Memilih Berkencan dengan Pria Lain, Aku Malah Ditinggal karena Statusku

Cinta dan Rahasia
Mulailah membaca dengan Bismillah, akhiri dengan Istighfar. Kisah didramatisir dari kisah nyata.
Konten dari Pengguna
16 Oktober 2020 15:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok. Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Dok. Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiksi
"Kamu tidak memberi makan anak dengan baik!"
ADVERTISEMENT
"Sup buatan kamu tidak enak, kapan kamu akan belajar masak?"
"Kamu sangat buruk dalam membersihkan rumah"
Kritik seperti itu yang kudengar setiap hari dari mulut suamiku, Ken. Dulu aku mencintai Ken karena caranya memperlakukan aku sebagai seorang wanita.
Bisa dikatakan pernikahan kami masih seumur jagung, mungkin menurutku belum waktunya untuk mengalami fase seperti yang kualami belakangan. Seharusnya kami masih hangat-hangatnya merawat putra yang usianya saja belum genap lima tahun.
Tetapi semua berubah, entah sejak kapan Ken mulai mengkritik apa pun yang kulakukan. Semula kupikir ia cemburu karena aku terlalu memerhatikan anak kami, sayangnya itu hanya firasatku saja. Ketika aku mulai memberinya perhatian seperti dulu, Ken malah membuangku begitu saja. Ia tak lagi tertarik denganku.
ADVERTISEMENT
Kritik demi kritik pedas yang ia lontarkan setiap hari mulai membuat asupan negatif bagi mentalku. Ketika anakku menangis, aku akan menyalahkan diriku karena tidak bisa menjadi ibu yang baik untuknya. Begitu pula saat aku menghangsukan pie dari oven.
Suatu hari ketika aku dan anakku sedang berjalan di taman, ia melemparkan bola sangat jauh hingga masuk hampir ke tengah danau. Anakku menangis dan bingung bagaimana cara mengambil bola kesayangannya. Saat itu aku sudah panik dan mulai menyalahkan diriku sendiri.
Namun tiba-tiba ada seorang pria baik yang menghampiri anakku "tenang saja, akan aku ambilkan bola itu untukmu" ucapnya. Aku melihat pria itu masuk ke danau tanpa pikir panjang, ia meraih bola itu dan membawanya pada anakku. Sepertinya aku tidak perlu menjelaskan betapa kikuknya wajahku saat itu sampai aku tidak bisa berkata selain "terima kasih."
ADVERTISEMENT
Wajah pria itu begitu menenangkan "tenang saja, dia hanya anak kecil dan bola itu pasti memiliki kesan sendiri untuknya" jawabnya santai. Aku melihat pria itu meraih tas yang rupanya sedari tadi sudah ia sandarkan pada pohon besar. Ia membuka bajunya kemudian menggantinya dengan yang baru.
Aku langsung menawarkan diri untuk mencuci pakaiannya yang kotor kemudian mengajaknya berpiknik bersama di pinggir danau. Pria itu pun setuju untuk aku membawa pakaiannya dan kami menikmati secangkir kopi juga beberapa kue yang kubawa hari itu. "Hmm kue buatanmu sangat enak, baru kali ini aku memakan kue seenak ini" pujinya.
Untuk pertama kali aku mendengar pujian dari seseorang atas apa yang sudah kulakukan membuat wajahku memerah. "Jangan bohongi aku, kue buatanku tidak seenak itu" jawabku. "Aku tidak berbohong, kamu sangat pintar memasak" sahutnya.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu aku dan dia selalu bertemu di taman, tepatnya dia yang selalu menyamakan jadwal ketika aku harus membawa Aiden, anakku, bermain. Semula aku bersama dengan anakku tetapi kemudian aku mulai menemuinya seorang diri. Aku tidak memberi tahu Nick kalau aku sudah menikah karena aku tidak ingin kehilangan begitu banyak perhatian darinya.
