Tidak Puas dengan Suamiku, Aku Memilih Kakak Iparku dan Menikahinya

Cinta dan Rahasia
Mulailah membaca dengan Bismillah, akhiri dengan Istighfar. Kisah didramatisir dari kisah nyata.
Konten dari Pengguna
12 Mei 2020 12:21 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cinta dan Rahasia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok. Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Dok. Pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Disclaimer: Cerita ini hanyalah karangan semata. Bila ada kesamaan nama, waktu, tempat, profesi, dan cerita itu bukan merupakan kesengajaan.
ADVERTISEMENT
Cerita ini bermula ketika aku merasa kalau suamiku tidak mampu memuaskan hasratku selama tiga tahun pernikahan. Aku merasa sangat gelisah dan lelah jika harus terus berpura-pura kalau aku puas hanya karena tidak ingin membuat harga dirinya jatuh di hadapanku.
Aku sangat mencintai suamiku, kami adalah sepasang kekasih yang dinilai sangat romantis saat kuliah dulu. Kami berpacaran sejak semester tiga hingga tiga tahun setelah lulus kami menikah. Aku sudah sangat mengenal keluarganya sejak belum berpacaran, aku paling dekat dengan ibu dan kakak dari suamiku.
Suamiku adalah anak kedua dari tiga bersaudara yang semuanya laki-laki. Setelah menikah, ibu mertuaku tidak mengizinkan kami untuk pisah rumah karena tidak ingin merasa rumah itu perlahan kosong dan hampa. Keluarga dari suamiku bisa dikatakan cukup berada sehingga kami menuruti permintaan mertuaku.
ADVERTISEMENT
Hubungan aku dengan kakak iparku memang terlampau sangat dekat karena kami memiliki hobi yang sama, yaitu main basket sedangkan suamiku tidak terlalu senang dengan itu. Begitu pula hubunganku dengan ibu mertua (mama), kami sangat dekat hingga memasak apa pun selalu bersama karena memang pada dasarnya aku senang sekali makan.
Kehadiranku di rumah itu membuat mama seolah memiliki teman bercerita dan jajan. Mama sangat senang sekali membeli makanan di pinggir jalan tetapi papa tidak suka pergi ke luar terlalu sering. Ketika aku pindah ke sana, aku dan mama yang selalu pergi ke luar kemudian membeli banyak makanan di depan komplek perumahan.
Aku merasa sangat diterima di sini, rasanya tidak seperti keluarga mertua yang sering dibicarakan banyak orang. Aku sangat bersyukur mendapatkan suamiku, ia sangat bertanggung jawab, baik, perhatian, semuanya seolah sempurna di mataku kecuali urusan ranjang.
ADVERTISEMENT
Aku memang sangat mencintainya, tetapi entah aku yang memiliki kelainan atau memang dia yang tidak sekuat itu. Aku merasa tidak puas dan lelah memendam setengah hasratku. Aku tidak seberani itu menyakiti hati suamiku hanya karena aku merasa tidak puas saat bersamanya. Semua itu kutelan bulat-bulat dan menganggap dia sudah melakukan yang terbaik.
Di akhir pekan, kami selalu memiliki jadwal masing-masing aku bermain basket dengan kakak iparku di lapangan komplek, sedangkan suamiku berkutat dengan pekerjaannya di kamar. Adik iparku justru lebih senang keluar bersama teman-temannya dan mertuaku mereka sangat menikmati hari hanya dengan mendengarkan musik lawas sambil bernostalgia.
Kegiatan itu rutin kami lakukan setiap akhir pekan. Aku sangat senang ketika kembali dari lapangan basket dan menemukan mertuaku sedang berdansa mengikuti alunan musik. Aku hanya berharap kalau itu akan terjadi pada kami nantinya.
ADVERTISEMENT
Beryukur karena aku dan suami hampir tidak pernah terdengar bertengkar di telinga mertuaku. Kami memilih untuk mencari jalan tengah agar masalah tersebut tidak berlarut-larut dan membesar suatu saat nanti. Kami saling mencintai meski karakter dan hobi kami sangat berbeda.
