Anakku Mencuri Gaun dan Tunanganku

Cinta dan Rahasia
Mulailah membaca dengan Bismillah, akhiri dengan Istighfar. Kisah didramatisir dari kisah nyata.
Konten dari Pengguna
2 Maret 2021 17:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok. Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Dok. Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiksi
Dua puluh tahun lalu adalah titik terendah dalam hidupku. Dwayne, suamiku, meninggalkan aku berdua dengan anak kami yang usianya masih lima tahun, Samantha. Aku terpaksa menenggelamkan diri pada pekerjaan dan melupakan kehidupan percintaanku. Saat itu pikiranku hanya tertuju pada masa depan dan kebahagiaan Samantha. Aku mengesampingkan diriku karena merasa hidup Samantha jauh lebih berarti.
ADVERTISEMENT
Puluhan tahun aku sibuk bekerja dan mengurus Samantha hampir di waktu bersamaan hingga aku lupa bagaimana rasanya jatuh cinta. Meski tak kupungkiri ada beberapa rekan kerja yang tertarik padaku tapi semua itu kutinggalkan demi Samantha. Ketika Samantha lulus sekolah dan masuk ke universitas yang letaknya cukup jauh, kukira aku bisa menikmati kehidupan lama yang sudah kutinggalkan itu.
"Akhirnya aku punya waktu untuk diriku sendiri" pikirku. Samantha tak lagi tinggal bersamaku, dia sudah memiliki hidupnya sendiri di kota yang cukup jauh. Saat itulah aku mulai membuka diri untuk mencintai pria lagi, kebetulan ada rekan kerja yang memang sudah lama menyimpan rasa padaku. Namanya Ben, kami mulai berkencan tetapi aku masih merahasiakannya dari Samantha. Aku tidak ingin dia merasa kalau kehadirannya selama ini membebani kehidupanku.
ADVERTISEMENT
Dua tahun berkencan aku mulai memberanikan diri untuk mengatakannya pada Samantha tepat ketika dia berkunjung ke rumahku. "Aku punya kabar baik, entah ini baik atau tidak untukmu tapi setidakya ini membuat aku bahagia" ucapku membuka pembicaraan. "Apa Mama? Aku akan bahagia jika itu membuat kamu bahagia" jawab Samantha, "sudah dua tahun ini aku berkencan dengan seorang pria" sahutku ragu-ragu, "oh ya? Siapa? Seperti apa rupanya?" balas Samantha antusias.
Aku merasa sangat lega melihat raut wajah anakku yang terlihat baik-baik saja ketika kuberitahu rahasiaku. Malam itu aku menceritakan pengalaman cintaku untuk pertama kali setelah berpuluh-puluh tahun. Aku merasa kembali muda dan bertingkah seperti ABG tapi Samantha justru ikut antusias dan sesekali menggodaku. Pada kunjungan selanjutnya aku berinisiatif memperkenalkan Ben pada Samantha, mereka terlihat cepat akrab bahkan memiliki banyak persamaan.
ADVERTISEMENT
Hatiku terasa hangat saat kami berbincang setelah makan malam. Sejak saat itu Samantha semakin sering datang berkunjung dan kami menghabiskan akhir pekan bersama. Hanya butuh waktu enam bulan untuk Samantha bisa berbaur kemudian menerima Ben seutuhnya layaknya keluarga dan aku menjadi mama yang paling bahagia saat itu. Aku merasa memiliki anak yang begitu memahami sisi lain dari diriku hingga akhirnya aku menceritakan rahasiaku yang lain.
"Samantha, coba ke sini sebentar" panggilku, tak lama aku mendengar suara derap kaki yang mulai mendekat dan memasuki kamarku. "Ada apa?" Tanyanya, "coba kamu lihat ini dan beritahu aku bagaimana pendapatmu" jawabku sambil membuka salah satu pintu lemari pakaian. "Waahh ini sangat cantik, di mana kamu membelinya?" Tanya Samantha dengan raut wajah bahagia, "sudah lama aku menyimpan ini dan berharap sebentar lagi Ben akan melontarkan pertanyaan itu padaku" jawabku sambil memandangi gaun pernikahan itu dengan tatapan berharap.
ADVERTISEMENT
Saat itu Samantha tidak menjawabku dan aku tidak lagi melihat bagaimana reaksinya. Hanya saja malam itu aku sangat yakin dia akan ikut mengamini harapanku. Namun dua bulan setelah kubongkar rahasiaku, Samantha berhenti mengunjungiku dan ia tak lagi menjawab teleponku. Begitupula dengan Ben, seolah mereka berdua tak lagi eksis di hidupku. Baru saja aku membatin soal Samantha tiba-tiba ia mengirimiku undangan pernikahan dan itu menjawab semua pertanyaanku.
