Kisah Elizabeth Barret dan Robert Browning, Gagal Meraih Mimpi Bersama

Cinta dan Rahasia
Mulailah membaca dengan Bismillah, akhiri dengan Istighfar. Kisah didramatisir dari kisah nyata.
Konten dari Pengguna
13 Juni 2021 9:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Terkadang, kisah cinta tersebut cukup getir untuk disimak. Foto. dok: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Terkadang, kisah cinta tersebut cukup getir untuk disimak. Foto. dok: Pixabay
ADVERTISEMENT
Di masa lalu, banyak sekali kejadian cinta yang unik dan menarik untuk diketahui. Terkadang, kisah cinta tersebut cukup getir untuk disimak. Salah satu yang sering terjadi adalah kisah mengenai seseorang yang gagal meraih mimpi bersama padahal kesempatan meraih mimpi tersebut sangat besar adanya.
ADVERTISEMENT
Seperti yang terjadi pada Elizabeth Barret yang gagal untuk meraih mimpinya bersama dengan sang suami, Robert Browning. Menariknya, cinta keduanya juga tidak mendapatkan restu dari ayah Elizabeth. Seperti apa kisah percintaan keduanya yang melegenda ini?
Semua dimulai tahun 1844, Elizabeth Barrett yang berusia 39 tahun mengalami kelumpuhan. Alih-alih menyerah, dia justru sukses sebagai seorang sastrawan yang sangat pandai membuat puisi. Tulisan-tulisannya yang luar biasa mengesankan seorang penulis yang masih berjuang dalam kariernya, Robert Browning.
Semua dimulai tahun 1844, Elizabeth Barrett yang berusia 39 tahun mengalami kelumpuhan. Foto. dok: Pixabay
Pada tahun 1845, Browning sempat mengatakan bahwa dia mengagumi karya Barret. Elizabeth menjawab, memulai korespondensi berbulan-bulan dengannya. Pasangan itu jatuh cinta setelah mereka bertemu pada Mei 1845, tetapi ayah Elizabeth yang dominan melarang mereka menikah.
Tidak mau menyerah, mereka masih mencoba bertukar surat cinta, dan Elizabeth menulis beberapa soneta cinta, terinspirasi oleh hubungannya dengan Browning. Lebih dari satu tahun setelah pertemuan pertama mereka, pada September 1846, pasangan itu kawin lari dan menetap di Italia.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, kesehatan Elizabeth membaik dan dia mencoba berdamai dengan ayahnya setelah bertahun-tahun berkonflik. Dia mengembalikan semua suratnya tanpa membacanya, dan mereka tidak pernah berbicara lagi. Selama pernikahan mereka, Robert meyakinkan Elizabeth untuk menerbitkan soneta cintanya kepadanya.
The Sonnets of the Portugis menampilkan baris-baris yang ikonik, kurang lebih isinya seperti ini:
The Sonnets of the Portugis menampilkan baris-baris yang ikonik. Foto. dok: Pixabay
Kondisinya memburuk, lizabeth meninggal dalam pelukan Robert pada 29 Juni 1861, sebelum suaminya menjadi seorang penyair terkenal. Setelah kematiannya, Browning menemukan kesuksesan sebagai penyair Victoria, dan karyanya masih dipelajari sampai sekarang.
Kisah ini menggambarkan bagaimana cinta terkadang berlaku, bahkan yang sangat cinta sekalipun belum tentu bisa meraih mimpi bersama karena harus dipisahkan oleh keadaan.