Ken mulai menyadari perubahanku, hampir setiap minggu aku mengenakan pakaian bagus untuk menemui Nick. "Mau ke mana kamu pakai baju seperti itu? Kamu terlihat menyedihkan, apa kamu berpikir kalau kamu benar-benar menarik?" Tanyanya. Aku berusaha mengabaikan apa pun yang dilontarkan oleh Ken dan fokus melakukan apa yang sedang kulakukan.
Namun otakku tak berhenti membuat argumen negatif "tidak ada seorang pria pun yang mau berkencan dengan wanita gemuk sepertiku" pikirku. Akan tetapi, pada akhirnya aku tetap menemui Nick di tempat yang sudah kami sepakati.
ADVERTISEMENT
Nick memberiku pujian "kamu wanita tercantik yang pernah aku lihat" ucapnya sambil memberikan sebuket bunga. Aku kembali merasa dicintai dan diperlakukan layaknya seorang wanita. Di saat pria lain memperlakukanku dengan sangat baik, di rumah suamiku sibuk merendahkan dan juga menghinaku.
Hari itu aku merasa sangat bahagia dan menikmati setiap detik bersama Nick. Aku mulai berpikir kalau dia mencintaiku. Selama berkencan dengan Nick, aku melupakan Ken dan mulai tidak peduli dengan apa yang dikatakannya.
Akan tetapi, suatu hari keadaannya berubah semakin buruk. Entah dari mana Nick mengetahui tentang statusku yang sudah menikah. Hari itu ia mengajakku untuk bertemu di taman seperti biasanya, tak kusangka ia akan menanyakan hal yang selama ini kusembunyikan dengan rapi darinya.
ADVERTISEMENT
"Kamu sudah menikah? Kenapa kamu tidak memberitahuku sejak awal?" Tanyanya dengan nada tinggi, "aku kira kamu mencintaiku" jawabku. "Aku benci kebohongan, kamu menipuku!" Tuntasnya kemudian ia membalikkan badan dan menjauh dariku.
Aku merasa sangat terpukul dan sedih ketika Nick memutuskan hubungan kami. Aku merasa tidak bisa hidup tanpanya dan aku tidak lagi bisa bertahan dengan suamiku. Aku merasa kalau aku bukankah wanita baik yang pantas dimiliki oleh siapa pun.
"Aku bukanlah istri yang baik, bukan pula ibu yang baik. Aku adalah pembohong!" Ucapku berulang kali di dalam kepala. Air mataku tak henti-hentinya mengalir sambil meratapi kesedihanku hari itu. Keesokan harinya, aku kembali menghadapi kenyataan banyaknya kritik yang dilontarkan Ken padaku.
ADVERTISEMENT
Selama ini aku selalu bungkam dan berusaha untuk menerima semua perlakuannya. Namun hari itu, untuk pertama kalinya aku melawan ucapan suamiku "kamu seharusnya membantuku." Aku tidak pula menyiapkan makan malam untuknya, aku bertekad untuk memberinya pelajaran.
"Kenapa kamu tidak memasak makan malam?" Tanya Ken ketika tidak menemukan apa pun di atas meja, "aku tidak bisa masak, kamu ingat?" Balasku. Ken berusaha mengembalikan keadaan dan bertingkah seolah ia kembali tertarik padaku "tidak! Aku hanya istri yang buruk untukmu" sahutku.
Selama satu minggu kami tinggal di dalam rumah yang kotor dan tanpa makanan hangat. "Ayo kita bersihkan kekacauan ini, aku akan membantumu" bujuk Ken. Ken mulai merapikan mainan anak yang bertebaran hampir di setiap sudut rumah, sedangkan aku mulai membersihkan debu-debu.
ADVERTISEMENT
Aku dan Ken berubah menjadi tim yang cukup baik saat itu. Ketika semuanya sudah kembali seperti semula, aku membuatkan Ken pie kesukaannya. Untuk pertama kalinya, Ken memuji masakanku "pie ini sangat enak" ucapnya. "Maafkan aku karena tidak memperlakukan kamu dengan baik, kamu sudah melakukan banyak hal untuk keluarga kita" tambahnya sambil mengecup punggung tanganku.