"Aahh..aku terlalu sibuk dengan percintaanku sampai lupa kalau Samantha juga sudah memiliki kekasih di tempat tinggalnya" pikirku. Sekilas aku merasa bersalah karena tidak pernah mempertanyakan tentang kehidupan anakku dan hanya sibuk dengan cerita remeh percintaanku sendiri. Mendekap undangan itu dengan perasaan bahagia, aku pun bergegas mengemas beberapa baju untuk segera pergi ke acara pernikahan anakku yang sebentar lagi akan dilaksanakan.
ADVERTISEMENT
Aku sibuk memilih baju dan berpose di depan cermin. "Aku ingin tampil menawan di hari bahagia anakku" pikirku, setelah menemukan baju yang cocok, aku pun kembali menghubungi Ben agar kami bisa pergi bersama ke sana. Namun lagi-lagi Ben tidak menjawab panggilan teleponku, ia hanya menyuguhiku dengan kotak suara dan itu selalu membuatku sangat kesal. Terpaksa aku harus melakukan perjalanan itu seorang diri, "tidak mungkin aku tidak datang hanya karena kekasihku tidak bisa dihubungi" batinku.
Sesampainya di kota yang menjadi kehidupan baru Samantha, aku pun menyewa sebuah hotel yang letaknya tak jauh dari lokasi pernikahan. Aku sengaja tidak menghubungi Samantha karena tahu ia pasti sangat sibuk dengan setiap detail acaranya, maklum saja mungkin ini bagian dari pernikahan impian miliknya. Dua hari setelah tiba di kota itu, akhirnya aku pun bisa bertemu dengan anakku dan calon suaminya. Dengan antusias dan perasaan bangga aku melangkahkan kaki menuju lokasi pernikahan mereka.
ADVERTISEMENT
Namun betapa terkejutnya aku saat melihat Samantha telah menggunakan gaun pernikahan yang malam itu kutunjukkan padanya. Tak hanya itu, ia pun mencuri tunanganku karena aku melihat Ben berdiri tepat di samping Samantha menjadi mempelai laki-laki. Mereka tampak bahagia menyambut para tamu undangan yang datang tapi gestur Samantha menjadi kaku saat matanya bertemu dengan mataku.
Samantha mengabaikan beberapa tamu yang datang menghampirinya dan ia berjalan untuk menemuiku. Aku tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun, di satu sisi aku merasa bahagia tetapi di sisi lain rasanya seperti ditikam oleh sebuah sembilu dari punggungku. "Mama" sapanya, aku hanya terdiam dan melihat Ben menyusul istrinya lalu berdiri di hadapanku. "Kamu tak hanya mencuri gaunku tapi juga tunanganku" sahutku akhirnya, "aku memang mencuri gaunmu tapi kamulah yang mencuri tunanganku" jawab Samantha.
ADVERTISEMENT
Dengan mata basah aku menoleh menatap wajahnya yang kini sudah dibanjiri air mata. "Ben adalah tunanganku saat dia berkencan denganmu dan akhirnya dia memilihku setelah dua tahun bersamamu" jelas Samantha, "maafkan aku Jillian, di sini aku yang salah" sahut Ben, "kamu pria brengsek! Bisa-bisanya kamu mengencani aku dan Samantha di saat bersamaan!" Makiku dihadapan banyak tamu. Aku sudah tidak sanggup untuk menahan emosiku dan Samantha berusaha agar aku tetap tenang.
"Ma, tolong ini pernikahanku. Jangan kamu rusak dengan kata-kata yang keluar dari mulutmu" ucapnya. "Dan kamu merusak hidupku! Aku menyesal sudah mengorbankan hidupku demi membesarkanmu!" Balasku. Kemudian aku pergi dari tempat itu dan kembali ke hotelku, di dalam kamar aku menangis dan meraung seolah hidupku sudah berakhir. Kuputuskan di hari yang sama aku kembali ke rumahku dan memutus hubunganku dengan Samantha juga suaminya.
ADVERTISEMENT
Aku menjual rumahku dan pergi ke tempat yang sangat jauh agar Samantha tak bisa melihatku lagi. Di sanalah aku memulai hidupku yang baru, sebagai Jilian. Wanita paruh baya yang sudah menyianyiakan hidupnya hanya untuk membesarkan anak yang tidak tahu diri seperti Samantha.