'Didatangi' Mendiang Suamiku, Aku Selamatkan Anakku yang Diculik Ayah Tirinya

Cinta dan Rahasia
Mulailah membaca dengan Bismillah, akhiri dengan Istighfar. Kisah didramatisir dari kisah nyata.
Konten dari Pengguna
16 September 2020 20:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok. Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Dok. Pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiksi
Tepat Amanda berusia lima tahun, Dwyn meninggal dunia karena kanker hati yang dideritanya. Aku merasa sangat terpuruk karena pria yang kucintai begitu cepat meninggalkan aku dan juga anak kami. Setelah ditinggalkan Dwyn, hidupku berubah menjadi lebih berat berkali-kali lipat.
ADVERTISEMENT
Aku harus memerankan banyak peran untuk Amanda. Aku harus bekerja, membersihkan rumah, dan mengurus semuanya seorang diri. Membesarkan anak seorang diri bukanlah hal yang mudah, aku harus bekerja di dua tempat agar bisa memenuhi semua kebutuhan.
Tak jarang aku terbangun tengah malam dan menangisi nasib hidupku sendiri. Aku menangis dalam diam agar tidak membangunkan Amanda. Aku tidak ingin terlihat lemah, hanya aku yang dia punya sebagai tempatnya berlindung.
Dwyn sudah tidak memiliki keluarga, orang tuanya sudah lebih dulu pergi sebelum akhirnya dia menyusul mereka. Tahun demi tahun berlalu, ibu berusaha meyakinkan aku kalau Amanda membutuhkan figur seorang ayah. Sedangkan ayahku menentangnya "jangan bodoh! Siapa yang menginginkan dia dan anaknya?"
ADVERTISEMENT
Aku tidak pernah berpikir atau berharap akan mencintai pria lain selain suamiku. Sampai akhirnya Nathan, rekan kerjaku, menyadari keberadaanku. Nathan mulai mendekati aku dengan cara yang sangat indah dan aku mulai kembali merasa menjadi seorang wanita seutuhnya.
Selama aku berhubungan dengan Nathan, aku tidak pernah membawanya ke rumah untuk kukenalkan pada Amanda. Meski begitu, Nathan selalu memintaku untuk mempertemukan mereka. Saat itu hatiku belum siap menerima reaksi Amanda ketika bertemu dengan pria yang kucintai.
Namun pada akhirnya, ketika Amanda berusia 12 tahun aku membawa Nathan ke rumah dan memperkenalkan padanya. Ternyata dugaanku benar, Amanda mulai bertingkah aneh sejak bertemu dengan Nathan tetapi aku menganggap itu sebagai tingkah anak-anak yang merasa cemburu karena adanya orang baru.
ADVERTISEMENT
Setelah beberapa bulan berlalu dan intensitas Nathan semakin sering bertemu dengan Amanda, tiba-tiba ia mengatakan hal yang membuatku sangat terkejut. "Pria itu sangat menyeramkan, aku takut padanya," ucap Amanda. Entah mengapa malam itu aku merasa tidak nyaman dengan keluhan anakku dan malah berbalik memarahinya "jangan bodoh, Nathan adalah pria baik."
Satu tahun setelahnya aku menikah dengan Nathan dan keluhan Amanda tidak pernah lagi terdengar di telingaku. Aku menganggap kalau dia sudah belajar untuk mengenal siapa ayah barunya. Tahun demi tahun berlalu, Amanda beranjak dewasa dan perlahan aku merasa hidup kami mulai jauh lebih baik.
Namun semuanya seolah runtuh seketika, aku terbangun dan menemukan sebuah surat di ranjangku. Surat yang membuat hidupku merasa hancur karena dikhianati oleh dua orang yang paling berharga dalam hidupku. Amanda sudah berusia 19 tahun saat ia menulis surat itu.
ADVERTISEMENT
"Mama, aku dan Nathan saling mencintai. Aku tidak ingin membaginya denganmu. Kami pergi dan jangan cari kami."
Aku langsung membuka lemari dan tidak menemukan barang-barang milik Nathan. Begitupun dengan kamar Amanda, semuanya kosong seolah mereka menghilang di telan bumi. Hatiku sangat hancur dan berkali-kali mengutuk diri karena tidak melihat apa yang terjadi di depan mataku.
