Depresi, Suami Dicuri Wanita Lain

Cinta dan Rahasia
Mulailah membaca dengan Bismillah, akhiri dengan Istighfar. Kisah didramatisir dari kisah nyata.
Konten dari Pengguna
16 Oktober 2021 11:06 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok. Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Dok. Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiksi
Dari aku kecil ibu sudah mengatakan kalau pria itu akan menjadi suamiku kelak. Saat itu aku tidak tahu apa maksud dari kata ‘suami’ dan menjalani hari-hari seperti anak muda lainnya, tapi ketika memasuki usia remaja ibu tak pernah suka dengan semua pria yang kukencani. Setiap kubertanya apa alasannya dia hanya menjawab kalau mereka tidak baik, “mereka tidak lebih baik dari anaknya Bu Darmawan” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Aku saja tidak pernah melihat wajahnya dan hanya mengenal nama itu karena ibu selalu mengulangi kalimat yang sama lagi dan lagi. Tiap kali aku mengadu pada bapak dan bapak menasihati tapi ibu tidak pernah mau dengar, “Bapak itu tahu apa soal Erik? Dia anaknya Bu Darmawan, Pak. Orang paling kaya di sini, sudah pasti nanti anak kita akan hidup bahagia dan kita juga kan yang kecipratan” katanya. Aku tahu bapak tidak setuju karena dari ucapannya seperti menjual aku untuk si anak orang kaya itu, tapi bapak hanya mengembalikan semua padaku.
“Masalah jodoh itu pilihan, kamu yang menentukan masa depan kamu sendiri. Bapak sebagai orang tua hanya bisa mendoakan dan mendukung apa pun keputusan kamu, asal kamu bisa menjadi orang yang bertanggung jawab pada pilihanmu” ucap bapak saat melihat aku murung setelah ibu membandingkan pacarku dengan anak orang kaya itu. Bertahun-tahun hanya bapak yang menjadi tempat aku mencurahkan semua perasaanku, bapak yang membuat aku berani mengenal cinta pada pria dan tidak memikirkan ucapan ibu.
ADVERTISEMENT
Sampai akhirnya, aku tahu kalau waktu pernikahanku sudah ditentukan. Ternyata ibu sudah membuat perjanjian dengan Bu Darmawan untuk menjodohkan kami sejak kecil, ibu tidak mungkin mengingkari janji itu sedangkan bapak mengembalikan semuanya padaku. Aku tidak tahu harus berbuat apa, tidak mungkin juga aku membiarkan ibu dimusuhi banyak orang karena telah melanggar janjinya. Aku tahu betul siapa Bu Darmawan, meski kaya tapi dia selalu menjadi orang yang paling tidak disukai karena selalu memaksa dan suka merendahkan orang lain.
Aku tidak ingin keluargaku disakiti hanya karena aku memilih pria lain untuk masa depanku. Selama tiga bulan aku tidak menjawab ketika ibu mempertanyakan tentang keputusanku, tapi pada akhirnya aku menyetujui perjanjian mereka. “Aku tidak ingin egois Pak, aku tahu betul bagaimana Bu Darmawan. Ibu pasti akan habis dipojokkan oleh banyak orang, mungkin dengan begini Ibu akan bisa merasa puas dan bahagia” ucapku saat bapak menarikku dan bertanya alasanku menyetujui kemauan ibu.
ADVERTISEMENT
Bapak memelukku, aku tahu dia sangat keberatan tapi mungkin ia pikir itu sudah menjadi keputusanku jadi dia tidak mau ikut campur. “Semoga kamu bahagia ya Sayang, setelah melewati pernikahan kamu tidak bisa mundur lagi tapi pernikahan itu ibaratkan pikulan. Kuat kamu angkat, tidak kuat kamu taruh. Jangan pikirkan Ibumu lagi, kamu sudah cukup berbuat untuk menyenangkan hatinya” ucap bapak. Satu minggu setelah aku mengambil keputusan, aku harus menyudahi hubunganku dengan kekasih yang sangat kucintai. Dia sangat tahu ibuku keras kepala tapi tahu pula kalau aku begitu mencintainya, jadi kami pisah dengan derai air mata.
