Tebar Jala, Suami Pulang Hanya untuk Merebut Harta

Cinta dan Rahasia
Mulailah membaca dengan Bismillah, akhiri dengan Istighfar. Kisah didramatisir dari kisah nyata.
Konten dari Pengguna
14 Oktober 2021 19:48 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok. Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Dok. Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiksi
Sudah bukan rahasia umum kalau suamiku senang bermain perempuan. Beberapa kali para tetangga memergoki suamiku keluar dari sebuah bar sambil menggandeng wanita lain dan itu tak hanya satu. Keluargaku sebenarnya sudah tidak tahan dengan kelakuannya tapi aku memutuskan untuk tetap bertahan demi anak-anakku.
ADVERTISEMENT
Kebiasaan buruknya itu bermula saat aku sedang mengandung anak ketiga. Aku hamil tua dan tiba-tiba ia tidak pulang hampir satu minggu, ponselnya tidak bisa dihubungi bahkan di kantor pun ia tidak mau mengangkat telepon dariku. Aku berpikir kalau aku sudah melakukan kesalahan fatal tapi setelah kupikirkan lagi, semua biasa saja. Tak ada pertengkaran di antara kami sebelum akhirnya ia tidak kembali selalama satu minggu.
Aku hanya bisa menunggunya di rumah, makan dari bahan-bahan di rumah yang bisa kuolah. Setiap hari aku berdoa agar ia kembali dengan selamat dan kami bisa menjalani hari-hari seperti biasanya. Doaku terkabul tapi sejak hari itu aku tak lagi mendapatkan perhatiannya utuh seperti sebelumnya, ia seakan sibuk dengan dunianya sendiri. Saat di rumah, ia mengacuhkanku dan sibuk dengan ponselnya.
ADVERTISEMENT
Beberapa kali aku melihat dia mengendap-endap keluar tengah malam dan tidak kembali sampai di jam ia biasa pulang kerja. Setiap kutanya, ia pasti menjawab “itu bukan urusan kamu, kamu urus saja rumah dan anak-anakmu”, aku terkejut dan merasa sakit hati mendengar ucapannya tapi aku memilih diam. Kubiarkan dia asyik dengan dunianya. Aku harus rela menitipkan kedua anakku yang masih kecil pada tetangga karena tengah malam aku harus dilarikan ke rumah sakit untuk melahirkan.
Sejak hamil tua anak ketiga, kedua anakku menjadi jauh dengan ayahnya dan aku berusaha menutup telinga dari bisikan tetangga juga makian saudara-saudaraku. “Aku belum melihat kenyataannya” pikirku, lagipula aku juga tidak tega melihat ketiga jagoanku harus tinggal tanpa ayah sekecil itu. Tahun demi tahun, ia justru sering kali tidak kembali hingga berbulan-bulan dan keadaan memaksa aku untuk berjualan agar hidup kami bisa tetap berjalan.
ADVERTISEMENT
Ia tak lagi memberikan kami uang sepeser pun, terkadang ia kembali hanya untuk mengambil barang, dokumen atau baju yang tertinggal dan selebihnya ia akan menghilang entah ke mana. Aku dan suami menjadi jauh, acuh, dan cenderung tak saling kenal. Aku merasa sangat kecewa dan marah karena anak-anak harus terlibat dan tidak mendapatkan haknya secara penuh, tapi di sisi lain aku tidak kekuatan untuk melawannya.
Hari itu tepat tiga tahun ia tidak kembali ke rumah, anak-anak sudah tumbuh besar dan mereka tak lagi mengenali ayahnya. Pernah suatu kali mereka bertanya tapi yang kukatakan agar mereka bersabar dan melihat apa yang sebenarnya terjadi dan setelah itu tak pernah ada lagi pertanyaan serupa. Ia datang bersama kekasih, yang entah sudah ke berapa, ke rumah dan meminta padaku semua barang-barang berharga kami. “Kamu harus memberikan semuanya padaku! Beli itu semua pakai uangku, kamu mana mampu membeli semua itu! Aku sudah meminjamkan rumah ini padamu dan sekarang aku ingin menjualnya” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Ketiga anakku terkesima melihat perlakuan ayahnya yang datang secara tiba-tiba dan langsung memaki aku meminta semua barang-barang yang pernah diberikan padaku. Ia mengambil paksa semua perhiasanku, uang tabungan kami, dan beberapa barang lain yang bisa dijual tetapi saat dia bergerak aku tak sempat menahan anakku yang tiba-tiba menerjangnya. Wanita itu berteriak histeris melihat kekasihnya diterjang anak sendiri, “Adeeeeee” teriakku tapi dia tidak peduli dan tetap menindih ayahnya.