Suamiku tidak suka keramaian, dia lebih senang menyendiri dan merangkai masa depan, sedangkan aku kebalikannya. Aku lebih senang menjalani hari mengalir seperti air meski di beberapa waktu aku tetap merencanakan sesuatu. Usia pernikahan kami masih terbilang sangat muda, untuk itu kami tidak terlalu memikirkan soal keturunan meski mertuaku selalu memintanya.
Diam-diam saat bermain basket aku sering memperhatikan bentuk tubuh kakak iparku. Dia memiliki badan sangat atletis tetapi sampai sekarang belum memiliki kekasih. “Bang lo lumayan cakep tapi kenapa engga ada cewe yang mau sama lo ya?” Tanyaku saat dia mengambil bola di ujung lapangan “haha sialan lo, banyak yang mau sama gue cuma gue yang engga mau, lo bilang tadi apa? Lumayan cakep? Berarti lo mengakui ketampanan gue dong ya haha,” balasnya. Aku hanya memutar bola mataku dan kembali merebut bola darinya.
ADVERTISEMENT
Perselingkuhan kami bermula saat aku akan mandi dan berganti baju di kamar mandi lapangan basket, entah disengaja atau tidak kakak iparku salah masuk ke dalam kamar mandi. Ia melihatku yang sedang mandi dan mulai mendekatiku. Aku yang sudah lama penasaran dengan tubuhnya pun menyambut dirinya dengan baik.
Setelah melakukan itu, kami berdua terdiam di pinggir lapangan dengan baju yang baru kami ganti. Aku bingung harus bersikap bagaimana “kita rahasiakan ini ya, janji engga akan keulang lagi. Lo ade gue,” katanya sambil mengusap kepalaku. Aku hanya mengangguk, di sisi lain aku merasa bersalah tetapi sisi satunya baru kali ini aku merasakan kepuasan.
Aku berniat untuk melupakan semuanya dan kembali bersikap normal pada suamiku. Aku memintanya menyentuhku setelah aku merasakan kakak iparku, tetapi tetap saja rasanya sangat berbeda. Keesokkan harinya aku bertemu dengan kakak iparku saat ia hendak pergi ke kantor, ia menyapaku seperti biasa.
ADVERTISEMENT
“Kalau dia saja bisa melupakan kejadian itu secepat ini, kenapa aku tidak bisa melakukan hal yang sama?” Pikirku. Aku mulai memusatkan perhatianku pada suamiku, berusaha melupakan apa yang pernah terjadi di antara kami. Waktu sepertinya berjalan sangat cepat, tiba-tiba untuk pertama kalinya akhir pekan ini kakak iparku tidak mengajakku bermain basket.
Ia pergi bersama teman-temannya. Aku ke lapangan basket seperti biasa dan bermain sendiri, beda rasanya jika di sini ada lawan pasti akan lebih berkeringat dibandingkan main seorang diri. Akhirnya, aku memutuskan untuk berlari keliling komplek dan membeli sesuatu untuk mama.
Mama sangat senang ketika aku membelikannya jajanan pasar yang banyak dijajakan di depan komplek setiap pagi. “Di depan sana ada semacam pasar kaget gitu loh Ma, ini ada jajanan pasar siapa tau Mama suka,” ucapku sambil menaruh kantung plastik di meja dekat mesin pemutar musik. Mama langsung berlari ke arah jajanan yang baru saja aku taruh dan melepaskan genggaman papa.
ADVERTISEMENT
Mereka sedang berdansa saat itu, tetapi runyam karena aku membawakan mama jajanan pasar. Papa melihatku dengan wajah cemberut karena merusak suasana hatinya yang sedang romantis, aku cekikikan sambil berusaha mengucapkan kata “maaf” tanpa bersuara kemudian berjalan meninggalkan mereka. Aku menghampiri suamiku dan menciumnya “mau jajanan pasar engga?” Tanyaku.
Dia melihatku “Kapan kamu belinya?” Tanyanya, “Hari ini Abang pergi jadi aku lari muterin komplek dan di depan ada jajanan pasar, jadi aku beli dua. Satu untuk Mama, satu lagi buat kamu,” jawabku. Ia membuka plastik yang sudah kubawa dan mengambil beberapa jajanan pasar, aku mencium keningnya sambil menaruh kantung plastik itu di meja kerjanya.
