Membalas Perselingkuhan Suami dengan Perjanjian Pra Nikah

Cinta dan Rahasia
Mulailah membaca dengan Bismillah, akhiri dengan Istighfar. Kisah didramatisir dari kisah nyata.
Konten dari Pengguna
17 September 2020 17:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok. Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Dok. Pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiksi
Waktu itu aku sudah menyiapkan pesta untuk merayakan hari jadi pernikahan kami yang keenam. Persiapan yang harus menyita waktuku selama beberapa hari untuk mendapatkan hasil seperti yang kuinginkan. Namun di hari spesial itu, Max tidak datang tepat waktu.
ADVERTISEMENT
Max mengirimkan aku pesan kalau dia memiliki banyak pekerjaan sehingga tidak bisa pulang tepat waktu. Aku tidak membalas pesan itu, "jika dia tidak bisa datang ke pesta yang sudah kubuat susah payah mengapa aku tidak membawakan pesta itu padanya?" Pikirku. Butuh waktu dua jam untuk aku mempersiapkan semuanya dan pergi ke kantor Max.
Aku harus menjadi istri yang baik dengan membawakan makan malam hangat untuk suami tercinta. Namun setelah sampai di sana, aku berdiri mematung karena melihat Max sedang bermesraan dengan wanita lain. Jika wanita itu adalah rekan kerjanya, mungkin aku tidak akan merasa sangat sakit hati tetapi Max mengkhianatiku dengan kakakku sendiri.
Saat itu aku sangat siap untuk menghajar Max, lalu kemudian aku teringat dengan perjanjian pra nikah yang sudah kami buat enam tahun lalu. "Siapa pun yang meminta berpisah tidak akan mendapatkan apa pun." Aku mengurungkan niatku dan membawa pulang makan malam yang sudah kusiapkan untuk Max.
ADVERTISEMENT
Semalam aku tidak bisa memejamkan mata, Max pun tidak kembali ke rumah dengan alasan banyak pekerjaan. Aku berpikir keras untuk bisa keluar dari situasi itu dan kemudian mendapatkan sebuah ide. Namun butuh waktu selama enam bulan agar ide itu bisa terlaksana.
Selama ini aku merasa sudah menjadi istri yang terbaik untuk Max, namun seolah Max tidak pernah menganggap aku sebagai seseorang yang penting dalam hidupnya. Max membatalkan rencana liburan kami ke sebuah pulau yang sudah menjadi impianku selama ini. "Maafkan aku, aku tahu kamu sudah memimpikan liburan ini tetapi belakangan pekerjaanku sangat menyita waktu" ucapnya.
Aku yang sudah memprediksi hal itu akan terjadi pun berusaha untuk tenang dan tetap menjalankan rencanaku. "It's ok, nevermind" balasku, menjadi istri yang selalu mendukung apa pun yang ia inginkan membuat Max menjadi pria penuh cinta dan pengertian. Aku bahkan menemukan kalung dengan berlian terbagus di dalam saku jasnya.
ADVERTISEMENT
Untuk sesaat rasa percaya diriku melambung tinggi "dia ingin aku memaafkannya" pikirku. Kuletakkan kalung itu kembali ke tempat semula dan menunggu Max memberikannya padaku. Beberapa hari kemudian, Max lupa membawa ponselnya dan mulai terus berdering.
Mulanya aku tidak ingin melihat apa pun yang ada di dalamnya, tetapi kakak perempuanku mengirimkannya sebuah pesan. "Terima kasih untuk kalungnya, adikku memang sangat bodoh. Aku akan sangat senang jika kita merayakan ulang tahunmu di apartemenmu, bukan di hotel" tulisnya.
Semula aku merasa sangat geram membaca kalimat demi kalimat itu, namun ucapan kakak perempuanku membuat rencanaku semakin sempurna. Satu hari sebelum ulang tahun Max, aku berpura-pura akan pergi keluar kota tetapi sebenarnya aku menyewa kamar hotel yang tak jauh dari rumahku.
ADVERTISEMENT
"Sayang aku harus pergi ke luar kota, ini kunjungan bisnis yang tidak bisa kutunda. Aku minta maaf karena harus melewatkan harimu" ucapku dengan raut wajah menyesal. Max adalah aktor yang benar-benar sangat hebat, dia membuatku hampir percaya kalau ia marah. "Aku akan mengundang beberapa teman dan merayakan bersama mereka" jawabnya.
Aku segera pergi seolah sudah kehabisan waktu untuk mengurus pekerjaanku. Sedangkan Max masih berpura-pura marah karena aku tidak ada bersamanya saat ia ulang tahun. Ketika sesampainya di hotel, aku menghubungi orang tua dan semua teman-teman kami.
Aku mengatakan pada mereka untuk memberikan Max kejutan besar di hari ulang tahunnya. Aku merencanakan agar kami semua masuk diam-diam sambil membawa kue beserta lilinnya. Keesokan harinya, semua orang datang tepat waktu.
ADVERTISEMENT
Aku membuka pintu depan rumah dengan kunci cadangan dan yang lain mengendap-endap mengikutiku hingga ke depan kamar tempat Max berada. Ketika aku membuka pintu kamar, semua orang berteriak "SELAMAT ULANG TAHUN!"
Namun semuanya, kecuali aku, tidak menyangka kalau Max sedang berada di ranjang bersama kakak perempuanku. Aku berpura-pura terkejut dan merasa sakit hati dengan apa yang kulihat. Seketika itu Max dan kakak perempuanku diadili oleh semua keluarga kami.
"Bagaimana bisa kalian melakukan ini padaku?" Tanyaku sambil terisak penuh kepura-puraan. Itu adalah kado terbaik yang pernah kuberikan pada Max, semua itu kembali pada perjanjian pra nikah yang sudah kami sepakati. "Siapa pun yang berselingkuh akan kehilangan segalanya."
Aku membawa semua bukti dan saksi ke pengadilan, kemudian dengan mudah memenangkan kasus itu. Aku tidak menganggap apa yang kulakukan adalah balas dendam tetapi aku hanya mengembalikan bantuan suamiku.
ADVERTISEMENT