Istri Membohongiku Hanya demi Bertemu dengan Mantan Suaminya

Cinta dan Rahasia
Mulailah membaca dengan Bismillah, akhiri dengan Istighfar. Kisah didramatisir dari kisah nyata.
Konten dari Pengguna
25 November 2020 17:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok. Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Dok. Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiksi
Monica adalah seorang perawat di rumah sakit besar, dulu aku bertemu dengannya ketika dia merawat ibuku yang hampir dua bulan berada di ICU. Terlalu lama mengobrol membuat dia sedikit terbuka padaku tentang kehidupan pribadinya. Aku bukanlah tipe pria yang mencari kesempatan di dalam kesempitan tetapi aku tahu kalau Monica merasa tersiksa hidup dengan suaminya.
ADVERTISEMENT
Saat itu kami banyak bertukar cerita dan ketika ibuku meninggal dunia, kami tidak pernah bertemu lagi. Ia hanya datang saat pemakaman ibuku tetapi itu pun hanya sebentar. Aku tidak memiliki kontaknya dan tidak punya keberanian untuk meminta, saat itu aku tidak ingin mengganggu rumah tangganya.
Lima tahun sudah terlewati, aku mulai lupa dengan Monica. Bagiku itu hanya mengingatkan kesedihan karena kematian ibuku. Namun takdir berkata lain, dua kali berganti kekasih akhirnya aku berakhir di sudut kafe kecil di pinggir kota. Di situlah aku mengenali Monica yang duduk tak jauh dari mejaku.
Suasana hangat kafe memang membuatku hanyut dalam lantunan musik jazz kuno tetapi bukan berarti itu membuatku buta. Aku masih hafal betul bagaimana cara rambut Monica berjatuhan menutupi wajahnya secara anggun. Kudorong kursi ke belakang kemudian berdiri menghampirinya dengan sedikit rasa takut kalau aku salah orang.
ADVERTISEMENT
Untungnya tebakanku benar, aku pindah ke tempat duduknya dan kami mulai bertukar cerita selama lima tahun ke belakang. Aku tahu kalau Monica sudah bercerai dari suaminya karena si tukang selingkuh itu menghamili wanita lain. Sedangkan aku masih menjadi pria menyedihkan yang ditinggal wanita demi pria lain.
Sekilas nasib kami sama memang hanya saja problematika Monica cukup rumit. Malam itu aku habiskan bersama Monica sambil menikmati sesapan demi sesapan white moccachino-ku. Sebenarnya aku cukup senang melihat Monica yang sekarang lebih banyak tertawa dibandingkan melamun hanya saja itu membuat jantungku berdegup lebih cepat dari biasanya.
Beberapa kali Monica harus memesan camilan agar topik perbincangan kami semakin lama hingga tak terasa kafe tersebut akan tutup. Seakan tidak rela melepas kebersamaan, akhirnya kami memilih untuk melanjutkan perbincangan kami di sebuah taman. Namun malam semakin dingin dan saat itulah kami memutuskan untuk berpisah.
ADVERTISEMENT
Kali ini aku tidak lupa meminta nomor kontaknya. Aku dan Monica terus berkomunikasi, melontar canda di sela-sela waktu kerja ternyata cukup menyenangkan. Rasanya seperti jatuh cinta pada pandangan pertama, tetapi mungkin aku baru menyadari itu. Bulan demi bulan hubungan kami semakin akrab hingga aku memberanikan diri untuk mengajaknya berkencan.
"Aku mau" katanya, dua kata itu sudah mampu membuat aku terbang ke bulan kalau NASA bisa memercayainya. Aku merancang semuanya agar kencanku kali ini bisa membuatnya terpukau. Aku mengajaknya berkemah di tepi danau dekat kabin milik keluargaku. Di sana jelas sekali terlihat bagaimana anggunnya bulan duduk di kaki langit di temani oleh riuhnya bintang-bintang.
"Mereka seperti berbicara ya" ucapku, "berbicara apa?" Tanya Monica, "entahlah mungkin mereka membicarakan soal aku" jawabku. Mendengar jawabanku dahi Monica berkerut, "tentang apa?" Tanyanya, "tentang aku yang tidak pernah tahu kalau selama ini sudah menggilai kamu" jawabku. Wajah Monica memerah di bawah sinar rembulan, meski samar tapi aku bisa melihatnya dengan jelas.