Aku meninggalkan suamiku yang sibuk memilih jajanan pasar mana yang pertama kali ia harus makan dan pergi ke kamar mandi. Di kamar mandi aku kembali teringat dengan peristiwa di lapangan basket, buru-buru aku memanggil suamiku dan menghapus ingatan itu.
ADVERTISEMENT
Tiga bulan aku tersiksa dengan ingatan itu dan sejak itu kami tidak main basket bersama. Kakak iparku selalu sibuk saat akhir pekan dan aku memiliki kebiasaan baru, yaitu membelikan mama juga suamiku jajanan pasar. Suatu ketika kakak iparku mengajak aku bermain basket lagi, aku cukup tertegun melihatnya.
Tanpa berpikir panjang, aku berganti pakaian yang semula pakaian jogging berubah menjadi basket. Kami bermain basket seperti biasa dan tidak membahas hal yang mengarah ke sana. Setelah selesai, aku mandi dan beberapa kali menoleh ke belakang, dalam hati aku berharap dia melakukannya lagi tetapi sepertinya ia benar-benar menyesalinya.
Aku membuang jauh-jauh pikiran itu dan kembali fokus membersihkan badan, sampai aku melihat kakinya sudah berada di belakangku. “Aku tidak bisa melupakan kamu,” katanya sambil kemudian menciumku, kami melakukannya lagi dan lagi setiap akhir pekan. Rasanya sulit sekali dihentikan, aku tetap mencintai suamiku tetapi aku merasa lebih puas dengan kakak iparku.
ADVERTISEMENT
Aku merasa sangat menyakiti hati suamiku, tak hanya dia tetapi juga mertuaku. Sempat terpikir untuk menyudahi semuanya, tetapi hal itu seperti kebutuhan untuk kami. Aku dan kakak iparku mulai terbuka soal kehidupan pribadi kami masing-masing sebelum memulai permainan basket.
Dari sana aku baru tahu kalau ia termasuk sering ‘mencicipi’ wanita dan baru kali ini ia merasa kepuasan saat bersamaku. Aku pun menceritakan hal yang sama, “hahaha dia itu baru tau jadi wajarlah kalau tidak sejago aku dalam hal memuaskan wanita haha,” ucapnya. Harus aku akui pernyataan itu memang benar, tetapi hatiku masih tetap mencintai suamiku.
Kami sepakat kalau hubungan ini hanya pemenuh kebutuhan saja dan tidak melibatkan perasaan. Ia pun setuju dan ingin segera memiliki kekasih yang bisa menggantikanku, mendengar jawabannya ada rasa tidak rela dalam diriku. Aku masih mau menjadi pemuas nafsunya, tetapi aku sadar kalau aku tidak boleh serakah.
ADVERTISEMENT
Ia juga berhak bersama seseorang yang bisa ia miliki seutuhnya. Kami selalu pergi dan pulang bersama, kedekatan kami tidak dicurigai oleh siapa pun karena memang kami selalu dekat seperti layaknya sepasang kekasih. Walaupun kenyataannya aku hanyalah adik iparnya.
Kakak iparku bahkan sering menggoda suamiku kalau kami habis keluar membeli makanan dan ada seseorang yang menyangka kami adalah sepasang kekasih. Wajah suamiku akan langsung berubah menjadi kesal dan menarikku masuk ke dalam kamar. Terkadang hal seperti itu yang membuatku merasa sangat dicintai olehnya.
Perselingkuhan kami berjalan cukup lama dan kami selalu melakukannya usai bermain basket. Di komplek hanya kami yang bermain basket pada pagi hari, sisanya akan bermain di sore hari. Kami tidak pernah melakukan itu di rumah apalagi hotel karena takut bertemu dengan teman-teman suamiku atau dia.