“Aku akan menunggu kamu” katanya dan aku hanya membalas dengan senyuman karena tak tahu seberapa lama perjalanan rumah tangga yang harus kujalani bersama orang yang tidak pernah kucintai. Tiga bulan kemudian, pernikahan yang tidak pernah kuharapkan pun terjadi dan setengah hati aku duduk di pelaminan sambil mengamini doa-doa para tamu yang datang. Dari kejauhan jelas sekali aku melihat ibu yang tertawa bahagia karena mimpinya sudah terpenuhi tetapi di satu sisi, bapak menatapku dengan tatapan tak tega.
ADVERTISEMENT
Aku selalu merasa sedih saat melihat bapak, tapi mau berjalan mundur pun sudah tidak mungkin. Aku sudah membuat keputusan. Begitu pesta pernikahan kami selesai, aku langsung tinggal di sebuah rumah yang cukup jauh dari rumah ibu-bapakku. Di malam pertama, aku justru mendapat perlakuan yang sangat baik dan laki-laki itu sangat tahu bagaimana cara memperlakukan seorang wanita. Namun bayanganku saat melihat ibu seolah menjualku pada keluarga Bu Darmawan pun tak luput dari ingatan, aku tetap waspada karena takut anaknya akan memiliki sifat yang sama dengan ibunya.
Hari-hari berlalu dan benteng itu kian lama kian menipis. Erik ternyata memiliki sifat yang sangat berbanding terbalik dengan ibunya, ia sopan, baik, lembut, dan sangat penyayang. Kini aku tahu apa yang ibu maksudkan, kenapa dia sebegitu inginnya aku menikah dengan lelaki pilihannya tapi aku juga tahu kalau bapak ingin aku mengenal Erik dengan cara yang lebih natural tidak seperti pemaksaan yang ibu lakukan padaku.
ADVERTISEMENT
Pada tahun pertama kami menikah, semua terasa menyenangkan seolah kami sedang berpacaran dan tinggal serumah tapi tidak ada yang melarang. Kami bebas melakukan apa pun yang kami suka dan di mana pun. Perlahan benih-benih cinta mulai timbul di antara aku dan Erik, dia pun juga merasakan hal yang sama. Kami mulai memelajari sifat masing-masing dan seolah kami tidak kehabisan bahan untuk dibicarakan.
Dua tahun kemudian, lahirlah putri pertama kami dan semuanya pun terasa semakin indah. Erik melanjutkan usaha kedua orang tuanya, sementara mereka kembali beristirahat di kampungnya. Pernikahan kami menyatukan dua keluarga yang perlahan mulai bisa kami terima sikap dan kebiasaan masing-masing, meskipun terkesan jahat tetapi Bu Darmawan sebenarnya sangat baik juga penyayang. Dia menyiapkan makanan yang enak dan bergizi saat aku hamil, ia juga yang sering membantuku mengurus rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Setelah anak kami lahir, kedua orang tua kami terlihat sangat bahagia “akhirnyaaaa kita ngerasain juga punya cucu ya” ucap ibuku. Ucapan itu ditimpali dengan heboh dari ibu mertuaku, mereka saling bergantian datang dan menjaga putri kami selagi aku membereskan rumah. Semua terlihat sangat menyenangkan, seolah aku bisa melihat masa depan anak kami juga akan terus diliputi kebahagiaan seperti yang kami rasakan saat itu.
Saking cinta aku berusaha memenuhi semua kebutuhannya agar ia tidak berpaling dariku tapi ternyata usahaku hanya mampu bertahan selama lima tahun. Aku tidak tahu apa alasan dia menjadi lebih dingin dan tidak bersemangat saat bersamaku. Terkadang aku suka mencari tahu apa yang dia inginkan dan sering kali kami berdiskusi cara memperbaiki hubungan agar tetap terasa hangat namun belakangan dia terkesan sering menghidar dariku.