Anak perempuanku mencuri suamiku! Berhari-hari aku tidak bisa makan, minum, ataupun tersenyum. Aku menganggap kalau itulah jalanku untuk berakhir selamanya. Namun suatu malam aku mendengar suara yang sangat kurindukan.
Suara itu terdengar lembut di telinga, ia berusaha membangunkan aku dari tidur. "Shelly bangun, Amanda dalam bahaya" ucapnya berulang-ulang. Aku membuka mata perlahan dan menemukan Dwyn tengah duduk di ujung ranjang sambil menatapku.
ADVERTISEMENT
Mataku memblaklak tak percaya, aku bahkan bisa mencium aroma tubuhnya seperti dulu. "Dwyn apa yang kamu lakukan? Aku merindukanmu!" Ucapku "Kamu harus menyelamatkan Amanda, dia ada di rumah tua di Timur kota, rumah yang selalu ia takutkan sejak dulu," balas Dwyn.
"Selamatkan dia, kamu harus cepat," tambahnya. Aku terbangun dan menyadari kalau semua itu hanyalah mimpi. Semula aku tidak ingin percaya dengan kata-kata Dwyn, aku menganggap kalau itu hanyalah mimpi semata. Namun jantungku terus berdegup dengan kencang, hatiku semakin gelisah dan akhirnya memutuskan untuk datang sesuai permintaan Dwyn.
Aku mengendarai mobilku dan berusaha mengingat rumah yang sejak kecil Amanda takutkan. Aku pergi ke Timur kota dan menyusuri jalan hingga akhirnya setelah berjam-jam aku menemukan rumah yang Dwyn maksudkan. Aku merasa harus masuk ke dalam dan menemukan Amanda.
ADVERTISEMENT
Aku berjalan masuk dan menemukan kalau gagang pintu itu telah dirusak. Aku masuk ke dalam dan menyusuri setiap lorong yang terkesan sangat menyeramkan hingga aku menemukan jalan untuk menuju ruang bawah tanah. Firasatku tidak mengecewakan aku, aku menemukan Amanda di balik pintu itu.
Aku melihat kaki dan tangan Amanda diikat oleh tali dengan sangat kuat. "Mama cepat sebelum dia kembali, dia menculikku! Aku sudah berusaha melarikan diri tapi dia berhasil menangkapku kembali!" seru Amanda, aku berusaha mempercepat gerakanku untuk membuka semua tali yang mengingat bayi kecilku.
Setelah semua tali itu terlepas, aku memeluk bayi kecilku. "Kita harus menelepon polisi sekarang," ujarku, aku mengambil ponselku dari saku dan menelepon polisi. Sementara itu, aku dan Amanda berusaha untuk bersembunyi di sisi lain dari rumah tua itu.
ADVERTISEMENT
Ketika Nathan kembali dan menemukan Amanda tidak berada di ruangan yang seharusnya, Nathan mulai meracau menggila. Beruntung polisi datang tepat waktu, aku dan Amanda keluar ketika mereka telah menangkap Nathan. Saat aku dan Amanda terlihat, sorot mata Nathan menajam ke arahku namun ia tidak bisa bergeming.
Kedua tangan Nathan telah dikunci menggunakan besi. Kemudian ia dimasukkan ke dalam mobil yang akan membawanya ke penjara. "Aku tahu kamu akan menemukanku, aku tahu kalau pria itu menyeramkan sejak awal," ucap Amanda, aku memeluk anak kesayanganku itu. "Maafkan aku karena tidak percaya pada ucapanmu," sahutku merasa bersalah karena lebih mempercayai orang lain dibandingkan anakku.
Setelah diketahui, ternyata surat yang aku baca-- bukanlah surat buatan Amanda. Melainkan Nathan yang membuat semuanya seolah-olah anakku merebutnya dariku.
ADVERTISEMENT
Tahun demi tahun berlalu, aku tidak lagi menginginkan pria lain dalam hidupku. Aku masih sangat berterima kasih pada Tuhan karena telah menyelamatkan Amanda dari Nathan. Aku memulai hidupku dengan Amanda dari awal lagi dan semakin hari hubungan kami semakin membaik. Aku berharap semuanya akan tetap seperti ini hingga Amanda menemukan pria baik yang akan menjaganya.