ADVERTISEMENT
Suatu hari ia mengenalkan pacarnya ke rumah dan aku terlihat sangat tidak suka. Suamiku heran melihatku “kamu kenapa? Engga suka sama pacarnya Abang?” Tanyanya, “engga mood aku lagi engga bagus aja, mau datang bulan kayanya,” jawabku. Kakak iparku sadar dengan perubahan sikapku dan akhir pekan berikutnya, ia bertanya apa yang terjadi padaku.
Aku sendiri mulai bingung dengan perasaanku, aku begitu mencintai suamiku tetapi sangat tidak suka jika ada wanita yang mendekati kakak iparku. Aku seperti ingin memiliki keduanya. Kakak iparku sebenarnya tahu kalau aku mulai tidak merelakannya bersama dengan wanita lain, tetapi ia memilih bungkam.
“Kita jalani ini hanya sebatas pemenuh kebutuhan kan? Kamu yang bilang kalau kamu mencintai adikku, aku tidak bisa memiliki kamu. Jujur saja, aku sudah lebih dulu jatuh cinta sama kamu sebelum adikku menyatakan perasaannya,” ucapnya. Aku memang tidak langsung berpacaran dengannya, kedekatan aku dengan suamiku hanya bermula dari teman yang sering mengerjakan tugas bersama.
ADVERTISEMENT
Sejak aku datang ke rumahnya, aku lebih sering mengobrol dengan calon kakak iparku mengenai banyak hal. Bisa dikatakan kalau aku lebih ‘nyambung’ jika berbicara dengannya tetapi adiknya yang lebih dulu mendekati kemudian menyatakan perasaannya. Aku terkejut mendengar pernyataan kakak iparku “setelah kejadian itu aku benar-benar tidak bisa melupakan kamu, aku seperti mendapatkanmu tetapi sebenarnya tidak. Tiga bulan aku lari dari perasaan seperti itu tetapi kenyataannya hati aku selalu kembali ke kamu,” jelasnya.
“Kamu mau tau kenapa aku tolak semua wanita? Itu karena aku masih mengharapkan kamu, mungkin terdengar jahat tetapi aku adalah orang yang sangat ingin melihat kamu pisah dengan adikku,” tuntasnya. Aku tidak tahu kalau perasaannya sedalam itu kepadaku, sebenarnya aku mulai merasakan hal yang sama tetapi tidak bisa karena aku tidak ingin menyakiti hati suamiku.
ADVERTISEMENT
Ia menarikku ke dalam kamar mandi lapangan basket dan kami melakukannya lagi. Setelahnya ia menanyakan bagaimana perasaanku dan aku tidak bisa menjawabnya. Ingin aku menyambut dirinya tetapi semua sudah dipisahkan oleh perjanjian hukum, aku adalah istri dari adik kandungnya.
Akhirnya, kami memutuskan untuk kembali ke rumah dan tidak jadi bermain basket. Sampai malam aku terngiang perkataan kakak iparku, setelah suamiku terlelap aku mengendap-endap ke kamarnya. Aku mengirimkan pesan agar tidak perlu mengetuk pintu kamarnya.
Ketika berada di dalam, ia mengusulkan ide gila agar kami kawin lari atau dia tidak tinggal di sini dan menungguku di sebuah rumah lain. Ia menawarkan agar aku mau melakukan poliandri, ia rela jika harus berbagi istri dengan adiknya. Aku terkejut dan tidak menyangka dengan pemikirannya, aku sudah bingung menghadapi sikap kakak iparku.
ADVERTISEMENT
Ia terus menarikku dan menciumku, memohon agar aku mau melakukan poliandri. Tanpa aku sadar, pintu kamar kakak iparku tidak aku tutup rapat. Adik iparku melihat aksi kami dan memberitahukannya pada mama. Mama membuka pintu dan berteriak karena tidak menyangka kami melakukannya.
Malam itu, kami di sidang. Kakak iparku meminta aku pada suamiku, ia mengatakan semuanya. Ketidakpuasanku di ranjang bersama suamiku sampai selama ini ia telah memendam rasa kepadaku. Mama terlihat sangat bingung dan kecewa, mereka berdua adalah anaknya tetapi mereka mencintai wanita yang sama.