ADVERTISEMENT
Aku selalu menyempatkan diri untuk berkomunikasi dengan ibu mertua dan sudah kucoba segala saran yang ia berikan tapi itu tidak memberikan pengaruh apa pun pada hubungan kami. Sampai akhirnya Erik jujur kalau dia sedang jatuh cinta dengan wanita lain, aku sangat terkejut sekaligus merasa sangat patah hati. “Aku salah apa? Apa yang menurut kamu kurang dari aku? Kita bisa perbaiki ini semua sebelum terlambat” ucapku, “tidak ada yang salah, kamu baik dan sangat baik. Kamu bahkan di luar dari ekspektasiku tapi aku juga tidak tahu kenapa semua ini terjadi” jawabnya.
Sejenak hening di antara kami memenuhi seisi ruangan, “apa kita tidak bisa perbaiki ini? Apa kita tidak bisa memulai semuanya dari awal lagi? Aku sudah sangat jatuh cinta pada kamu Erik” kataku, ia hanya menjawabnya dengan sebuah pelukan hangat. “Aku minta maaf karena selama ini aku tahu kamu sudah mencoba banyak hal untuk membuat semuanya kembali seperti dulu. Mama banyak cerita dan aku mengakui ini karena aku tidak mau menyakiti kamu lebih jauh” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Tangisku pecah di dalam pelukan Erik, “seandainya kita masih pacaran mungkin semua ini akan jauh lebih mudah tapi aku tidak mau mengkhianati hubungan kita lebih jauh. Dia orang asing dan dia tidak mungkin sedetail itu untuk mengurus aku tapi entah mengapa rasanya sangat berbeda. Mungkin kita memang harus menyudahi semuanya, aku tidak akan lepas tanggung jawab pada anak kita dan tidak akan langsung melepas kamu begitu saja” jelasnya.
Aku tetap menggelengkan kepala dan masih bersikukuh untuk tetap bersamanya, namun dua minggu kemudian ia mengemas semua baju dan berpamitan padaku. “Aku tahu semua ini menyakitkan tapi hidup harus terus berjalan” ucapnya, tapi hatiku masih tidak bisa merelakan kepergiaannya dan seketika hidupku terasa sangat berantakan. Aku tidak kuasa menahan emosi yang seharusnya meluap dalam diriku dan hidupku semakin berantakan saat mengenal Jamie, “dia jatuh cinta pada orang asing, aku juga harus meluapkannya bersama orang asing” pikirku. Kami melakukan seks bebas dan ia mengenalkanku pada sebuah obat yang bisa melepaskan semua pikiran, saat itu aku merasa memiliki dua kepribadian yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Saat Erik datang untuk menemui anak kami, aku berubah menjadi seorang istri yang biasa ia kenal, ya aku masih merasa diriku adalah istrinya, mengurus semua kebutuhannya dan bahkan masih melayani dia di ranjang. Namun di saat Erik pergi, aku kembali mengonsumsi obat-obatan itu dan melakukan seks dengan banyak pria yang tidak pernah kukenal sebelumnya. Aku melampiaskan semua kemarahan, rasa sakit, dan sedihku hanya demi kebahagiaan satu malam.
Setiap malam aku meninggalkan putriku bersama neneknya, meski sudah berpisah tapi Erik tetap memberiku nafkah seperti biasanya yang berbeda hanyalah status kami dan kehadirannya yang tidak pernah kujamah setiap malam. Hingga suatu hari Erik mengajakku berbicara dan mengatakan kalau anak kami tahu semua apa yang terjadi padaku lalu dia ingin mengambilnya dariku. “Tidak aman jika dia terus bersama kamu dalam kondisimu yang tidak stabil seperti ini” ucapnya, “aku begini karena kamu! Aku tidak tahu apa yang salah, kamu hanya bilang jatuh cinta lalu meninggalkan aku begitu saja seolah selama ini hubungan kita tidak pernah ada artinya” sahutku.
ADVERTISEMENT
“Aku tidak tahu harus menjawab apa tapi dia aku ambil sampai kamu mendapatkan pertolongan, coba pergi ke psikater. Aku ada kenalan yang nanti akan menghubungimu” katanya, “aku cuma butuh kamu Erik” jawabku, “tapi aku tidak bisa, semua sudah berubah” sahutnya. Lalu ia membawa anak kami ke rumahnya dan sejak saat itu aku hanya bisa mengurung diri, mematikan ponsel sampai Erik datang kembali ke rumahku.