Kehidupan Pernikahan dan Rumah Tangga Bangsa Viking

Cinta dan Rahasia
Mulailah membaca dengan Bismillah, akhiri dengan Istighfar. Kisah didramatisir dari kisah nyata.
Konten dari Pengguna
1 Oktober 2020 17:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pria Viking. Foto: EyeShotYou from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pria Viking. Foto: EyeShotYou from Pixabay
ADVERTISEMENT
Bangsa Viking dalam budaya populer sering dianggap sebagai orang kejam, merampok, memperkosa, dan menjarah orang serta barang. Namun, analisis kehidupan pribadi mereka menunjukkan sisi yang jauh berbeda.
ADVERTISEMENT
Kehidupan keluarga penting bagi pria, dan sebagian besar Viking yang menikah ingin memiliki anak. Meskipun orang tua sering mengatur pernikahan, para pria tetap saja melakukan upaya khusus untuk membuat wanita terkesima. Melansir dari History Collection, berikut ini kehidupan pernikahan dan rumah tangga bangsa Viking.

Pacaran ala Bangsa Viking

Pacaran tidak sepenuhnya penting pada budaya Nordik kuno, karena pernikahan lebih tentang aliansi daripada cinta. Bahkan, calon pengantin membuat pertandingan yang akan mengikat kedua klan sebagai sekutu. Namun, pria jangan lamban mendekati wanita, atau kerabat wanita akan membalas dendam.
Terkadang, orang Viking harus menumbuhkan ‘inn matki munr’ atau ‘gairah yang kuat’ melalui serangkaian ritual. Puisi cinta pada bangsa utara ini sering dipandang dengan kecurigaan, karena dianggap sebagai mantra sihir untuk memikat dan merayu wanita. Ketika pasangan tidak jatuh cinta sebelum pernikahan, maka mereka akan menumbuhkan bibit-bibit cinta pada kehidupan rumah tangga.
ADVERTISEMENT

Pribadi yang Baik adalah Suatu Keharusan

Inti dari membuat kesan yang baik pada calon pasangan adalah kebersihan pribadi dan kebangaan akan penampilan. Ini berlaku baik pria dan wanita. Bahkan, kebiasaan bangsa Viking yang terlihat seram, ternyata suka merawat penampilannya dengan mencuci muka dan menyisir rambut setiap hari.
Menurut ulama Saxon, John dari Wallingford, bangsa Viking selalu mengganti baju secara teratur. Ibn Fadlan, orang Arab, mencatat bahwa pria Viking kerap kali memutihkan jenggotnya menjadi kuning kunyit dengan menggunakan sabun alkali yang banyak. Wanita juga pandai dalam merawat rambut yang panjang, pirang, dan berkilau. Standar tersebut menggambarkan wanita feminim ideal.
Tak hanya itu, masyarakat Viking suka pakaian berwarna cerah dan dihiasi perhiasan paling mahal. Pin jubah dan cincin lengan menunjukkan status, dan merupakan penampilan yang jelas akan mengesankan pasangan potensial.
Ilustrasi Wanita Viking. Foto: darksouls1 from Pixabay

Perzinaan Berlaku bagi Pria, namun Tidak untuk Para Istri

Banyak pria yang memang memuja istrinya. Sayangnya, bagaimanapun, tidak semua orang mempraktekkan kesetiaan dalam cinta. Laki-laki Nordik dapat mempertahankan simpanan yang dikenal sebagai frilles, perempuan berstatus lebih rendah yang tidak mereka nikahi.
ADVERTISEMENT
Laki-laki Nordik juga memelihara budak ranjang. Para wanita malang tidak punya banyak pilihan apakah mereka akan tidur dengan tuannya atau tidak, dan menjadi favorit bagi sang master juga tidak menguntungkan. Ibn Fadlan menyaksikan pemakaman Viking di mana budak ranjang favorit dari pria yang meninggal akan turut serta dibunuh untuk menemaninya ke akhirat.
Di sisi lain, para istri diharapkan tetap setia. Jika ada yang menangkap seorang wanita yang tidak setia, hukumannya bervariasi. Paling ringan rambutnya akan dipotong. Yang terburuk, istri malang ini bisa diceraikan, didenda, bahkan dibunuh. Sebuah catatan juga menerangkan bahwa istri tidak setia dapat menjadi budak.

Wanita Viking dapat Menuntut Perceraian

Beberapa wanita Nordik mungkin harus tahan akan kelakukan suaminya, namun mereka juga tidak harus dituntut sabar hingga dirinya atau suaminya mati. Meskipun seorang istri tidak dapat menceraikan suaminya karena tidak setia, ada keadaan lain yang dapat diterima dengan baik.
ADVERTISEMENT
Terdapat beberapa syarat ketika istri meminta denda atau cerai, yaitu mendapatkan kekerasan fisik, dilecehkan di depan saksi, suami mengenakan pakaian feminim, suami menjadi homoseksual, konflik antar keluarga, dan suami tidak dapat memuaskan istri di ranjang atau menolak berhubungan seks selama tiga tahun.
Ilustrasi Prajurit Viking. Foto: Garyuk31 from Pixabay