ADVERTISEMENT
Kencan pertamaku sukses dan hubungan kami berlanjut hingga ke pernikahan. Di hari itu aku berjanji akan membuat Monica bahagia bagaimana pun caranya. Tiga tahun menikah, aku merasa semua baik-baik saja sampai akhirnya hampir setiap Minggu Monica pergi ke luar rumah. "Aku mau merawat tanteku yang sedang sakit" ucapnya sebelum pergi.
Memang benar, sebelum pergi ia menyiapkan segalanya untukku tetapi rasanya sangat berbeda jika dia tidak ada di sana bersamaku. Setiap Minggu Monica pergi sepertinya sudah menjadi rutinitas selama hampir tiga bulan belakangan dan aku menaruh kepercayaan penuh padanya. Hingga suatu hari seseorang menghubungiku dari nomor tak kukenal "Monica tidak pergi ke rumah tantenya, dia sudah lama meninggal" ucap seseorang dari seberang sana.
ADVERTISEMENT
Dahiku berkerut mendengar ucapannya dan belum sempat aku bertanya, telepon itu sudah terputus. Alih-alih aku bertanya pada istriku, di minggu berikutnya aku memutuskan untuk mengikutinya dengan taksi. Perempuan di telepon itu benar, mobil Monica tidak berbelok ke arah rumah tantenya seperti yang dia ucapkan.
Aku tetap mengikuti Monica hingga ia berhenti di sebuah rumah kecil di pinggir jalan. Ia keluar dari mobilnya sambil membawa tas besar berisi cairan dan banyak kapas. Ketika Monica masuk ke dalam rumah itu, barulah aku turun dari taksi.
Mungkin aksiku akan termasuk ke dalam tindak pidana karena masuk ke dalam rumah orang lain tanpa izin, tetapi aku tak punya pilihan lain. Aku mengendap-endap memasuki rumah itu dan mencari di mana keberadaan Monica sampai akhirnya aku bisa mendengar suaranya di sebuah ruangan. "Ia seperti berbicara dengan seseorang tetapi belum jelas siapa dia" pikirku dalam hati.
ADVERTISEMENT
"Ayo lepaskan celana dalammu" ujar Monica, mataku terbelaklak dan tanpa sadar aku keluar dari persembunyianku. Aku melihat seorang pria terkapar lemas di atas ranjang dengan kursi roda di sebelahnya. Aku juga melihat sarung tangan karet yang melekat di kedua tangan Monica sambil ia memegang suntikan "Edward? Kamu sedang apa?" Tanya Monica, "harusnya aku yang bertanya, apa yang sedang kamu lakukan?" Tanyaku.
"Kamu berbohong padaku, kamu bilang kamu mengurus tantemu!" ucapku dengan nada tinggi. "Oke..oke..tenang dulu, tarik napas dan aku akan menceritakan semuanya" jawab Monica. Setelah melihatku cukup tenang ia baru buka suara "ini Jack, mantan suamiku. Maaf aku berbohong padamu hanya karena aku takut kamu tidak mengizinkanku merawatnya. Dia sedang sekarat karena kecalakaan dan tidak punya uang untuk pergi ke rumah sakit, aku harus membantunya. Kekasihnya meninggalkan dia begitu saja di rumah sakit" jelas Monica.
ADVERTISEMENT
"Kamu beruntung mendapatkan Monica dan aku terlalu bodoh karena menyianyiakannya. Lihat sekarang aku bahkan masih menyusahkannya ketika sudah menyakiti hatinya" sambung Jack. Aku hanya terdiam melihat Monica dengan sarung tangan karet dan suntikan di tangannya.
Aku merasa bodoh karena telah percaya pada wanita asing yang meneleponku. Bodoh karena kepercayaanku pada Monica dapat goyah karena ucapan orang asing. Aku memeluk Monica dan mengizinkannya merawat Jack. Enam bulan berlalu dan Jack kini sudah tidak merasakan sakitnya, ia sudah tenang di alam sana. Aku merasa bangga pada Monica karena nalurinya untuk membantu orang lain sangat tinggi bahkan ketika ia memberinya cuma-cuma.