Suamiku terkejut saat ia terjatuh ke lantai dengan sangat keras, melihat anaknya sudah mengunci badannya sambil berteriak memaki “bajingan! Lo tuh ga pantes buat dipanggil Ayah sama anak-anak lo! Pergi lo dari sini, bawa tuh wanita jalang yang selama ini lo bangga-banggain!” teriak anak bungsuku tepat di depan wajah ayahnya. Seketika semua orang di sana terdiam dan suasana kembali memanas saat keluargaku datang membawa pak RT dengan tetangga lain.
ADVERTISEMENT
Dia dan wanitanya tidak berkutik, mereka di sidang oleh keluargaku kemudian di malam yang sama aku resmi menjadi seorang janda. Wanita itu menangis histeris dan melakukan playing victim saat berada di tengah persidangan “saya benar-benar tidak tahu kalau dia sudah beristri, saat itu saya hanya menjalankan pekerjaan sebagai pemandu karoke lalu tiba-tiba dia meminta lebih dari saya” ucapnya. Sedari tadi aku hanya diam, rasanya aku ingin cepat-cepat mengakhiri ini semua dan membiarkan keluargaku yang bertindak tapi saat melihat wanita itu memainkan drama, emosiku langsung naik pitam.
“Eh Mba, di mana-mana kucing kalau dikasih ikan ya mau aja. Apalagi ikan sejuta umat, murah meriah mantap! Tidak mungkin Anda tidak tahu dia punya anak-istri, toh Anda sudah diajak dia ke sini dan melihat dia mengacak-ngacak rumah. Saya tahu benar tipikal wanita murahan seperti Anda, Anda tuh miskin makanya cari laki kaya karena mau kaya yang instan! Asal Anda tahu ya, rumah ini sudah atas nama saya. Laki-laki ini tidak berhak mengacak-ngacak apalagi ingin menjual semua harta. Jangan ngimpi!” teriakku.
ADVERTISEMENT
Calon mantan suamiku dan wanita itu pun terkejut, dia lupa kalau rumah memang dia beli atas namaku waktu dia sedang cinta-cintanya. Tampak jelas sekali wajah wanita itu malu bukan kepalang, “saya sih cuma kasian sama Mba-nya, dia tuh cuma kacung! Perusahaan itu punya keluarga saya, dia masuk di sana juga karena saya. Kenapa saya dagang? Karena saya yang mengurus semua perusahaan itu dari balik layar, mau semua perhiasan dan barang-barang itu diambil pun buat saya tidak masalah. saya bisa ganti dengan sepuluh kali lipat lebih bagus dari itu, untuk anak-anak saya tidak perlu dia. Semua anak-anak sudah punya tabungan mereka masing-masing dan baru kali ini saya ungkap di depan Anda karena saya muak lihat sikapnya yang petantang-petenteng. Dia lupa kalau dia itu kacung! Dari dulu mudah buat saya buat ngehancurin hidup dia, saya tahu gaji dia berapa dan ke mana uangnya. Saya punya bukti berapa juta yang dia kirim ke Anda setiap bulannya. Saya memang diam tapi bukan berarti saya tidak tahu segalanya, dia itu bagai tikus yang buntutnya sudah saya pegang. Dia tidak bisa lari ke mana-mana” ucapku.
ADVERTISEMENT
Mereka hanya tertunduk malu tanpa berani mengucapkan satu kata pun. Semua rahasia yang kututupi selama ini akhirnya terbongkar karena kupikir anak-anak juga sudah tertanam untuk selalu belajar hidup keras dan tidak dimanjakan oleh harta. Di malam yang sama pria itu menceraikan aku di depan semua orang, perhiasan dan barang yang sudah ia ambil tak lagi kuminta. Kubiarkan dia memiliki apa yang selama ini tidak jauh lebih berharga dibandingkan ketiga anakku.
Tak ada rasa sedih atau marah saat kata-kata cerai itu dijatuhkan padaku, mungkin karena semuanya sudah kupasrahkan sejak lama. Kata-kata yang buat orang lain menyakitkan, justru seperti kunci yang melepaskan belenggu pada hidupku selama ini. Aku bebas.