:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok. Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Dok. Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiksi
Tak seperti suami pada umumnya, Steve tidak bahagia saat mendengar kalau aku mengandung anak kami. Ia berubah sangat drastis menjadi pria yang tidak lagi kukenal. Steve selalu pulang larut malam bahkan beberapa malam ia tak kunjung kembali.
ADVERTISEMENT
Steve juga mengabaikan panggilan teleponku seolah aku adalah wanita pengganggu di hidupnya. Setiap hari Steve tak mau lagi memakan sarapan yang sudah kubuat, ia juga tidak makan malam di rumah. Hari-hari yang seharusnya membahagiakan sekejap berubah menjadi menyedihkan.
Aku merasa kesepian saat menjalani masa kehamilanku, tak ada kehangatan layaknya wanita lain rasakan. Tingkah laku Steve semakin lama semakin aneh, tepat satu bulan sebelum jadwal kelahiran anak kami ia justru pindah ke kamar tamu. Steve seolah tidak mau melihat wajahku dan terus membentakku tanpa pernah kutahu alasannya.
Malam itu aku mencoba menghubungi Steve sampai dia benar-benar meresponsnya. Tak peduli berapa ratus kali ponselnya harus bergetar, aku hanya ingin membuat hal di antara kami semakin jelas. Aku ingin menanyakan mengapa ia berubah menjadi pria yang tak lagi kukenali.
ADVERTISEMENT
Entah dering ke berapa yang kudengar, akhirnya Steve merespons panggilanku. Namun aku dikejutkan oleh percakapan yang tidak pernah kuduga. "Aku sudah bersama istriku selama bertahun-tahun, setelah dia melahirkan ayahnya pasti akan menjadikan aku penggantinya. Sangat berat menunggunya hingga melahirkan" ucap Steve.
Aku masih berusaha mendengarkan percakapan itu, entah dengan siapa ia berbicara tetapi rasa penasaranku disambut begitu cepat olehnya. "Kamu akan meninggalkannya dan kita akan menikah secepatnya kan?" Tanya seorang wanita. Aku tak menyangka selama ini ada wanita lain di belakangnya.
Malam itu aku tahu alasan Steve berubah menjadi pria yang tak lagi kukenali. Ia bahkan sudah merencanakan akan meninggalkan aku sejak hari pertama kabar bahagia itu kuumumkan. "Tentu saja, aku akan memberikan apa pun untuk menikah denganmu" sahut Steve.
ADVERTISEMENT
Aku segera mematikan telepon itu dan suasana hatiku berubah menjadi sangat kalut. Aku seperti tertarik ke dalam bumi dan ingin lenyap seketika. Berkat itu, aku mengalami kontraksi yang sangat hebat. Aku merasakan kedua kakiku dibasahi oleh sesuatu.
Tanganku mulai meraba ke bawah sana dan menemukan air ketubanku sudah pecah. Aku ingin sekali menghubungi ambulans, tetapi rasanya sudah terlambat. Aku membuka pintu rumah untuk mencari pertolongan tetapi mulutku susah tak kuasa untuk berteriak.
Rasa benciku pada Steve semakin memuncak, "aku akan memburu dia kalau sampai sesuatu yang buruk terjadi pada anakku" ancamku dalam hati. Aku sudah berdiri di teras rumah sambil menahan sakit pada perutku. Kontraksi yang kurasakan semakin kencang dan aku tak sanggup lagi untuk berdiri.
ADVERTISEMENT
Tiba-tiba ada seseorang yang menopang punggungku, mataku masih melihatnya dengan sangat jelas. Seorang pria tunawisma tengah menolongku, ia menuntunku masuk ke dalam rumah dan merebahkan aku di atas meja panjang. Aku tak lagi bisa berpikir dengan jernih dan hanya bisa menuruti ke mana ia membawaku.
"Dengarkan aku, aku akan membantumu" ucapnya, suaranya terdengar sangat tegas namun tetap lembut untuk didengar. Seketika aku merasa hangat dan mempercayakan persalinanku padanya. Setelah anakku lahir, mataku terasa gelap dan aku tidak ingat apa pun.
Aku terbangun di ranjang rumah sakit dengan bayi berada di sebelahku. Tak lama dari aku tersadar, seorang dokter menghampiriku "kamu dan bayimu sangat sehat" ucapnya. "Ini keajaiban, aku tidak percaya tunawisma itu menolongku dalam persalinan" jawabku.
ADVERTISEMENT
Sekilas aku melihat wajah dokter itu tersenyum "tidak ada yang namanya keajaiban, dia adalah Tom. Dulu dia salah satu dokter hebat di rumah sakit ini selama bertahun-tahun, dia sangat mencintai pasiennya begitupun sebaliknya" jelas dokter itu. Aku mulai mendengarkan ceritanya dengan seksama.
"Semuanya terlihat baik-baik saja sampai suatu hari tragedi buruk menimpa keluarganya. Dalam satu hari Tom kehilangan semua anggota keluarga, Tom tidak pernah bisa menerima pukulan besar itu. Jadi ia keluar dari pekerjaan dan kehilangan semua hartanya. Tetapi dia adalah dokter yang sangat hebat, kamu beruntung dia ada di sana untuk membantumu" tuntasnya.
"Aku harus menemuinya untuk mengucapkan terima kasih" sahutku, "Tom sudah pergi setelah membawamu ke sini" jawab dokter itu. Tak lama dokter itu kembali meninggalkan aku dan anakku. Aku merasa sangat malu karena sudah menilai tanpa mengetahui apa pun tentangnya.
ADVERTISEMENT
Kabar tentang kelahiran anakku sudah meluas, Steve bahkan tidak hadir di sana. Aku sengaja tidak memberitahukan Steve dan membicarakan apa yang kudengar kepada ayahku. Keesokan harinya, ayahku memecat Steve dan aku mengisi berkas perceraianku dengannya.
Aku tidak mau hidup bersama seseorang yang tidak benar-benar mencintaiku. Satu tahun kemudian, ada seseorang yang mengetuk pintu rumahku. Ketika aku membukanya, aku melihat wajah Tom sudah berada di sana. Meski tampilan dia kini sudah jauh lebih baik, aku masih bisa mengenalinya.
Tom datang membawakan anakku sebuah mainan dan juga sebuket bunga. Aku mempersilakannya masuk dan kami pun banyak berbicara. Tom menjelaskan keadaannya seperti yang kudengar dari dokter waktu itu, "aku ingin berterima kasih padamu" ucapnya. "Aku yang seharusnya berterima kasih padamu, kamu telah menyelamatkan aku dan anakku" jawabku.
ADVERTISEMENT
"Hidupku sudah lama kehilangan arah, malam itu kamu menyelamatkan aku juga. Kamu menunjukkan padaku misiku dan itu yang menjadi tujuan hidupku. Aku seorang dokter, aku bisa, ingin, dan seharusnya membantu orang lain" jelasnya. Sejak saat itu aku dan Tom mulai berkomunikasi dengan baik dan membicarakan banyak hal. Pertemuanku dengannya terasa menjadi seperti takdir yang paling indah dalam hidupku.