Aku menundukkan kepala karena malu, aku mengakui perbuatanku dihadapan keluarga suamiku. Suamiku marah besar dan mulai memaki kami. Kakak iparku berlutut kepada mama, meminta aku menjadi istrinya atau setidaknya mengizinkan aku melakukan poliandri.
ADVERTISEMENT
Mama marah dan tidak merestui hubungan kami. “Baru kali ini aku meminta sama Mama, selama ini aku tidak pernah meminta apa pun,” ucapnya. Suamiku melihatku seakan-akan ia jijik, tetapi tidak bisa dibohongi kalau sorot matanya terlihat ia masih mencintaiku.
Malam itu, permintaan kakak iparku tidak direstui. Aku memutuskan untuk tidur di kamar tamu dan tidak bersama suamiku. Paginya aku memilih bungkam dan pergi ke rumah orang tuaku, aku malu sekali pada mertuaku. Merasa bersalah tetapi kasihan pada kakak iparku, di sini aku pun mulai merasakan hal yang sama.
Kakak iparku berulang kali mengajakku bertemu tetapi aku tidak mau. Ia mengatakan kalau di rumah seakan ia diasingkan, aku sangat sedih mendengarnya. Ia datang ke rumahku dan meminta aku memeluknya, ia ingin pergi ke luar kota untuk melupakanku. Ia mau belajar mengikhlaskan aku untuk adiknya.
ADVERTISEMENT
Aku sudah pergi dari rumah mertuaku selama dua bulan dan berarti selama itu aku tidak bertemu dengan kakak ipar ataupun suamiku. Tiba-tiba ia datang dan mengatakan akan pergi ke luar kota, hatiku terasa sesak sekali melihat kondisinya yang sudah tidak karuan. Dua bulan berada di rumah, aku terpikir untuk menggugat cerai suamiku karena aku sudah terlanjur malu pada keluarganya.
Aku mengutarakan keinginanku untuk menceraikan suamiku, kakak iparku sangat senang mendengarnya. Ia mengharapkan aku akan ikut bersamanya setelah kami berpisah secara resmi. Aku tidak menjanjikan apa pun, esok hari aku datang ke rumah mertuaku dan disambut sangat dingin sekali.
Aku meminta izin pada keluarganya untuk menceraikan suamiku. Aku sudah malu dan tidak ingin keharmonisan keluarga itu menjadi retak karena kehadiranku. Aku sangat menyayangi keluarga itu, terlebih pada mama. Akan sangat sulit melupakan keluarga yang menyambutku dengan hangat sejak pertama kali aku bertemu dengan mereka.
ADVERTISEMENT
Mereka bungkam, sedangkan aku menjelaskan banyak hal sambil terisak. Mama menghampiriku dan memelukku. Rupanya kepergian aku dan kakak ipar membuat mereka berdiskusi banyak hal, mereka menyetujui kalau aku keluar dari keluarga itu tetapi mereka juga tidak ingin kehilangan kakak iparku. Tak lama, suamiku datang dang memelukku “aku merelakan kamu untuk Abang,” katanya.
Ternyata mereka menyetujui keputusanku untuk menceraikan suamiku agar aku bisa menikah dengan kakak iparku. Suamiku bilang kalau selama ini dia tidak terlalu cinta denganku dan mungkin ini jalan terbaik bagi keluarganya. Kakak iparku hanya telat menyatakan cinta karena terlalu banyak gengsi, sedangkan suamiku bertindak tanpa berpikir ke depannya.
Mereka tidak rela jika harus kehilanganku dan beradaptasi dengan ketiga menantu baru nantinya. Akhirnya, suamiku menggugat cerai aku dengan alasan berselingkuh. Dua tahun kemudian aku dinikahkan dengan kakak iparku dan selama menunggu aku ikut bersamanya ke luar kota dan mulai menjalin asmara sampai tiba waktunya kami menikah.
ADVERTISEMENT
Di tahun yang sama, mantan suamiku mengenalkan pacar barunya dan ia belum ada niat untuk menikahi wanita ini “takut direbut sama adik ipar,” katanya. Kesalahan yang menyakitkan berujung menjadi sebuah lelucon di antara kami.